Aktivitas Publik Pejabat Tata Usaha Negara a.

Sedangkan pada Penguasa Administrasi atau Tata Usaha Negara berfungsi merealisasikan undang-undang dengan menjalankan dkehendak dan perintah daripada Pemerintah Penguasa Pemerintah sesuai dengan peraturan, rencana, program budget, dan instruksi secara nyata, dan individual dengan produk hukum yang dihasilkan adalah penetapan beschikking, Tata Usaha Negara, pelayanan masyarakat dan penyelenggaraan pekerjaan, kegiatan-kegiatan nyata.

4. Aktivitas Publik Pejabat Tata Usaha Negara a.

Perbuatan Pejabat Tata Usaha Negara yang berkaitan dengan pembuatan peraturan Regeland daad van de Administratie Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak hanya menjalankan dan melaksanakan pemerintahan bestuur tetapi juga melaksanakan pengaturan, yakni membuat peraturan pelaksanaan regeland daad, seperti halnya dengan badan wetgever. Apabila diberlakukan undang-undangan atau Peraturan Daerah Perda, maka guna penjabarannya, di tataran institusi administrasi TUN dibuat peraturan regeland. Pada umumnya, badan atau Pejabat Tata Usaha Negara membuat, mengeluarkan dan memberlakukan apa yang dinamakan Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan pengaturan yang bersifat umum besluit van algemene strekking. Keputusan Tata Usaha Negara dalam makna besluit van algemene strekking berbeda dengan Keputusan Tata Usaha Negara dalam makna Beschikking. Keputusan Tata Usaha Negara dalam makna besluit van algemene strekking bersifat abstrak, dan final, sebagaimana lazimna suatu peraturan perundang-undangan Universitas Sumatera Utara algemene verbindende voorschrift. Sedangkan Keputusan Tata Usahan Negara dalam makna beschikking bersifat konkret, individual dan final. Itulah sebabnya, Keputusan Tata Usaha Negara dalam makna besluit van algemene strekking tidak dapat dibawakan ke hadapan hakim pengadilan Tata Usaha Negara, menganut Pasal 2 huruf c Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 yang mengubah Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986. 43

b. Perbuatan Pejabat Tata Usaha Negara yang berkaitan dengan perbuatan

beschikking, lazim disebut Keputusan Tata Usaha Negara Beschikkingsdaad van de Administratie Dalam menjalankan dan maelaksanakan pemerintahan bestuur, badan atau Pejabat Tata Usaha Negara mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara KTUN lazim dinamakan beschikking. Beschikkingsdaad van de Administratie dilakkukan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara di lapangan pemerintahan dalam makna bestuur bestuursgebied. Beschikking dapat dibuat secara lisan namun pada umumnya dalam bentuk penetapan tertulis. Menurut Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986, Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang 43 Supandi, Kepatuhan Hukum Pejabat Dalam Mentaati Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara di Medan, Disertasi, Medan : SPS USU, 2005, hal. 144. Universitas Sumatera Utara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. Keputusan Tata Usaha Negara bukan bagian dari peraturan perundang- undangan algemene verbindende voorschriften tetapi dibuat dan dikeluarkan berdasarkan peraturan perundang-undangan itu. Dasar pengujian toetsing dari Keputusan Tata Usaha Negara adalah peraturan perundang-undangan, dan hal dimaksud merupakan pengujian bagi hakim guna menilai absah atau tidaknya suatu Keputusan Tata Usaha Negara. Itulah sebabnya, suatu putusan hakim adalah putusan hukum, lazim dinamakan judicieele berlissing. Kepatuhan akan putusan hakim tidak lain dari Kepatuhan badan atau pejabat akan hukum. Pematuhan hukum adalah law abiding.

c. Perbuatan Materil Tata Usaha Negara Materieele daad van de Administratie

Badan atau Pejabat dalam menjalankan atau melaksanakan pemerintahan bestuur juga melakukan perbuatan materil, misalnya membuat secara fisik jalanan, pengairan dan sebagainya, walau perbuatan materil atau fisik itu didasarkan oleh perundang-undangan, juga Keputusan Tata Usaha Negara. Kadangkala, Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara digugat atau menggugat secara keperdataan di pengadilan, atas dasar dan akibat hukum rechtsgevolg dari perbuatan materil itu. Seorang warga menggugat Pemerintah Kota akibat kakinya yang cedera karena terperosok pada lubang jalanan yang lupa ditutup oleh petugas Universitas Sumatera Utara Kotapraja. Sebaliknya Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dapat menggugat bahkan mengadukan seseorang warga yang merusak taman kota. Kasus-kasus perbuatan materil oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara pada umumnya dibawakan ke hadapan hukum Peradilan Umum, atas dasar Pasal 1365 KUHPerdata.

B. Kedudukan Sistem Pertanahan Di Indonesia 1. Kepastian Hukum terhadap Hak-Hak atas Tanah

Hukum pertanahan di Indonesia diatur pada Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria beserta beberapa peraturan pelaksanaannya. Dimana dalam undang-undang ini telah mengandung asas- asas hukum tanah nasional, yaitu : a. Penguasaan dan penggunaan tanah oleh siapapun dan untuk keperluan apapun harus dilandasi oleh hak atas tanah yang disediakan oleh hukum tanah nasional; b. Penguasaan dan penggunaan tanah yang berlandaskan hak yang disediakan oleh hukum tanah nasional dilindungi oleh hukumnya dari pihak manapun, baik oleh sesama anggota masyarakat maupun oleh pihak penguasa; c. Disediakannya berbagai sarana hukum untuk menanggulangi berbagai gangguan, misalnya gangguan oleh sesama anggota masyarakat, gugatan perdata melalui pengadilan negeri atau meminta perlindungan kepada BupatiWalikota; d. Prinsip musyawarah dalam perolehan tanah, kecuali dalam keadaan memaksa dapat dilakukan pencabutan hak atas tanah, sebagaimana diatur pada Undang- Universitas Sumatera Utara Undang Nomor 20 Tahun 1961 dan kepada pemilik asal tanah diberikan ganti rugi. 44 Sedangkan tujuan pokok UUPA sebagaimana disebut dalam bagian penjelasan umum, yaitu : a. Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agrarian nasional yang akan merupakan alat untuk membawakan kemakmuran, kebahagian dan keadilan bagi negara dan rakyat, terutama rakyat tani dalam rangka masyarakat adil dan makmur; b. Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan; c. Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya; Selanjutnya hal penting yang perlu dikemukakan adalah mengenai tata cara tercipta dan hapusnya hak atas tanah yaitu : a. Hak-hak atas tanah dapat tercipta : 1 Melalui konversi dari hak-hak yang lama, yaitu hak eigendom menjadi hak milik, hak milik dapat, hak agrarisch eigendom, hak grant sultan dan yang sejenisnya menjadi hak milik, jika pemiliknya pada tanggal 24 September 1960 berkewarganegaraan Indonesia tunggal, hak erpacht untuk perkebunan 44 Adi Mansar, Hukum Tanah, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia, Jakarta : Sentralisme Production, 2006, hal. 5. Universitas Sumatera Utara besar menjadi hak guna bangunan, hak erpacht untuk perumahan serta hak postal menjadi hak guna bangunan, hak-hak yang mirip dengan hak pakai menjadi hak pakai, hak golongan yang bersifat tetap menjadi hak milik dan yang tidak tetap menjadi hak pakai. Perubahan atau konversi tersebut didasarkan pada ketentuan-ketentuan konversi pada tanggal 24 September 1960; 2 Melalui pemberian oleh Negara terhadap hak-hak atas tanah yang primer, seperti hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha dan hak pakai, sebagaimana diatur pada Pasal 22,31,37 dan 41 UUPA. Pemberian hak dilakukan dengan menerbitkan surat keputusan pemberian hak oleh pejabat yang berwenang, diikuti dengan pendaftarannya pada kantor pertanahan Kabupaten Kotamadya. 3 Terjadinya hak milik menurut hukum adat Pasal 22 ayat 1 UUPA; 4 Pemberian hak-hak atas tanah yang sekunder dari pemegang haknya. b. Hak-hak atas tanah menjadi hapus karena hal-hal sebagai berikut : 1 Melalui suatu peristiwa hukum, sebagaimana diatur pada Pasal 27,34,40 UUPA dan PP Nomor 40 Tahun 1996. Hapusnya hak tersebut dituangkan dalam surat keputusan. Hapusnya hak karena hukum, seperti ditentukan Pasal 21 UUPA, surat keputusan tersebut bersifat Deklaratoir, tetapi bagi hapusnya hak karena pembatalan, seperti dimaksud dalam undang-undang Nomor 29 Tahun 1956, surat keputusan pejabat tersebut bersifat konstitutif, artinya hak yang bersangkutan hapus dengan dikeluarkannya surat keputusan tersebut. Universitas Sumatera Utara 2 Berakhirnya hak-hak yang berjangka waktu tertentu, seperti hak guna usaha dan hak guna bangunan jika tidak ada kemungkinan untuk dan tidak diperpanjang Pasal 29 Jo Pasal 34 huruf a dan Pasal 35 Jo Pasal 40 huruf a UUPA; 3 Dilepaskannya atau diserahkannya secara sukarela oleh pemegang haknya, diatur pada Pasal 34 huruf c dan Pasal 40 huruf c untuk Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan serta Pasal 27 ayat 2 untuk Hak Milik; 4 Pembatalan hak oleh pejabat yang berwenang karena tidak dipenuhinya kewajiban atau adanya suatu pelanggaran yang dilakukan pemegang haknya. Pembatalan hak tersebut dituangkan dalam suatu surat keputusan yang bersifat konstitutif, artinya, hak yang bersangkutan baru batal dengan diterbitkannya surat keputusan tersebut; 5 Hapusnya hak karena hukum, karena tidak dipenuhinya suatu kewajiban atau dilanggarnya suatu larangan; 6 Hapusnya suatu hak karena pencabutan hak, seperti diatur pada Pasal 18 Undang-undang Nomor 20 Tahun 1961. 7 Musnahnya tanah yang bersangkutan. Untuk mewujudkan kepastian hukum atas tanah diperlukan kegiatan pendaftaran tanah yang harus didukung oleh faktor-faktor, yaitu : tersedianya perangkat hukum tertulis, yang lengkap dan jelas serta dilaksanakan secara konsisten dan penyelenggaraan pendaftaran tanah yang efektif. Universitas Sumatera Utara

2. Kedudukan Tanah Menurut Hukum Adat