Jenis Indeks Harga Saham Metode Penghitungan Indeks Harga Saham

Romauli H. Gultom : Analisis Determinan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Di Bursa Efek Jakarta BEJ, 2007. USU Repository © 2009 Begitu seringnya kita mendengar tentang Indeks Harga Saham, maka perlulah kita juga mengetahui apa sebenarnya yang disebut dengan Indeks Harga Saham. Secara sederhana yang disebut dengan indeks harga adalah suatu angka yang digunakan untuk membandingkan suatu peristiwa dengan suatu peristiwa lainnya. Angka indeks atau sering disebut juga dengan indeks saja, pada dasarnya merupakan suatu angka yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan antara kegiatan yang sama produksi, ekspor, hasil penjualan, jumlah uang beredar, dan lain sebagainya dalam dua waktu yang berbeda. Demikian juga dengan indeks harga saham, indeks disini akan membandingkan perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Apakah suatu harga saham mengalami kenaikan ataupun penurunan dibandingkan dengan suatu waktu tertentu. Seperti dalam penentuan indeks lainnya, dalam pengukuran indeks harga saham kita juga memerlukan dua macam waktu, yaitu waktu dasar dan waktu yang berlalu. Waktu dasar akan dipakai sebagai dasar perbandingan, sedangkan waktu berjalan merupakan waktu dimana kegiatan akan diperbandingkan dengan waktu dasar.

4.1.7. Jenis Indeks Harga Saham

Penentuan indeks harga saham, bisa dibedakan atas dua yaitu yang disebut dengan Indeks Harga Saham Individual dan Indeks Harga Saham Gabungan. Indeks Harga Saham Individual hanya menunjukkan perubahan dari suatu harga saham Romauli H. Gultom : Analisis Determinan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Di Bursa Efek Jakarta BEJ, 2007. USU Repository © 2009 suatu perusahaan. Indeks ini tidak bisa untuk mengukur harga dari suatu saham perusahaan tertentu apakah mengalami perubahan, kenaikan atau penurunan. Atau bisaa dikatakan bahwa Indeks Saham Individual merupakan suatu nilai yang mempunyai fungsi untuk mengukur kinerja kerja suatu saham tertentu terhadap harga dasarnya. Sedangkan untuk Indeks Harga Saham Gabungan IHSG akan menunjukkan penurunan pergerakan harga saham secara umum yang tercatat di bursa efek. Indeks inilah yang paling banyak digunakan dan dipakai sebagai acuan tentang perkembangan kegiatan di pasar modal. IHSG ini bisa juga untuk menilai situasi pasar secara umum atau memgukur pakah harga saham mengalami kenaikan atau penurunan. Indeks harga ini melibatkan seluruh harga saham yang tercatat di bursa.

4.1.8. Metode Penghitungan Indeks Harga Saham

Seperti sudah disebutkan sebelumnya bahwa dalam menghitung saham kita memerlukan apa yang disebut dengan waktu dasar dan waktu yang berlaku. Harga dasar sering disebut dengan Ho dan harga yang berlaku sering disebut dengan Hi. Harga dasar ditetapkan sebesar 100. Secara sederhana rumus untuk menghitung indeks harga saham adalah berikut ini : IHS = IHS = Indeks Harga Saham H I = Harga pada waktu berlaku H t x 100 H Romauli H. Gultom : Analisis Determinan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Di Bursa Efek Jakarta BEJ, 2007. USU Repository © 2009 H = Harga pada waktu dasar Pergerakan nilai indeks akan menunjukkan perubahan situasi pasar yang terjadi. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi yang aktif, ditunjukkan dengan indeks harga saham yang mengalami kenaikan. Kondisi inilah yang biasanya menunjukkan keadaan yang diinginkan. Keadaan stabil ditunjukkan dengan indeks harga saham yang tetap, sedangkan pasar yang lesu ditunjukkan dengan indeks harga saham yang mengalami penurunan. Sedangkan situasi pasar secara umum baru dapat diketahui jika kita mengetahui Indeks Harga Saham Gabungan. Untuk perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan ini, caranya hampir sama dengan menghitung Indeks Harga Saham Individual, tetapi harus menjumlahkan seluruh harga saham yang tercatat. Rumus untuk menghitung Indeks Harga Saham Gabungan IHSG adalah sebagai berikut : IHSG = ∑Hi = Total harga semua saham pada waktu yang berlaku ∑Ho = Total harga semua saham pada waktu dasar Dari angka indeks inilah kita mengetahui apakah kondisi pasar sedang ramai, lesu, atau dalam keadaan stabil. Angka IHSG menunjukkan diatas 100 berarti kondisi pasar sedang ramai, sedangkan pada saat IHSG menunjukkan dibawah 100 X 100 ∑H t ∑H X 100 ∑H t ∑H Romauli H. Gultom : Analisis Determinan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Di Bursa Efek Jakarta BEJ, 2007. USU Repository © 2009 berarti kondisi pasar sedang lesu, IHSG menunjukkan nilai 100 berarti pasar dalam keadaan stabil. Kedua cara diatas dalam menentukan baik Indeks Harga Saham Individual maaupun Indeks Harga Saham Gabungan merupakan cara yang sederhana tertimbang. Indeks tertimbang merupakan indeks yang mempertimbangkan faktor- faktor yang akan mempengaruhi naik turunnya angka indeks tersebut. Besar kecilnya bobot tersebut tergantung dari besarnya pengaruh dari perubahan harga saham tersebut mempengaruhi keseluruhan harga saham yang ada. Saham yang berperan besar dalam mempengaruhi pasar, akan diberi bobot besar. Sedangkan untuk saham yang berperan kecil dalam mempengaruhi pasar akan diberi bobot kecil. Metode penghitungan angka indeks dengan menggunakan timbangan pembobotan dikemukakan oleh Laspeyres dan Paasche. Kedua orang ini menggunakan faktor timbangan yang berbeda. Laspeyres mendasarkan pada jumlah saham pada waktu dasar, sedangkan Paasche menggunakan jumlah saham pada waktu yang bersangkutan. Pembobotan saham dipengaruhi oleh jumlah saham yang didaftarkan oleh perusahaan. Semakin besar jumlah saham yang didaftarkan, semakin besar pula bobotnya. Biasanya dengan besarnya jumlah saham yang didaftarkan, saham ini akan semakin likuid dalam perdagangkan atau transaksi. Jumlah saham yang dipakai pada saat perusahaan melakukan go publik atau melakukan emisi perdana. Cara yang mendasarkan pembobotan pada waktu dasar ini ditemukan oleh Laspeyres. Adapun untuk penghitungan menggunakan rumus sebagai berikut : Romauli H. Gultom : Analisis Determinan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Di Bursa Efek Jakarta BEJ, 2007. USU Repository © 2009 IHSG = K = jumlah semua saham yang beredar pada waktu dasar Sedangkan untuk jumlah penghitungan angka indeks dengan menggunakan waktu berlaku sebagai bobot dikemukakan oleh Paasche. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : IHSG = K t = jumlah semua saham yang beredar pada waktu yang berlaku 4.2. PERKEMBANGAN IHSG, KURS, INFLASI, SUKU BUNGA, SSI 4.2.1. Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Pasar saham 2004 masih dalam kecenderungan bullish sehingga pada akhir periode 2004 IHSG menembus level 1000. Pada awal Januari 2004, posisi IHSG berada pada posisi 752,92 dan Desember 2004 sudah 1000,23 atau naik 24,72. Pertumbuhan tersebut dapat dicapai meskipun pada paruh pertama 2004, indeks sempat tertekan akibat sentimen negatif dari penurunan indeks di beberapa bursa internasional dan regional sebagai reaksi dari mulai naiknya suku bunga the fed. Pada tahun 2005 cukup mengesankan terutama terjadi pada paruh pertama tahun 2005 yang selalu mengalami peningkatan ditiap bulannya. Adapun faktor yang turut meningkatkan kenaikan IHSG adalah meningkatnya kepercayaan investor X 100 ∑H t K ∑H K X 100 ∑H t ∑H K t Romauli H. Gultom : Analisis Determinan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Di Bursa Efek Jakarta BEJ, 2007. USU Repository © 2009 akibat optimisme membaiknya kondisi ekonomi makro Indonesia. Sedangkan pada paruh kedua, IHSG sedikit mengalami penurunan. Hal ini diakibatkan oleh adanya sentimen negatif yaitu kenaikan suku bunga dalam negeri sebagai konsekuensi dari penerapan kebijakan uang ketat terkait dengan tingginya inflasi dan depresiasi rupiah. Kinerja pasar modal meningkat secara signifikan selama tahun 2006. IHSG pada bulan Januari 2006 yaitu 1229,7 dan pada akhir Desember mencapai 1805,52. Perkembangan indeks ini didukung oleh faktor domestik dan internal yang kondusif. Faktor domestik antara lain yaitu adanya penurunan suku bunga SBI dan indikator makro yang membaik. Sedangkan faktor eksternal berasal dari adanya peningkatan pasar saham internasional dan regional. Tabel 4.1 Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Januari 2004 sd Desember 2006 BulanTahun IHSG Januari 2004 752.93 Februari 2004 761.08 Maret 2004 735.6 April 2004 783.41 Mei 2004 733.99 Juni 2004 732.4 Juli 2004 756.98 Agustus 2004 746.76 September 2004 819.82 Oktober 2004 860.35 November 2004 977.77 Desember 2004 1000.23 Januari 2005 1045.44 Februari 2005 1073.83 Maret 2005 1080.17 April 2005 1080.17 Mei 2005 1088.17 Juni 2005 1122.37 Romauli H. Gultom : Analisis Determinan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Di Bursa Efek Jakarta BEJ, 2007. USU Repository © 2009 Juli 2005 1182.3 Agustus 2005 1050.09 September 2005 1079.27 Oktober 2005 1058.26 November 2005 1017.73 Desember 2005 1162.63 Januari 2006 1129.7 Februari 2006 1216.14 Maret 2006 1322.97 April 2006 1464.4 Mei 2006 1330 Juni 2006 1310.26 Juli 2006 1351.65 Agustus 2006 1444.49 September 2006 1534.62 Oktober 2006 1602.21 November 2006 1718.96 Desember 2006 1805.52 Sumber : Bank Indonesia cabang Medan

4.2.2. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah