Alat Bahan Bagan Penelitian .1 Preparasi sampel minyak goreng

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Alat

Alat–alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu kromatografi cair kinerja tinggi Waters510 Pump, waters kolom C18 3,9x150 mm, detektor UV 280 nm, mikropipet Socorex 10- 100 μl, mikropipet syringe 50 μl, vortex mixer fisher scientific, sentrifuge Thermo biofuge primo R, rotary vacum evaporatorBUCHIR- 210R-215, pipet volum, labu takar dan alat gelas lain yang umum digunakan di laboratorium analisis.

3.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian yaitumetanol pro HPLC, asetonitril pro HPLC, asam asetat glasial, etil asetat pro analisis, tersier butil hidrokuinon TBHQ,membran penyaring 0.45 μm cellulose nitrat membrane filter PTFE, minyak goreng dan aquabidest. 3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Preparasi sampel Sampel minyak goreng yang dipilih dalam penelitian ini adalah minyak goreng komersil yang pada kemasannya tertera mengandung antioksidan TBHQ sampel A. Untukpenyiapan sampel minyak goreng pemakaian berulang,dilakukan penggorengan tempe mentahdengan pengulangan sebanyak 3 tiga kali. Pertama, sebanyak 5000 mL sampel A dipanaskan hingga suhu ± 150-160 o C kemudiandigoreng ± 0,5 kg tempe mentah dan selanjutnya minyak didinginkan sampel B. Kedua, digorengkembali tempe mentah menggunakan sampel B ± 0,5 kg tempeL minyak danminyak didinginkan kembali sampel C. Ketiga, sampel C digunakan kembali menggoreng tempe mentah ± 0,5 kg tempeL minyak dan selanjutnya didinginkan sampel D. Universitas Sumatera Utara

3.3.2 Penyiapan larutan standar TBHQ

Sebanyak 100 mg standar tersier butil hidroksi kuinon TBHQ dilarutkan dengan metanol di dalam labu ukur 100 mL, kemudian diencerkan hingga tanda batas untuk mendapatkan konsentrasi larutan standar 1000 ppm.

3.3.3 Optimasi sistem KCKT

Optimasi sistem dilakukan dengan penyiapan alat KCKT dan sebanyak 20 μl larutan standar TBHQ 50 ppm diinjeksikan ke dalam sistem KCKT menggunakan komposisi fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:20:20, 60:25:15, 60:30:10 dengan laju alir yang berbeda yaitu 0,5 mLmenit, 1 mLmenit dan 1,5 mLmenit Tabel 3.1. Setelah itu, dicatat waktu retensi dan ditentukan kondisi optimum dari setiap penyuntikan dengan berbagai perbandingan komposisifasa gerak dan laju alir. Tabel 3.1 Perbandingankomposisi campuran fasa gerak Metanol Asetonitril Asam asetat 1 60 20 20 60 60 25 30 15 10 3.3.4 Validasi metode KCKT 3.3.4.1 Uji linieritas Larutan standar TBHQ 1000 ppm diencerkan menjadi konsentrasi 10, 25, 50, 100, 150, 200 dan 250 ppm. Setelah itu, sebanyak 20 μlmasing-masing larutan standar diinjeksikan ke dalam KCKT.Derajat kelinieran dihitung berdasarkan regresi linear dari kurva kalibrasi yang diperoleh. 3.3.4.2Uji akurasi Harmita, 2004 Universitas Sumatera Utara Pada penetapan persen perolehan kembali dilakukan analisis awal pada minyak goreng komersil yang pada kemasannya tidak tertera adanya antioksidan TBHQ blanko. Selanjutnya sebanyak 0,025 gr antioksidan TBHQ ditambahkan kedalam blanko, kemudian diaduk dengan pengaduk magnet selama 15 menit pada suhu 40 o ����� ������ ������ℎ�� ������� = � � − � � � �∗ × 100 17 C. Setelah itu, diencerkan denganmenambakanminyak goreng hingga volumenya menjadi 50 mL 500 ppm. Larutan ini selanjutnya diencerkan secara bertingkat hingga diperoleh konsentrasi antioksidan TBHQ di dalam minyak goreng yaitu 50, 100, 150 dan 200 ppm.Minyak goreng dengan masing-masing konsentrasikemudian ditetapkan kadarnya dengan cara yang sama pada penetapan kadar TBHQ sampel minyak goreng 3.3.5. Nilai persen perolehan kembali recovery dihitung menggunakan persamaan berikut: dimana, C b C = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan analit a Ca =konsentrasi analit yang ditambahkan = konsentrasi sampel sebelum penambahan analit

3.3.4.3 Uji Presisi Harmita, 2004

uji keseksamaan dilakukan secara intraday dan interday pada standar TBHQ. Uji keseksamaan intra-day, sebanyak 20 μl larutan standar TBHQ 100 ppm diinjeksikan ke dalam KCKT dengan enam kali pengulangan pada hari yang sama.Sedangkan untuk inter-day, diinjeksikan dengan tiga kali pengulanganpada hari yang berbeda. Keseksamaan ditentukan dengan parameter standar deviasi relatif RSD dengan persamaan sebagai berikut: ��� = �� �� × 100 18 Universitas Sumatera Utara dimana, RSD = standar deviasi relatif SD = standar deviasi �� = kadar rata-rata

3.3.4.4 Penentuan limit deteksi Harmita, 2004

Sebanyak 2 0 μl masing-masing larutan standar TBHQ dengan konsentrasi 6, 7, 8, 9 dan 10 ppmdiinjeksikan ke dalam KCKT. Kemudian dihitung limit deteksi LOD dengan menggunakan persamaan berikut: �� = � � − �� 2 � − 2 19 ����� ������� ��� = 3 × �� ����� 20 Keterangan: SB = Simpangan baku LOD = Batas deteksi 3.3.4.5Penetapan kadar TBHQ Xijin dan Zhicai, 2011 Sebanyak 10 g sampel minyak goreng sampel A ditempatkan dalam tabung sentrifuse. Setelah itu ditambahkan 20 mL campuran metanol : asetonitril 1:1 dan dikocok menggunakan vorteks selama 15 menit. Sampel yang telah diekstrak selanjutnya diputar pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit dan supernatan hasil sentrifuse dipisahkan dari residunya. Ektraksi diulangi kembali dengan menambahkan 25 mL metanol : asetonitril 1:1, lalu dikocok selama ± 1 menit menggunakan vorteks. Selanjutnya sampel diputar pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit dan supernatan dipisahkan dari residunya. Supernatan hasil ekstraksi dikumpulkan dan disaring dengan membran penyaring 0,45 μm. Filtratnya kemudian dievaporasi Universitas Sumatera Utara dengan rotary vakum evaporator pada suhu 40 o C dan diencerkan hingga volumenya 10 mL. Sebanyak 20 μL filtrat diinjeksikan ke dalam KCKT pada kondisi fasa gerak dan laju alir optimum. Perlakuan yang sama dilakukan untuk penetapan kadar TBHQ pada sampel B, C dan D. Universitas Sumatera Utara 3.4 Bagan Penelitian 3.4.1 Preparasi sampel minyak goreng Sampel A Minyak goreng Dipanaskan T: 150-160 o C Digoreng tempe 0,5 kg tempe L minyak Didinginkan Dipanaskan T: 150-160 o C Digoreng tempe 0,5 kg tempe L minyak Didinginkan Sampel B penggorengan pertama Minyak goreng Sampel C penggorengan kedua Sampel D penggorengan ketiga Dipanaskan T: 150-160 o C Digoreng tempe 0,5 kg tempe L minyak Didinginkan Minyak goreng Minyak goreng Universitas Sumatera Utara 3.4.2Optimasi sistem KCKT Alat KCKT Optimasi sistem Pengkondisian Kolom = C-18 10 µm Detektor = UV λ=280 nm Fasa gerak = metanol : asetonitril : asam asetat 1 60 : 20 : 20; 60 : 25 : 15 dan 60 : 30 : 10 Laju alir = 0,5 mLmenit; 1 mLmenit dan 2 mLmenit Suhu oven kolom = 30 o C Tekanan ≤ 200 bar Kondisi optimum Injek larutan baku TBHQ Uji Validasi Linieritas Akurasi kecermatan Presisi keseksamaan Limit Deteksi LOD Universitas Sumatera Utara 3.4.3Penetapan kadar TBHQ dalam minyak goreng Dievaporasi T: 40 o C Disaring dengan membran 0,45 μm Filtrat diencerkan hingga volumenya 10 mL Diektraksi dengan 20 mLACN : MeOH 1:1, v Divortek t: 1 m Disentrifuse t: 15 m, r: 3000 rpm Minyak HPLC Supernatan II 10 g minyak goreng sampel A, B, C dan D Diektraksi dengan 20 mLACN : MeOH 1:1, v Divortek t: 1 m Disentrifuse t: 15 m, r: 3000 rpm Supernatan I Minyak Universitas Sumatera Utara

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Optimasi Sistem KCKT

Pada penelitian ini, telah dilakukan optimasi fasa gerak dan laju alir dalam sistem KCKT. Variabel tetap yang digunakan pada optimasi adalahfase diam kolom C18, detektor UV λ=280 nm, suhu kolom 30 o C dan tekanan 200 bar. Sedangkan variabel berubahnya adalah perbandingan komposisi fasa gerak metanol : asetonitril : asam asetat 1 60:20:20, 60:25:15 dan 60:30:10 serta laju alir 0,5 mLmenit,1 mLmenit dan 1,5 mLmenit. Tabel 4.1 Data waktu retensi dan luas area tersier butil hidrokuinon TBHQ konsentrasi 50 ppmmenggunakan komposisi fasa gerak 60:20:20; 60:25:15; 60:30:10 dengan laju alir 0,5; 1,0; 1,5 mLmenit Fasa gerak metanol : Asetonitril : As. Asetat 1 Laju alir mLmenit Tersier butil hidrokuinon Waktu retensi menit Luas arearata- rata 60 : 20 : 20 0,5 2.27 3231173 1,0 1,20 1605636 1,5 0,80 1379254 60 : 25 : 15 0,5 2.20 2962816 1,0 1.13 1599876 1,5 0,73 1084103 60 : 30 : 10 0,5 2,07 2542792 1,0 1,07 1388827 1,5 0,73 921696 Berdasarkan hasil analisis larutan standar antioksidan TBHQ menggunakan beberapa perbandingan komposisi fasa gerak dan laju alir, diperoleh fasa gerak dan laju alir yang baik untuk analisis minyak goreng menggunakan KCKT. Komposisi Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Kloramfenikol Dalam Sediaan Kapsul Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

10 121 47

Analisa Metanol, Etanol dan Triklosan dalam Sabun CAir Sirih Sumber Ayu Orchid secara Kromatografi Gas dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

4 88 46

Penetapan Kadar Simvastatin Dalam Sediaan Tablet Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dengan Fase Gerak Metanol–Air

23 164 114

Pengembangan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Spektrometri Massa untuk Penetapan Kadar Rifampisin, Isoniazid dan Pirazinamid dari Plasma Manusia dan Sediaan Tablet

3 113 249

Penetapan Kadar Amoxicilin Dalam Tablet Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

27 162 26

Penetapan Kadar Benzoat dalam Kismis Hitam Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

4 93 43

Optimasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Untuk Penetapan Kadar Antioksidan Tersier Butil Hidrokuinon (TBHQ)Dalam MinyakGoreng Setelah Penggorengan Berulang

0 0 28

Optimasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Untuk Penetapan Kadar Antioksidan Tersier Butil Hidrokuinon (TBHQ)Dalam MinyakGoreng Setelah Penggorengan Berulang

0 0 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Optimasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Untuk Penetapan Kadar Antioksidan Tersier Butil Hidrokuinon (TBHQ)Dalam MinyakGoreng Setelah Penggorengan Berulang

0 0 25

Optimasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Untuk Penetapan Kadar Antioksidan Tersier Butil Hidrokuinon (TBHQ)Dalam MinyakGoreng Setelah Penggorengan Berulang

0 0 21