Romauli H. Gultom : Analisis Determinan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Di Bursa Efek Jakarta BEJ, 2007.
USU Repository © 2009 Model ini merupakan cara yang paling umum dipakai dalam perdagangan
valuta asing atau antar bank seluruh dunia. Penetapan kursnya dilakukan berdasarkan pada beberapa unit mata uang asing yang dibutuhkan untuk membeli
satu unit mata uang dalam negeri. Contohnya, kurs US dollar terhadap rupiah Rp pada tanggal 16 Maret 2004 adalah 0,000016 US per 1 Rp. Kurs ini biasa disebut
sebagai harga satu unit mata uang domestik dalam mata uang asing.
b. Model Amerika yang sering disebut sebagai Direct Quote.
Model ini disebut sebagai harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik. Contohnya kurs Rp terhadap Dollar pada tanggal 16 Maret 2004 adalah
sebesar Rp.8610,00 per US. Dengan kata lain model ini menjelaskan beberapa unit Rp yang dibutuhkan untuk membeli satu unit US dollar. Kurs ini merupakan kurs
yang biasa dipakai di Indonesia.
2.2.3. Teori Nilai Tukar Kurs
Ada beberapa teori ekonomi yang membahas tentang nilai tukar uang Dominic, 1997:429-432.
1. Pendekatan Perdagangan Elastisitas terhadap Pembentukan Nilai Tukar
Yakni nilai tukar dari dua negara ditentukan oleh besar kecilnya perdagangan barang dan jasa yang berlangsung diantara kedua negara tersebut. Menurut
pendekatan ini, kurs equilibrium adalaah kurs yang akan menyeimbangkan nilai impor dan ekspor dari suatu negara jika nilai impor negara tersebut lebih besar
daripada nilai ekspornya.
Romauli H. Gultom : Analisis Determinan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Di Bursa Efek Jakarta BEJ, 2007.
USU Repository © 2009 Penurunan nilai tukar mata uang akan membuat harga dari berbagai komoditi
eksportnya menjadi lebih murah bagi importir atau pihak asing sedangkan produk barang dan jasa impor menjadi lebih mahal bagi produk domestik. Akibatnya lambat
laun ekspor negara tersebut akan mengalami kenaikan sedangkan impornya akan terus menurun sampai pada akhirnya nilai perdagangaan internasional benar-benar
seimbang.
2. Teori Paritas Daya Beli Purchasing Power Parity Theory
Teori paritas daya beli merumuskan bahwa kurs antara dua mata uang adalah identik dengan rasio dari tingkat harga umum dari kedua negara yang bersangkutan.
Artinya, penurunan daya beli mata uang domestik akan diiringi dengan depresiasi mata uangnya secara proporsional dalam pasar valas. Sebaliknya, kenaikan daya beli
mata uang domestik akan diiringi dengan apresiasi mata uangnya secara proporsional.
Menurut teori ini, pasar valas berada pada kondisi keseimbangan apabila semua deposito atau simpanan dalam berbagai valas menawarkan tingkat imbalan
yang sama Krugman, 1992 : 66. Kondisi dimana tingkat imbalan yang ditawarkan semua simpanan dalam berbagai valas sama disebut kondisi paritas suku bunga
interest parity. Dengan kata lain, segenap simpanan valas menawarkan tingkat imbalan resiko kurs, dan kemungkinan perubahan kurs secara keseluruhan setara,
sehingga prospek keuntungan ataupun daya tarik atas asset-asset tersebut besar. Kenaikan suku bunga dari simpanan suatu mata uang domestik menyebabkan mata
Romauli H. Gultom : Analisis Determinan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Di Bursa Efek Jakarta BEJ, 2007.
USU Repository © 2009 uang domestik tersebut mengalami depresiasi terhadap mata uang asing, dengan
asumsi kondisi yang lainnya tetap perkiraan kurs dimasa mendatang tidak berubah.
3. Pendekatan Moneter Monetary Approach
Pendekatan moneter merumuskan bahwa nilai tukar kurs tercipta dalam proses penyamaan atau penyeimbangan stock atau total permintaan dan penawaran mata
uang nasional di masing-masing negara. Penawaran uang disuatu diasumsikan dapat ditetapkan atau di ciptakan secara independen oleh otoritas moneter dari negara yang
bersangkutan. Namun sebaliknya, permintaan uang sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan riil negara tersebut atau harga-harga umum yang berlaku serta suku
bunga, dimana permintaan uang berbanding lurus dengan harga–harga umum dan berbanding terbalik terhadap suku bunga.
Pada tingkat pendapatan riil atau harga-harga tertentu, suku bunga equilibrium terbentuk pada titik perpotongan antara kurva permintaan dan penawaran
uang yang ada di suatu negara. Jadi, pendekatan moneter dapat juga dikatakan terlalu mengutamakan peranan uang sektor moneter dan cenderung mengabaikan
perenan penting yang dimainkan oleh perdagangan barang dan jasasektor riil sebagai suatu faktor pokok yang memperngaruhi besar kecilnya nilai tukar kurs
khususnya dalam jangka panjang. Selain itu, pendekatan moneter mengasumsikan bahwa asset-asset finansial domestik dan luar negeri seperti obligasi yang diterbitkan
oleh satu negara sangat berbeda, baik jenis maupun bobotnya dibandingkan dengan obligasi yang diterbitkan oleh negara-negar lain. Hal inilah sebagai sumber
kelemahan dari pendekatan moneter yang dianggap bertumpuh pada sejumlah asumsi yang kurang realistis.
Romauli H. Gultom : Analisis Determinan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Di Bursa Efek Jakarta BEJ, 2007.
USU Repository © 2009 4.
Pendekatan Keseimbangaan Portofolio Portofolio Balance Approach Pendekatan ini merumuskan bahwa nilaai tukar kurs sesungguhnya
terbentuk dalam proses dan penyeimbangan stok atau total permintaan dan penawaran asset-asset finansial dalam hal ini, uang dipandang hanya merupakan
salah satu bentuk dari sekian banyak jenis asset finansial dalam setiap negara.
Asumsi yang dipergunakan dalam pendekatan ini adalah : a.
Obligasi domestik dan obligasi luar negeri sebagai substitusi yang tidak sempurna
b. Memperhitungkan arti penting perdagangan sektor rill
Menurut pendekatan ini, kenaikan penawaran uang di negara domestik akan mendorong terjadinya kemerosotan di negara yang bersangkutan sehingga akan
membuat para investor menukarkan obligasi domestiknya menjadi mata uang domestik dan obligasi luar negeri. Pembelian secara besar-besaran atas obligasi luar
negeri itu dengan sendirinya menimbulkan depresiasi atas mata uang domestik. Selanjutnya depresiasi itu merangsang peningkatan ekspor negara domestik
dan sekaligus menyurutkan impor. Hal ini menciptakan surplus perdagangan bagi domestik yang segera disusul oleh apresiasi mata uangnya. Apresiasi ini meredam
sebagian depresiasi yang telah terjadi sebelumnya. Dengan demikian, pendekatan keseimbangan portofolio ini menjelaskan terjadinya lanjutan nilai tukar mata uang
kurs. Namun tidak seperti pendekatan moneter, pendekatan keseimbangan
Romauli H. Gultom : Analisis Determinan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Di Bursa Efek Jakarta BEJ, 2007.
USU Repository © 2009 portofolio ini juga menjelaskan secara eksplisit dengan mengaitkan peran
perdagangan dalam proses penyesuaian nilai tukar kurs dalam jangka panjang.
2.3. TEORI INFLASI 2.3.1 Pengertian Inflasi