TINJAUAN PUSTAKA METODOLOGI PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK i ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii RIWAYAT HIDUP v DAFTAR ISI vi DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN xi BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Perumusan Masalah 3 1.3. Tujuan Penelitian 3 1.4. Manfaat Penelitian 4 1.5. Pembatasan Penelitian 4

BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Minyak Goreng 6 2.1.1. Sifat fisik minyak 7 2.1.2. Sifat kimia minyak 8 2.1.3. Minyak goreng berulang kali 9 2.1.4. Bahaya minyak goreng berulang bagi kesehatan 10 2.2.Antioksidan 11 2.2.1. Manfaat antioksidan 12 2.2.2. Mekanisme kerja antioksidan 13 2.2.3. Tersier butyl hidrokuinon 14 2.3.Metode analisis antioksidan 14 2.4.Kromatografi Cair Kinerja Tinggi 15 2.4.1. Pemisahan dalam KCKT 16 2.4.2. Parameter penting pada KCKT 18 2.4.2.1. Waktu retensi t R 2.4.2.2. Faktor Kapasitas k’ 19 18 2.4.2.3. Selektivitas α 20 2.4.2.4. Efisiensi Kolom N 21 2.4.2.5. Resolusi Rs 22 2.4.2.6. Faktor ikutan T f dan faktor asimetri A s 2.4.3. Instrumen KCKT 24 22 2.4.3.1. Wadah fase gerak 25 vi Universitas Sumatera Utara 2.4.3.2. Pompa 25 2.4.3.3. Injector 25 2.4.3.4. Kolom 26 2.4.3.5. Detektor 26 2.4.3.6. Perekam atau rekorder 27 2.5. Validasi Metode 27 2.5.1. Linearitas 27 2.5.2. Akurasi kecermatan 28 2.5.3. Presisi keseksamaan 28 2.5.4. Batas deteksi dan batas kuantitasi LOD dan LOQ 28 2.5.5Selektifitas spesifisitas 29 2.5.6. Rentangan kisaran 29 2.5.7. Kekuatan ketahanan 30 2.5.8. Kekasaran Ketangguhan 30

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat 31 3.2. Bahan 31 3.3. Prosedur Penelitian 31 3.3.1. Preparasi sampel 31 3.3.2. Penyiapan larutan standar TBHQ 32 3.3.3. Optimasi sistem KCKT 32 3.3.4. Validasi metode KCKT 32 3.3.4.1. Ujilinieritas 32 3.3.4.2. Uji akurasi 33 3.3.4.3. Ujipresisi 33 3.3.4.4. Penentuan limit deteksi 34 3.3.4.5. Penetapan kadar TBHQ 34 3.4. Bagan Penelitian 36 3.4.1. Preparasi sampelminyak goreng 36 3.4.2. Optimasi sistem KCKT 37 3.4.3. Penetapan kadar TBHQ dalam minyak goreng 38

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Optimasi sistem KCKT 39 4.2. Validasi metode KCKT 43 4.2.1. Ujilinieritas 43 4.2.2. Ujiakurasi 44 4.2.3. Uji presisi 45 4.2.4. Penentuan limit deteksi LOD 47 4.3. Penetapan kadar TBHQ 48 vii Universitas Sumatera Utara

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 51 5.2. Saran 51 DAFTAR PUSTAKA 52 LAMPIRAN 58 viii Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL Nomor Judul Halaman Tabel 2.1 Standar mutu minyak goreng 7 Tabel 3.1 Perbandingan komposisi campuran fasa gerak 32 Tabe l 4.1 Data waktu retensi dan luas area tersier butil hidrokuinon TBHQkonsentrasi 50 ppm menggunakan komposisi fasa gerak 60:20:20; 60:25:15; 60:30:10 dengan laju alir 0,5; 1,0; 1,5 mLmenit 39 Tabel 4.2 Hasil analisis persen perolehan kembali antioksidanTBHQ dalam minyak 44 Tabel 4.3 Hasil analisis kadar antioks idan TBHQ pada uji intra- day 45 Tabel 4.4 Hasil analisis kadar antioks idan TBHQ pada uji intra- day hari ke-1 46 Tabel 4.5 Hasil analisis kadar antioksidan TBHQ pada uji intra- day hari ke-2 46 Tabel 4.6 Hasil analisis kadar antioksidan TBHQ pada uji intra- dayhari ke-3 47 Tabel 4.7 Hasil analisis limit deteksi LOD metode KCKT 48 Tabel 4.8 Hasil analisis kadar TBHQ dalam minyak goreng 49 ix Universitas Sumatera Utara DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman Gambar 2.1 Strukt ur TBHQ 14 Gambar 2.2 Ilustrasi proses pemisahan yang terjadi didalam kolom kromatografi cair kinerja tinggi 17 Gambar 2.3 Kromatogram puncak tunggal yang diperoleh dari analisis KCKT 18 Gambar 2.4 Kromatogram dua puncak yang diperoleh dari analisis KCKT 19 Gambar 2.5 Kromatogram hasil analisis kromatografi cair kinerja tinggi engan berbagai selektifitas dan efisiensi 21 Gambar 2.6 Bentuk p uncak k romatogram 23 Gambar 2.7 Pengukuran derajat asimetris puncak 24 Gambar 2.8 Instrumen dasar KCKT 25 Gambar 4.1 Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 50 ppm dengan laju alir 0,5 mLmenit menggunakan komposisi fasa gerakmetanol : asetonitril : asam asetat 1 a 60:20:20; b 60:25:15 dan c 60:30:10 41 Gambar 4.2 Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 50 ppm dengan laju alir 1,0 mLmenit menggunakan komposisi fasa gerakmetanol : asetonitril : asam asetat 1 a 60:20:20; b 60:25:15 dan c 60:30:10 41 Gambar 4.3 Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 50 ppm dengan laju alir 1,5 mLmenit menggunakan komposisi fasa gerakmetanol : asetonitril : asam asetat 1 a 60:20:20; b 60:25:15 dan c 60:30:10 42 Gambar 4.4 Kurva kalibrasi antioksidan TBHQ 44 Gambar 4.5 Kadar antioksidan TBHQ dalam minyak goreng 49 Universitas Sumatera Utara DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul Halaman Lampiran A1 Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 50 ppm yang dianalisa secara KCKT menggunakan kolom C18 3,9x150 mm; detektor UV 280 nm; suhu kolom 30 o C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:30:10 dan laju alir 0,5 mLmenit 58 Lampiran A2 Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 50 ppm yang dianalisa secara KCKT menggunakan kolom C18 3,9x150 mm; detektor UV 280 nm; suhu kolom 30 o C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:30:10 dan laju alir 1 mLmenit 59 Lampiran A3 Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ50 ppm yang dianalisa secara KCKT menggunakan kolom C18 3,9x150 mm; detektor UV 280 nm; suhu kolom 30 o C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:30:10 dan laju alir 1,5 mLmenit 60 Lampiran A4 Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 50 ppm yang dianalisa secara KCKT menggunakan kolom C18 3,9x150 mm; detektor UV 280 nm; suhu kolom 30 o C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:25:15 dan laju alir 0,5 mLmenit 61 Lampiran A5 Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 50 ppm yang dianalisa secara KCKT menggunakan kolom C18 3,9x150 mm; detektor UV 280 nm; suhu kolom 30 o C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:25:15 dan laju alir 1 mLmenit 62 x Universitas Sumatera Utara Lampiran A6 Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 50 ppm yang dianalisa secara KCKT menggunakan kolom C18 3,9x150 mm; detektor UV 280 nm; suhu kolom 30 o 63 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:25:15 dan laju alir 1,5 mLmenit Lampiran A7 Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 50 ppm yang dianalisa secara KCKT menggunakan kolom C18 3,9x150 mm; detektor UV 280 nm; suhu kolom 30 o 64 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:20:20 dan laju alir 0,5 mLmenit Lampiran A8 Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 50 ppm yang dianalisa secara KCKT menggunakan kolom C18 3,9x150 mm; detektor UV 280 nm; suhu kolom 30 o 65 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:20:20 dan laju alir 1 mLmenit Lampiran A9 Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 50 ppm yang dianalisa secara KCKT menggunakan kolom C18 3,9x150 mm; detektor UV 280 nm; suhu kolom 30 o 66 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:20:20 dan laju alir 1,5 mLmenit Lampiran B1 Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 10 ppm yang dianalisa secara KCKT menggunakan kolom C18 3,9x150 mm; detektor UV 280 nm; suhu kolom 30 o 67 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:20:20 dengan laju alir 0,5 mLmenit Universitas Sumatera Utara Lampiran B2 Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 25 ppm yang dianalisa secara KCKT menggunakan kolom C18 3,9x150 mm; detektor UV 280 nm; suhu kolom 30 o 67 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:20:20 dengan laju alir 0,5 mLmenit Lampiran B3 Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 50 ppm yang dianalisa secara KCKT menggunakan kolom C18 3,9x150 mm; detektor UV 280 nm; suhu kolom 30oC; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:20:20 dengan laju alir 0,5 mLmenit 68 Lampiran B4 Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 100 ppm yang dianalisa secara KCKT menggunakan kolom C18 3,9x150 mm; detektor UV 280 nm; suhu kolom 30oC; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:20:20 dengan laju alir0,5 mLmenit 68 Lampiran B5 Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 150 ppm yang dianalisa secara KCKT menggunakan kolom C18 3,9x150 mm; detektor UV 280 nm; suhu kolom 30oC; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:20:20 dengan laju alir 0,5 mLmenit 69 Lampiran B6 Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 200 ppm yang dianalisa secara KCKT menggunakan kolom C18 3,9x150 mm; detektor UV 280 nm; suhu kolom 30oC; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:20:20 dengan laju alir 0,5 mLmenit 69 xii Universitas Sumatera Utara Lampiran B7 Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 250 ppm yang dianalisa secara KCKT menggunakan kolom C18 3,9x150 mm; detektor UV 280 nm; suhu kolom 30oC; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:20:20 dengan laju alir 0,5 mLmenit 70 Lampiran C1 Kromatogram antioksidan TBHQ dalam minyak goreng sampel A dengan fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:20:20dan laju alir 0,5 mLmenit 71 Lampiran C2 Kromatogram antioksidan TBHQ di dalam minyak goreng setelah penggorengan pertama sampel B dengan fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:20:20 dan laju alir 0,5 mLmenit 72 Lampiran C3 Kromatogram antioksidan TBHQ di dalam minyak goreng setelah penggorengan kedua sampel C dengan fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:20:20 dan laju alir 0,5 mLmenit 73 Lampiran C4 Kromatogram antioksidan TBHQ di dalam minyak goreng setelah penggorengan ketiga sampel D dengan fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:20:20 dan laju alir 0,5 mLmenit 74 Lampiran D1 Kromatogram hasil persen perolehan kembali pada penambahan antioksidan TBHQ 50 ppm yang dianalisa secara KCKT menggunakan kolom C18 3,9x150 mm; detektor UV 280 nm; suhu kolom 30 o 75 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:20:20 dengan laju alir 0,5 mLmenit xiii Universitas Sumatera Utara Lampiran D2 Kromatogram hasil persen perolehan kembali pada penambahan antioksidan TBHQ 100 ppm yang dianalisa secara KCKT menggunakan kolom C18 3,9x150 mm; detektor UV 280 nm; suhu kolom 30 o 76 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:20:20 dengan laju alir 0,5 mLmenit Lampiran D3 Kromatogram hasil persen perolehan kembali pada penambahan antioksidan TBHQ 150 ppm yang dianalisa secara KCKT menggunakan kolom C18 3,9x150 mm; detektor UV 280 nm; suhu kolom 30 o 77 C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:20:20 dengan laju alir 0,5 mLmenit Lampiran D4 Kromatogram hasil persen perolehan kembali pada penambahan antioksidan TBHQ 200 ppm yang dianalisa secara KCKT menggunakan kolom C18 3,9x150 mm; detektor UV 280 nm; suhu kolom 30 o C; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:20:20 dengan laju alir 0,5 mLmenit 78 Lampiran E1 Sertifikat antioksidan Tersier Butil HidrokuinonTBHQ 79 Lampiran F1 AntioksidanTersier Butil Hidrokuinon TBHQ 80 Lampiran F2 Proses persiapan sampel minyak goreng sebelum dan setelah penggorengan berulang 80 Lampiran F3 Sampel minyak goreng sebelum dan setelah penggorengan berulang kali 80 Lampiran F4 Sentrifuge Thermo biofuge primo R 81 Lampiran F5 Rotary Evaporator Vacum BUCHIR210R215 81 Lampiran F6 Proses ekstaksi sampel menggunakan pengocok vortex mixer fisher scientific 81 Lampiran F7 Analisis sampel menggunakanHPLC Waters 510 Pump 82 xiv Universitas Sumatera Utara Lampiran G1 Kurva kalibrasi TBHQ 83 Lampiran G2 Contoh perhitungan kadar antioksidan TBHQ 83 Lampiran G3 Contoh perhitungan persen perolehan kembali 84 Lampiran G4 Contoh perhitungan presisi keseksamaan intra-daydan inter-day 84 Lampiran G5 Contoh perhitungan limit deteksi LOD 85 xv Universitas Sumatera Utara OPTIMASI METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI KCKT UNTUK PENETAPAN KADAR ANTIOKSIDAN TERSIER BUTIL HIDROKUINON TBHQ DALAM MINYAK GORENG SETELAH PENGGORENGAN BERULANG ABSTRAK Kromatografi cair kinerja tinggi KCKT dengan metode elusi gradien untuk penentuan kadar antioksidan sintetik tertier butil hidrokuinon TBHQ dalam minyak goreng setelah penggorengan berulang telah dipelajari. Sistem kromatografi menggunakan fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:30:10, 60:25:15, 60:20:20 dengan laju alir 0,5 mLmenit, 1 mLmenit dan 1,5 mLmenit. Kondisi optimum diperoleh pada fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:20:20 dengan laju alir 0,5 mLmenit. Metode ini memiliki presisi dan akurasi yang baik dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,998, persen perolehan kembali sebesar 98,8-101,1, limit deteksi LOD sebesar 7.8 mgL, keseksamaan intra-day sebesar 0,66 dan inter-day sebesar 0,26-0,53. Hasil analisis kadar antioksidan TBHQ di dalam dalam minyak goreng diperoleh sebesar 169,07 mgkg. Sedangkan kadar antioksidan TBHQ setelah penggorengan pertama, kedua dan ketiga yaitu 116,23 mgkg, 101,71 mgkg dan 88,89 mgkg. Nilai ini menunjukkan bahwa jumlah antioksidan TBHQ yang ditambahkan ke dalam minyak goreng masih berada di bawah batas maksimum menurut PERMENKES No.1168MenKesPerX1999. Kata kunci: KCKT, Antioksidan sintetik, tertier butil hidrokuinon, minyak goreng i Universitas Sumatera Utara OPTIMIZATION OF HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY HPLC METHOD FOR DETERMINATION OF TERTIARY BUTYL HYDROQUINONE TBHQ ANTIOXIDANT LEVEL IN COOKING OIL AFTER REPEATED FRYING ABSTRACT High performance liquid chromatography HPLC with gradient elution method for the determination of tertiary butyl hydroquinone a synthetic antioxidant TBHQ in cooking oil after frying repeatedly been studied. Chromatography system using a mobile phase mixture of methanol : acetonitrile : 1 acetic acid were 60:30:10, 60:25:15, 60:20:20 with a flow rate 0,5 mLmin, 1 mLmin and 1,5 mLmin. The optimum conditions obtained at the mobile phase a mixture of methanol : acetonitrile : 1 acetic acid 60:20:20 with a flow rate 0,5 mLmin. This method has a good precision and accuracy with a correlation coefficient 0,998, percent recoveries of 98,8 to 101,1, the limit of detection LOD 7,8 mgL, the intra- day precision 0,66 and inter-day 0,26 to 0,53. The results of the analysis in the levels of antioxidants TBHQ in edible oils obtained at 169,07 mgkg. While the levels of antioxidant TBHQ after frying the first, second and third are 116,23 mgkg, 101,71 mgkg and 88,89 mgkg. This value indicates that the amount of the antioxidant TBHQ were added to the cooking oil is still below the maximum limit according PERMENKES No.1168MenkesPerX1999. Keywords : HPLC, antioxidants, tertiary butyl hydroquinone, cooking oil ii Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Kloramfenikol Dalam Sediaan Kapsul Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

10 121 47

Analisa Metanol, Etanol dan Triklosan dalam Sabun CAir Sirih Sumber Ayu Orchid secara Kromatografi Gas dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

4 88 46

Penetapan Kadar Simvastatin Dalam Sediaan Tablet Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dengan Fase Gerak Metanol–Air

23 164 114

Pengembangan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Spektrometri Massa untuk Penetapan Kadar Rifampisin, Isoniazid dan Pirazinamid dari Plasma Manusia dan Sediaan Tablet

3 113 249

Penetapan Kadar Amoxicilin Dalam Tablet Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

27 162 26

Penetapan Kadar Benzoat dalam Kismis Hitam Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

4 93 43

Optimasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Untuk Penetapan Kadar Antioksidan Tersier Butil Hidrokuinon (TBHQ)Dalam MinyakGoreng Setelah Penggorengan Berulang

0 0 28

Optimasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Untuk Penetapan Kadar Antioksidan Tersier Butil Hidrokuinon (TBHQ)Dalam MinyakGoreng Setelah Penggorengan Berulang

0 0 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Optimasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Untuk Penetapan Kadar Antioksidan Tersier Butil Hidrokuinon (TBHQ)Dalam MinyakGoreng Setelah Penggorengan Berulang

0 0 25

Optimasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Untuk Penetapan Kadar Antioksidan Tersier Butil Hidrokuinon (TBHQ)Dalam MinyakGoreng Setelah Penggorengan Berulang

0 0 21