Pengertian Cerita Anak Unsur-unsur Intrinsik Cerita Anak

14 Faktor-faktor yang ada di dalam diri pembaca meliputi kemampuan linguistik kebahasaan, minat seberapa besar kepedulian pembaca terhadap bacaan yang dihadapinya, motivasi seberapa besar kepedulian pembaca terhadap tugas membaca atau perasaan umum mengenai membaca dan sekolah, dan kumpulan kemampuan membaca seberapa baik pembaca dapat membaca. Johnson dan Person melalui Zuchdi 2008: 23 mendefinisikan bahwa faktor-faktor di luar pembaca dibedakan menjadi dua kategori – unsur-unsur bacaan dan lingkungan membaca. Unsur-unsur pada bacaan atau ciri-ciri tekstual meliputi kebahasaan teks kesulitan bahan bacaan dan organisasi teks jenis pertolongan yang tersedia berupa bab dan subbab, susunan tulisan, dsb. Kualitas lingkungan membaca meliputi faktor-faktor: persiapan guru sebelum, pada saat, atau setelah pelajaran membaca guna menolong murid memahami teks; cara murid menanggapi tugas; dan suasana umum penyelesaiaan tugas; hambaran, dorongan, dsb. Semua faktor ini tidak saling terpisah, tetapi saling berhubungan.

B. Cerita Anak

1. Pengertian Cerita Anak

Nurgiyantoro 2005: 219 mengungkapkan bahwa dalam cerita fiksi anak, anak adalah subjek yang menjadi fokus perhatian, dan itu haruslah tercermin secara konkret dalam cerita. Tokoh fiksi boleh siapa saja, namun mesti ada anak- anaknya, dan tokoh anak itu tidak saja menjadi pusat perhatian, tetapi juga menjadi pusat pengisahan, atau sebagai fokalisasi. Buku cerita fiksi anak yang baik adalah buku cerita yang mengantarkan dan berangkat dari kacamata anak. 15 Hal itu adalah isu fundamental dalam sastra anak. Dengan demikian, ketika membaca certa fiksi itu anak dengan mudah memahami, mengidentifikasi, dan mengembangkan fantasinya lewat bacaan cerita fiksi. Kurniawan 2013: 22 menjelaskan bahwa apa yang disebut dengan sastra anak, tentunya mengacu kepada; kehidupan cerita yang berkorelasi dengan dunia anak-anak dunia yang dipahami anak dan bahasa yang digunakan sesuai dengan perkembangan intelektual dan emosional anak bahasa yang dipahami anak-anak. Hal ini menunjukkan bahwa batasan sastra anak hanyalah pada karyanya, dimensi lainnya, seperti pengarang dan pembaca sebagai pencipta dan penikmat dalam sastra anak tidak mutlak harus anak-anak. Ismawati 2013: 99 menjelaskan bahwa sastra anak adalah sastra yang layak untuk anak. Tema yang dibahas pantas untuk anak. Bahasanya layak untuk anak, indah, dan penuh dengan fantasi yang merangsang tumbuh suburnya iamjinasi anak. Penulisnya, bisa anak, bisa orang dewasa. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam satra anak, yang menjadi fokus perhatian ialah anak atau kehidupan cerita yang berkorelasi dengan dunia anak-anak dunia yang dipahami anak, selain itu bahasa yang digunakan dalam sastra anak sesuai dengan perkembangan intelektual dan emosional anak sehingga ketika membaca anak dengan mudah memahami, memgidentifikasi, dan mengembangkan imajinasinya. 16

2. Unsur-unsur Intrinsik Cerita Anak

Cerita anak seperti juga cerita fiksi terdapat unsur-unsur intrinsik diantaranya sebagai berikut. a. Tokoh Nurgiyantoro 2005: 223 menjelaskan bahwa dalam cerita fiksi anak tokoh cerita tidak harus berwujud manusia, seperti anak-anak atau orang dewasa lengkap dengan nama dan karakternya, melainkan juga dapat berupa binatang atau suatu objek yang lain yang biasanya merupakan bentuk personifikasi manusia. Bahkan, bukan dalam fabel sekalipun, atau fabel modern, tokoh binatang juga dapat dimunculkan bersama tokoh manusia yang lain, dan anak juga akan dapat menerima secara wajar percakapan yang terjadi anatara manusia dan binatang. Nurgiyantoro 2005: 224 mengungkapkan bahwa selain memberikan bacaan yang sehat dan menarik, buku cerita fiksi anak dimaksudkan untuk memberikan ”pendidikan” moral tertentu lewat cerita. Tokoh cerita adalah sarana strategis untuk memberikan tujuan pendidikan yang dimaksud. b. Alur cerita Nurgiyantoro 2005: 237 menjelaskan bahwa dalam kaitannya dengan teks cerita, alur berhubungan dengan berbagai hal seperti peristiwa, konflik yang terjadi, dan akhirnya mencapai klimaks, serta bagaimana kisah itu diselesaikan. Alur berkaitan dengan masalah bagaimana peristiwa, tokoh, dan segala sesuatu itu digerakkan, dikisahkan sehingga menjadi rangkaian cerita yang padu dan menarik. Alur merupakan rangkain peristiwa yang terjadi berdasarkan hubungan sebab akibat. Keterkitan antara peristiwa dan hubungan sebab akibat itulah yang 17 menyebabkan alur cerita menjadi logis. Anak pun sudah dapat bersikap kritis, lagipula cerita fiksi juga merupakan salah satu sarana untuk memupuk perasaan dan pikiran kritis. c. Latar cerita Nurgiyantoro 2005:249 menjelaskan bahwa latar menunjuk pada tempat, yaitu lokasi di mana cerita itu terjadi, waktu, kapan cerita itu terjadi, dan lingkungan sosial-budaya, keadaan kehidupan bermasyarakat tempat tokoh dan peristiwa terjadi. Dalam cerita fiksi anak latar fisik lebih dirasakan kehadirannya oleh anak, dan karenanya ia dapat dianggap menjadi lebih penting daripada latar spiritual. Maka, dalam cerita fiksi anak, jenis latar itu lazimnya diceritakan secara lebih jelas dan rinci. d. Tema cerita Nurgiyantoro 2005: 260 menjelaskan bahwa tema lazimnya berkaitan dengan berbagai permasalahan kehidupan manusia karena sastra berbicara tentang berbagai aspek masalah kemanusiaan: hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan diri sendiri, manusia dengan sesama, dan manusia dengan lingkungan alam. Tema sebuah cerita fiksi merupakan gagasan utama dan atau makna utama cerita. Tema berbicara dan berkaitan dengan masalah kebenaran, kebenaran tentang kehidupan sebagaimana yang diyakini penulis. Sebagai sebuah cerita, kebenaran yang ingin disampaikan itu didemonstrasikan lewat kehidupan yang sengaja dibangun dan dikembangkan lewat tokoh, alur, dan elemen cerita yang lain. 18 e. Moral atau amanat Nurgiyantoro 2005: 256 menjelaskan bahwa moral, amanat, atau massages dapat dipahami sebagai sesuatu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Kehadiran unsur moral dalam sebuah cerita fiksi anak harusnya terkandung sebuah ideologi, yang secara langsung atau tidak langsung mengakui bahwa sesuatu yang baik harus diperjuangkan dan dimenangkan. f. Sudut pandang Nurgiyantoro 2005: 269 menjelaskan bahwa sudut pandang pada hakikatnya adalah sebuah cara, strategi, atau siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengungkapkan cerita dan gagasannya. Sebuah cerita yang mengangkat tokoh anak membawa konsekuensi bahwa segala sesuatu yang dikisahkan juga harus mencerminkan atau sesuai dengan cara dan kemampuan anak dalam memandang dan menyikapi suatu persoalan.

C. Strategi Pembelajaran Membaca