Peningkatan Kinerja Aparatur Baik Secara Individu dan Secara Nasional

aparatur yang melaksanakan. Interaksi antara ketiga unsur penting itulah yang sangat mempengaruhi pengembangan budaya kerja. Di samping faktor lingkungan yang sangat mempengaruhinya, unsur-unsur itu diinternalisasikan kedalam setiap pribadi aparatur sehingga menghasilkan kinerja berupa produk dan jasa yang bermutu bagi peningkatan pelayanan masyarakat. Oleh karena itu untuk mengimplementasikannya diperlukan persepsi, pola pikir dan mengubah perilaku yang dilakukan dengan menumbuhkembangkan nilai- nilai budaya kerja sesuai dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu dengan cara :

1. Peningkatan Kinerja Aparatur Baik Secara Individu dan Secara Nasional

dalam Melaksanakan Tugas dan Tanggung Jawab. Kinerja aparatur baik secara individu dan secara nasional akan akan dapat berdaya guna bila nilai-nilai dasar budaya kerja dapat diterapkan melalui proses sosialisasi, internalisasi dan institusional dengan cara penerapan nilai-nilai untuk pengembangan jati diri, sikap dan perilaku Pejabat Tata Usaha Negara sebagai pelayan masyarakat, penerapan-penerapan nilai budaya kerja melalui pengembangan kerja sama dan dinamika kelompok; penerapan-penerapan nilai-nilai budaya keja untuk memperbaiki kebijakan publik penerapan nilai-nilai budaya kerja untuk memperbaiki pelaksanaan manajemen dan pelayanan masyarakat, penerapan nilai- nilai budaya untuk memperbaiki pelaksanaan pengawasan, evaluasi nilai kerja dan penegakan hukum secara konsisten. Universitas Sumatera Utara Sistem nilai budaya merupakan konsepsi nilai yang hidup dalam alam pemikiran sekelompok manusia individu yang sangat berpengaruh terhadap budaya kerja Pejabat Tata Usaha Negara. Hal tersebut disebabkan karena secara praktis budaya kerja mengandung beberapa pengertian. Budaya berkaitan erat dengan persepsi terhadap nilai-nilai dan lingkungannya yang melahirkan makna dan pandangan hidup yang akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku dalam bekerja. Secara umum dapat dikatan bahwa birokrasi pemerintah belumlah efektif dalam menjalankan tugas dan fungsinya, kegemukan, berjalan lambat, belum proporsional, dan propesional. Hampir 50 PNS belum produktif, efesien, dan efektif, ditinjau dari aspek kelembagaan, kepegawaian, ketatalaksanaan, dan pengawasan. Dari sisi kelembagaan, masih terjadi duplikasi duplikasi atau overlapping, bentuk organisasi belum berbentuk piramidal, tetapi masih berbentuk piramida terbalik. Dilihat dari kepegawaian juga masih terjadi pengalokasian PNS yang tidak profesional antara kawasan barat dan kawasan timur Indonesia. PNS lebih didominasi oleh golongan II dan I hampir 70 dari total pegawai. Dilihat dari ketatalaksanan dan pelayanan publik, masih terjadi sistem prosedur pelayanan yang belum trasparan, berbelit-belit dan terjadi praktek KKN. Oleh karena itu komitmen mewujudkan birokrasi yang bersih dan profesional harus ditindak lanjuti. Universitas Sumatera Utara Dalam hal pengawasan dan akuntabilitas aparatur, masih terjadi pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Masih banyak terjadi praktek KKN disebabkan : Pertama, Masih banyak peraturan perundang-undangan yang memberi peluang terjadinya praktek KKN dan perlu ditinjau kembali. Kedua, Budaya minta dilayani menjadi budaya melayani masyarakat memerlukan waktu untuk diubah. Ketiga, Rendahnya tingkat disiplin masyarakat dan disiplin aparatur dan tingkat disiplin aparatur dan Keempat, belum berfungsinya secara baik aparat pengawas profesional pemerintah termasuk aparat penegak hukum. Dalam pengembangan budaya aparatur, telah disusun pedoman pelaksanan pengembangan budaya kerja Pejabat Tata Usaha Negara beserta teknis dan mekanisme peleksanaannya, sosialisasi penerapannya, sosialisasi penerapan nilai- nilai kerja dan aparatur dan ditunjang dengan pelaksanaan pelatihan untuk “mindsetting and volue” dilingkungan aparatur pemerintah, perumusan RUU tentang Etika Aparatur Negara RUU Perilaku Aparat Negara , sebagai acuan kode etik bagi aparat negara dalam penyelenggaraan kepemerintahan yang baik. Komitmen mewujudkan birokrasi yang bersih dan profesional harus ditindak lanjuti dengan beberapa antara lain perampingan birokrasi yang meliputi penataan tugas dan fungsi pemerintah disetiap tingkat, rasionalisasi organisasi, rasionalisasi pegawai, desentralisasi dan privatisasi; pengembangan sistem dan metode kerja aparatur; penerapan sistem merit dalam manajemen PNS; penerapan renumerasi PNS yang layak dan adil; pencegahan dan pemberantasan KKN; penyempurnaan sistem dan pelayanan publik yang berkualitas. Universitas Sumatera Utara Strategi tersebut selanjutnya harus diikuti langkah-langkah praktis dan rasional yang memungkinkan sistem pemerintah dapat berjalan secara efektif dan efesien diantaranya : Pertama, Pemetaan peran dan kelembagaan pemerintah dengan sasaran terwujudnya organisasi pemerintah yang ramping, efektif dan efisien yang dapat mendukung peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan yang berdaya saing tinggi ditingkat nasional dan global. Kedua, Pengaturan tata laksana pemerintah dengan sasaran terbentuknya, mekanisme, prosedur, hubungan, metode, dan tata kerja Pejabat Tata Usaha Negara yang tertib dan efektif. Ketiga, Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dengan sasaran hadirnya Pegawai Negeri Sipil yang proporsional, netral, dan dapat mempertanggung jawabkan keputusan serta tindakannya. Keempat, Pemberantasan KKN dengan sasaran tampilnya Pejabat Tata Uasaha Negara yang bebas KKN dan kinerja instansi pemerintah yang accountable. Kelima, Peningkatan kualitas playanan publik yang sederhana, transparan, tepat, terjangkau, lengkap, wajar, serta adil. Salah satu perubahan penting adalah pelaksanaan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap. Pelaksanaan putusan Peradilan Tata Usaha Negara berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 masih menimbulkan dilema tersendiri. Hal ini dikarenakan pada kenyataannya putusan yang telah kekuataan hukum tetap tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya atau tidak dapat Universitas Sumatera Utara dieksekusi secara paksa riel eksekusi, salah satu kendalanya adalah pengaturan lembaga eksekusi secara normatif dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tidak dapat memaksa pejabat untuk mematuhi putusan, karena bentuk tindak lanjut dari putusan yang in kracht van gewijsde hanya berupa peneguran bertingkat secara hirarki yang diatur dalam Pasal 115, 116, dan 117 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986. Sehingga dalam kondisi pelaksanaan puusan pengadilan tidak dapat dilaksanakan dengan baik atau tidak dapat dieksekusi yang pada akhirnya mengakibatkan hilangnya kepecayaan kewibawaan terhadap lembaga peradilan pada umumnya dan Peradilan Tata Usaha Negara pada khususnya, dan dengan adanya perubahan Undang-undang nomor 5 Tahun 1986 menjadi Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, diharapkan permasalahan di atas dalam prakteknya dapat diminmalisir sehingga proses penegakan hukum Tata Usaha Negara dapat berjalan dengan baik.

2. Prosedur Secara Normatif dan Penangguhan Pelaksanaan Petusan