Perihal Petitum Dalam Gugatan;

Kantor Pertanahan dan dianggap menimbulkan kerugian bagi warga negara atau badan hukum perdata maka dapat dilakukan gugatan ke pengadilan untuk dimintakan pembatalannya. Dalam hal ini kompetensi atau kewenangan mengadili berada pada Pengadilan Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 Undang- undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo Undang-undang Nomor 9 tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang menyatakan bahwa Pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara. Kewenangan mengadili sengketa pertanahan sepanjang menyangkut prosedur yang berkaitan dengan penerbitan produk Kantor Pertanahan yang bersifat konkrit, individual dan final merupakan kewenangan mutlak kompetensi absolut Peradilan Tata Usaha Negara, dan mengenai hak keperdataan merupakan kewenangan Pengadilan Umum.

3. Perihal Petitum Dalam Gugatan;

Dalam proses litigasi, media yang dijadikan dasar untuk memeriksa sengketa Keputusan Tata Usaha Negara adalah gugatan. Gugatan adalah permohonan yang bersifat tuntutan terhadap Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara. Gugatan diajukan ke Pengadilan untuk mendapatkan putusan Pasal 1 angka 5. Gugatan Tata Usaha Negara harus tertulis Pasal 53 ayat 1. Bagi yang tidak bisa membaca dan menulis dibantu Panitera merumuskan gugatannya. Surat gugatan harus memuat 4 empat, hal pokok, yaitu : Universitas Sumatera Utara a. Identitas para pihak, nama, kewarganegaraan, tempat tinggal dan pekerjaan penggugat atau kuasanya; b. Nama, Jabatan dan tempat Kedudukan tergugat; c. Dasar Gugatan Posita; dan d. Hal yang diminta untuk diputuskan oleh pengadilan Petitum Dalam sengketa Tata Usaha Negara, ada pengelompokkan dan pembatasan pihak subjek yang bersengketa. Orang atau badan hukum perdata satu pihak dan Pejabat atau Badan Hukum Tata Usaha Negara di pihak lain. Kualitas dan posisi pihak-pihak tersebut telah ditentukan. Karena objek sengketa Tata Usaha Negara adalah Keputusan Tata Usaha Negara, maka Pejabat atau Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara selalu berkualitas sebagai tergugat. Sebaliknya, penggugat selalu orang atau badan hukum perdata yang dituju atau yang berkepentingan dengan sebuah Keputusan Tata Usaha Negara. Dalam posita fundamentum petendi gugatan harus diuraikan secara jelas dan terperinci mengenai alasan menggugat beroepsgroden. Pasal 53 ayat 2 huruf c Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 merumuskan alasan-alasan yang dapat digunakan untuk menggugat sekaligus sebagai dasar pengujian terhadap Keputusan Tata Usaha, yaitu : a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara pada waktu mengeluarkan atau tidak mengeluarkan keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 setelah Universitas Sumatera Utara mempertimbangkan semua kepentingan yang tersangkut dengan keputusan itu seharusnya tidak sampai pada pengembalian atau tidak pengembalian keputusan tersebut. Alasan Pertama, bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, menurut penjelasan Pasal 53 ayat 2, mengandung 3 tiga pengertian, yaitu : a. Bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang bersifat proseduralformal; b. Bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang bersifat materielsubstansial; c. Dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang tidak berwenang. 67 Alasan Kedua, disebut larangan berbuat sewenang-wenang. Pengujian dari segi hukum oleh Pengadilan terhadap Keputusan Tata Usaha Negara melalui penelitian, yaitu : a. Apakah semua fakta yang relevan itu telah dikumpulkan untuk ikut dipertimbangkan dalam Keputusan Tata Usaha Negara; b. Apakah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara yang bersangkutan pada waktu mempersiapkan, memutuskan dan melaksanakannya telah memperhatikan asas-asas yang berlaku; 67 ZA. Sangadji, Kompetensi Badan Peradilan Umum dan Peradilan TUN, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2003, hal. 16 Universitas Sumatera Utara c. Apakah Keputusan yang diambil juga akan sama dengan keputusan yang sedang digugat kalau hal-hal tersebut pada angka 1 dan angka 2 telah diperhatikan. Berdasarkan alasan-alasan gugatan, Penggugat meminta agar pengadilan memutus agar surat Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi atau rehabilitasi. Permintaan atau tuntuan itu dirumuskan secara jelas dan terperinci dalam petitum gugatan. Petitum gugatan terdiri dari 1 satu tuntutan pokok dan 1 satu atau beberapa petitum tambahan. Tuntutan pokok terbatas pada Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan dinyatakan batal atau tidak sah, sedangkan tuntutan tambahan bisa berupa ganti rugi danatau rehabilitasi.

3. Perihal Hak Atas Tanah dan Penerbitan Sertifikat Hak Atas Tanah