Manfaat antioksidan Mekanisme kerja antioksidan

tentang perkembangan senyawa berkhasiat antioksidan telah banyak dikembangkan baik senyawa alam maupun senyawa sintetis. Berdasarkan asalnya, antioksidan dapat dibagi menjadi antioksidan alami dan sintetik Ketaren, 1986. Antioksidan alami antara lain: tokoferol, asam askorbat, flavonoid dan β-karoten.Sedangkan antioksidan sintetik yaitu BHA Butil Hidroksi Anisol, BHT Butil Hidroksi Toluen, PG Propil Galat dan TBHQ Tersier Butil Hidrokuinon.Penggunaan kombinasi beberapa jenis antioksidan memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap oksidasi jika dibandingkan dengan penggunaan satu jenis antioksidan saja Cahyadi, 2006.

2.2.1. Manfaat antioksidan

Berkaitan dengan fungsinya, senyawa antioksidan di klasifikasikan dalam lima tipe antioksidan, yaitu: 1. Primary antioxidants, yaitu senyawa-senyawa fenol yang mampu memutus rantai reaksi pembentukan radikal bebas asam lemak. Senyawa antioksidan yang termasuk kelompok ini, misalnya BHA, BHT, PG, TBHQ dan tokoferol. 2. Oxygen scavengers,yaitu senyawa-senyawa yang berperan sebagai pengikat oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi. Dalam hal ini, senyawa tersebut akan mengadakan reaksi dengan oksigen yang berada dalam sistem sehingga jumlah oksigen akan berkurang. Contoh dari senyawa-senyawa kelompok ini adalah vitamin C asam askorbat, askorbilpalminat, asam eritorbat dan sulfit. 3. Secondary antioxidants,yaitu senyawa-senyawa yang mempunyai kemampuan untuk berdekomposisi hidroperoksida menjadi prodak akhir yang stabil. Tipe antioksidan ini pada umumnya digunakan untuk menstabilkan poliolefin resin. Contohnya asam tiodipropionat dan dilauriltiopropionat. 4. Antioxidative EnzimeI,yaitu enzim yang berperan mencegah terbentuknya radikal bebas. Contohnya glukose oksidase, superoksidase dismutaseSOD, glutation peroksidase dan kalalase. Universitas Sumatera Utara 5. Chelators sequestrants,yaitu senyawa-senyawa yang mampu mengikat logam seperti besidan tembaga yang mampu mengkatalis reaksi oksidasi lemak. Senyawa yang termasuk didalamnya adalah asam sitrat, asam amino, ethylenediaminetetra acetid acid EDTA dan fosfolipid.

2.2.2 Mekanisme kerja antioksidan

Menurut Stuckey 1972 penghambatan oksidasi lipida oleh antioksidan melalui lebih dari satu mekanisme tergantung pada kondisi reaksi dan sistem makanan. Salah satu mekanisme kerja antioksidan adalah dengan menyediakan hidrogen untuk bereaksi dengan radikal bebas dan memutuskan reaksi berantai oksidasi sebelum terbentuk produk akhir penyebab ketengikan, contohnya antioksidan golongan fenolat AH 2 dan AH. Radikal bebas fenolat yang terbentuk stabil berenergi rendah karena adanya hibridisasi resonansi Smith,1991. AH + R• → RH + A• stabil 5 atau AH + ROO• → ROOH + A• stabil 6 atau AH2 + ROO• → ROOH + AH• stabil 7 AH• + ROO• → ROOH + A 8 Antioksidan sebaiknya ditambahkan ke lipida seawal mungkin untuk menghasilkan efek maksimum. Menurut Coppen 1983, antioksidan hanya akan benar-benar efektif bila ditambahkan seawal mungkin selama periode induksi, yaitu suasana periode awal oksidasi lipida terjadi dimana oksidasi masih berjalan secara lambat dengan kecepatan seragam. 2.2.3Tersier butil hidrokuinon Berdasarkan penelitian dari beberapa pakar, tersier butil hidrokuinonTBHQdikenal sebagai antioksidan primer paling efektif dalam menghambat reaksi oksidasi pada Universitas Sumatera Utara minyak-minyakan yang berasal dari tanaman minyak nabati. Bila TBHQ direkomendasikan dengan BHA yang memiliki kemampuan antioksidan yang baik pada pemanggangan akan memberikan kegunaan yang lebih luas Sherwin, 1990. OH CCH 3 3 OH Gambar 2.1 Struktur TBHQ TBHQ dikenal berbentuk bubuk putih sampai coklat terang, mempunyai kelarutan cukup pada lemak dan minyak, tidak membentuk kompleks warna dengan Fe dan Cu tetapi dapat berubah pink dengan adanya basa. TBHQ memiliki rumus molekul CH 3 3 CC 6 H 3 OH 2 dan memiliki nama lain seperti tert-butyl-1,4- benzenediol atau 2-tert-butylhydroquinone. Sedangkan sifat fisik yang dimilikinya antara lain memiliki berat molekul = 166.22, titik didih 760 mmHg = 300 o C, titik leleh = 126.5-128.6 o C dan intensitas baunya sangat rendah Buck,1991.

2.3 Metode Analisis Antioksidan

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Kloramfenikol Dalam Sediaan Kapsul Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

10 121 47

Analisa Metanol, Etanol dan Triklosan dalam Sabun CAir Sirih Sumber Ayu Orchid secara Kromatografi Gas dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

4 88 46

Penetapan Kadar Simvastatin Dalam Sediaan Tablet Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dengan Fase Gerak Metanol–Air

23 164 114

Pengembangan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Spektrometri Massa untuk Penetapan Kadar Rifampisin, Isoniazid dan Pirazinamid dari Plasma Manusia dan Sediaan Tablet

3 113 249

Penetapan Kadar Amoxicilin Dalam Tablet Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

27 162 26

Penetapan Kadar Benzoat dalam Kismis Hitam Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

4 93 43

Optimasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Untuk Penetapan Kadar Antioksidan Tersier Butil Hidrokuinon (TBHQ)Dalam MinyakGoreng Setelah Penggorengan Berulang

0 0 28

Optimasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Untuk Penetapan Kadar Antioksidan Tersier Butil Hidrokuinon (TBHQ)Dalam MinyakGoreng Setelah Penggorengan Berulang

0 0 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Optimasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Untuk Penetapan Kadar Antioksidan Tersier Butil Hidrokuinon (TBHQ)Dalam MinyakGoreng Setelah Penggorengan Berulang

0 0 25

Optimasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Untuk Penetapan Kadar Antioksidan Tersier Butil Hidrokuinon (TBHQ)Dalam MinyakGoreng Setelah Penggorengan Berulang

0 0 21