Pada penetapan persen perolehan kembali dilakukan analisis awal pada minyak goreng komersil yang pada kemasannya tidak tertera adanya antioksidan TBHQ
blanko. Selanjutnya sebanyak 0,025 gr antioksidan TBHQ ditambahkan kedalam blanko, kemudian diaduk dengan pengaduk magnet selama 15 menit pada suhu 40
o
����� ������ ������ℎ�� ������� = �
�
− �
�
�
�∗
× 100          17 C.
Setelah itu, diencerkan denganmenambakanminyak goreng hingga volumenya menjadi 50 mL 500 ppm. Larutan ini selanjutnya diencerkan secara bertingkat
hingga diperoleh konsentrasi antioksidan TBHQ di dalam minyak goreng yaitu 50, 100, 150 dan 200 ppm.Minyak goreng dengan masing-masing konsentrasikemudian
ditetapkan kadarnya dengan cara yang sama pada penetapan kadar TBHQ sampel minyak goreng 3.3.5. Nilai persen perolehan kembali  recovery dihitung
menggunakan persamaan berikut:
dimana,  C
b
C = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan analit
a
Ca =konsentrasi analit yang ditambahkan = konsentrasi sampel sebelum penambahan analit
3.3.4.3 Uji Presisi Harmita, 2004
uji keseksamaan dilakukan secara intraday  dan  interday  pada standar TBHQ. Uji keseksamaan intra-day,
sebanyak 20 μl larutan standar TBHQ 100 ppm diinjeksikan ke dalam KCKT dengan enam kali pengulangan pada hari yang sama.Sedangkan
untuk  inter-day,  diinjeksikan  dengan tiga kali pengulanganpada hari yang berbeda. Keseksamaan ditentukan dengan parameter standar deviasi relatif RSD dengan
persamaan sebagai berikut:
��� = ��
�� × 100                                             18
Universitas Sumatera Utara
dimana, RSD = standar deviasi relatif SD   = standar deviasi
��     = kadar rata-rata
3.3.4.4 Penentuan limit deteksi Harmita, 2004
Sebanyak 2 0 μl masing-masing larutan standar TBHQ dengan konsentrasi 6, 7, 8, 9
dan  10 ppmdiinjeksikan ke dalam KCKT. Kemudian dihitung  limit deteksi LOD dengan menggunakan persamaan berikut:
�� = � � − ��
2
� − 2 19
����� ������� ��� = 3 ×
�� �����
20
Keterangan: SB     = Simpangan baku
LOD = Batas deteksi
3.3.4.5Penetapan kadar TBHQ Xijin dan Zhicai, 2011
Sebanyak 10 g  sampel  minyak goreng  sampel A  ditempatkan dalam tabung sentrifuse. Setelah itu ditambahkan  20 mL campuran  metanol : asetonitril 1:1  dan
dikocok menggunakan vorteks  selama 15 menit. Sampel yang telah diekstrak selanjutnya  diputar pada kecepatan  3000 rpm selama 15 menit dan supernatan hasil
sentrifuse dipisahkan dari residunya. Ektraksi diulangi kembali dengan menambahkan 25  mL metanol : asetonitril 1:1, lalu dikocok selama ± 1 menit  menggunakan
vorteks. Selanjutnya sampel diputar pada kecepatan  3000 rpm selama 15 menit dan supernatan dipisahkan dari residunya. Supernatan hasil ekstraksi dikumpulkan dan
disaring  dengan  membran  penyaring  0,45  μm.    Filtratnya kemudian dievaporasi
Universitas Sumatera Utara
dengan rotary vakum evaporator pada suhu 40
o
C dan diencerkan hingga volumenya 10 mL.
Sebanyak 20 μL filtrat diinjeksikan ke dalam KCKT pada kondisi fasa gerak dan laju alir optimum. Perlakuan yang sama dilakukan untuk penetapan kadar TBHQ
pada sampel B, C dan D.
Universitas Sumatera Utara
3.4 Bagan Penelitian 3.4.1 Preparasi sampel minyak goreng