Penggolongan Inflasi TEORI INFLASI 1 Pengertian Inflasi

Romauli H. Gultom : Analisis Determinan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Di Bursa Efek Jakarta BEJ, 2007. USU Repository © 2009 portofolio ini juga menjelaskan secara eksplisit dengan mengaitkan peran perdagangan dalam proses penyesuaian nilai tukar kurs dalam jangka panjang. 2.3. TEORI INFLASI 2.3.1 Pengertian Inflasi Defenisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus dalam jangka waktu yang lama. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan kenaikan besar dari harga barang- barang lain Boediono, 1987: 161

2.3.2. Penggolongan Inflasi

a. Dilihat dari tingkat keparahannya besarkecilnya, inflasi dapat digolongkan ke dalam : • Inflasi Ringan, yaitu inflasi yang laju pertumbuhannya lebih kecil dari 10 per tahun. • Inflasi Sedang, yaitu inflasi yang laju pertumbuhannya terletak antara 10 sampai 30 per tahun. Romauli H. Gultom : Analisis Determinan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Di Bursa Efek Jakarta BEJ, 2007. USU Repository © 2009 • Inflasi Berat, yaitu inflasi yang laju pertumbuhannya antara 30 sampai 100 per tahun. • Hiper Inflasi, yaitu inflasi yang laju pertumbuhannya lebih dari 100 per tahun. b. Dilihat dari asal usul terjadinya, inflasi dapat digolongkan ke dalam : • Inflasi yang berasal dari dalam negeri Domestic Inflation Inflasi yang berasal dari dalam negeri. Misalnya karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru. Akibat dari pencetakan uang baru tersebut pada akhirnya akan menimbulkan inflasi. • Inflasi yang berasal dari luar negeri Inflasi ini terjadi di dalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan harga dari luar negeri terutama pada barang-barang impor atau kenaikan bahan baku yang belum dapat diproduksi di dalam negeri. Kenaikan harga barang impor, yang merupakan salah satu komponen Indeks Harga Konsumen, akan meningkatkan biaya produksi. c. Dilihat dari kecepatannya, inflasi dapat digolongkan ke dalam : • Inflasi Lunak atau mild inflation • Inflasi cepat atau galloping inflation Romauli H. Gultom : Analisis Determinan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Di Bursa Efek Jakarta BEJ, 2007. USU Repository © 2009 • Inflasi meroket atau sky-rocketting inflation • Hiper Inflasi atau Hyper Inflation d. Dilihat dari penyebab terjadinya, inflasi dapat digolongkan ke dalam : • Demand pull Inflation Yaitu inflasi yang disebabkan kenaikan permintaan barang dan jasa dengan peningkatan output dengan kata lain permintaan agregar meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produksi perekonomian, sehingga harga naik ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan agregat. Salah satu teori inflasi tarikan permintaan yang berpengaruh menyatakan bahwa jumlah uang beredar adalah determinan utama inflasi. Alasan dibalik pendekatan ini adalah bahwa pertumbuhan jumlah uang beredar meningkatkan permintaan agregat yang pada gilirannya menaikkan tingkat harga. Pada gambar dibawah ini menunjukkan suatu demand inflation. Karena permintaan masyarakat akan barang- barang agregate demand bertambah misalnya, karena bertambahnya pengeluaran pemerintah yaang dibiayai oleh pencetakan uang,atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor, atau bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit yang murah , maka kurva agregat demand bergeser dari D1 ke D2. Akibatnya tingkat harga umum naik dari H1 ke H2. Harga Output D 2 D 1 H 1 H 2 S Gambar 2.1 : Inflasi Tarikan Permintaan Demand Pull Inflation Romauli H. Gultom : Analisis Determinan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Di Bursa Efek Jakarta BEJ, 2007. USU Repository © 2009 • Cost Push Inflation Yaitu inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga faktor-faktor produksi sehingga harga jual outputnya semakin tinggi. Dalam mencari penjelasan mengenai inflasi dorongan biaya, para ekonom seringkali memulainya dengan upah yang merupakan bagian penting dari biaya-biaya usaha. Beberapa ekonomi menunjuk serikat pekerja sebagai pihak yang bertanggung jawab karena mereka memaksa untuk meningkatkan upah dalam bentuk uang sekalipun sebagian besar anggota mereka tidak lagi bekerja. Pandangan mengenai serikat pekerja sebagai akibat inflasi dorongan biaya seperti ini tidak sesuai dengan kenyataan historis yaang kompleks. Harga minyak meningkat dan biaya-biaya usaha untuk produksi meningkat. Akibat akhir dari kasus tersebut memang tidak sama untuk tiap periode, letusan dari inflasi dorongan biaya mengikuti peningkatan harga minyak. Proses penetapan upah dan gaji dengan melihat ke kondisi masa mendatang dapat diperluas ke seluruh pekerja. Cara pengambilan keputusan seperti ini juga diterapkan ke banyak harga produk seperti biaya pendiddikan tinggi, harga model otomotif, dan harga percakapan telepon jarak jauh yang tidak mudah diubah setelah diterapkan. Dikarenakan panjangnya waktu yang diperlukan untuk memodifikasikan perkiraan inflasi dan menyesuaikan sebagian besar tingkat upah dan harga, inflasi Romauli H. Gultom : Analisis Determinan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Di Bursa Efek Jakarta BEJ, 2007. USU Repository © 2009 inersial hanya akan menghasilkan guncangan atau perubahan besar dalam kebijakan ekonomi. Pada gambar 2.2 menunjukkan bahwa bila biaya produksi naik misalnya, karena kenaikan harga sarana produksi yang didatangkan dari luar negeri, atau karena kenaikan harga bahan bakar minyak maka kurva penawaran masyarakat aggregate supply bergeser dari S1 ke S2. Perbedaan dari kedua inflasi ini adalah terletak pada urutan dari kenaikan harga. Dalam demand inflation kenaikan harga barang-barang input dan harga-harga faktor- S2 Harga Output S1 Q2 Q1 H 2 H 1 Gambar 2.2 : Inflasi tarikan biaya cost push inflation D 1 Romauli H. Gultom : Analisis Determinan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG Di Bursa Efek Jakarta BEJ, 2007. USU Repository © 2009 faktor produksi upah dan sebagainya. Sebaliknya, dalam cost push inflation kenaikan harga-harga barang-barang input dan harga-harga faktor produksi mendahului kenaikan harga barang-barang akhir output. Kedua macam inflasi ini jarang sekali ditemukan dalam praktek bentuknya yang murni. Pada umumnya, inflasi yang terjadi adalah kombinasi dari kedua macam inflasi tersebut, dan seringkali keduanya saling memperkuat satu sama lain.

2.3.3. Teori Inflasi