Prosedur Secara Normatif dan Penangguhan Pelaksanaan Petusan

dieksekusi secara paksa riel eksekusi, salah satu kendalanya adalah pengaturan lembaga eksekusi secara normatif dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tidak dapat memaksa pejabat untuk mematuhi putusan, karena bentuk tindak lanjut dari putusan yang in kracht van gewijsde hanya berupa peneguran bertingkat secara hirarki yang diatur dalam Pasal 115, 116, dan 117 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986. Sehingga dalam kondisi pelaksanaan puusan pengadilan tidak dapat dilaksanakan dengan baik atau tidak dapat dieksekusi yang pada akhirnya mengakibatkan hilangnya kepecayaan kewibawaan terhadap lembaga peradilan pada umumnya dan Peradilan Tata Usaha Negara pada khususnya, dan dengan adanya perubahan Undang-undang nomor 5 Tahun 1986 menjadi Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, diharapkan permasalahan di atas dalam prakteknya dapat diminmalisir sehingga proses penegakan hukum Tata Usaha Negara dapat berjalan dengan baik.

2. Prosedur Secara Normatif dan Penangguhan Pelaksanaan Petusan

Pengadilan Tata Usaha Negara Pengawasan adalah kegiatan untuk menilai suatu pelaksanaan tugas secara defacto, sedangkan tujuan pengawasan hanya terbatas pada pencocokan apakah kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam menentukan berhasil atau tidaknya pelaksanaan putusan, pengawasan merupakan salah satu paktor efektif dapat terlaksananya putusan pengadilan sesuai dengan perundang-undangan. Secara umum tidak ada yang lebih Universitas Sumatera Utara penting dalam sistem pengawasan kecuali hasil akhirnya.pelaksanaan putusan adalah ujung tombak dari sistem pengawasan peradilan untuk mendukung tercapainya penyelesaian perkara secara tuntas, yaitu sengketa selesai dan berakhir. Pengawasan terhadap peleksanaan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara diatur dalam pasal 119 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004, yang menyatakan bahwa : “Ketua Pengadilan wajib mengawasi pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memproleh kekuatan hukum tetap.” Pelaksanaan putusan adalah aturan tentang cara dan syarat-syarat yang berkepentingan untuk menjalankan puttusan hakim apabila pihak yang kalah tidak bersedia mematuhi substansi putusan dalam waktu yang ditentukan mekanisme “pelaksanaan putusan” adalah merupakan sarana penting dalam penyelesaian atau mengakhiri sengketa yang dimiliki hukum ditinjau eksekutorial dan sebab-sebab lain yang mungkin menjadi penyebab keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan putusan. Putusan adalah hakikat peradaban, inti dan tujuan dari segala kegiatan atau proses peradilan, memuat penyelesaian perkara yang sejak proses bermula telah membebani pihak-pihak. Fungsi putusan badan prdilan adalah untuk memberikan penyelesaian sengketa bagi pihak-pihak. Menurut Pasal 115 Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara hanya putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap yang dapat dilaksanakan. Tidak seperti dalam proses hukum acara perdata, maka dalam proses hukum acara Universitas Sumatera Utara TUN ini tidak dikenal yang disebut pelaksanaan sertamerta executie bij voorraad dari suatu putusan akhir pengadilan.

3. Upaya Pemberdayaan Pejabat Tata Usaha Negara