Strategi Pembelajaran Membaca KAJIAN TEORI

18 e. Moral atau amanat Nurgiyantoro 2005: 256 menjelaskan bahwa moral, amanat, atau massages dapat dipahami sebagai sesuatu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Kehadiran unsur moral dalam sebuah cerita fiksi anak harusnya terkandung sebuah ideologi, yang secara langsung atau tidak langsung mengakui bahwa sesuatu yang baik harus diperjuangkan dan dimenangkan. f. Sudut pandang Nurgiyantoro 2005: 269 menjelaskan bahwa sudut pandang pada hakikatnya adalah sebuah cara, strategi, atau siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengungkapkan cerita dan gagasannya. Sebuah cerita yang mengangkat tokoh anak membawa konsekuensi bahwa segala sesuatu yang dikisahkan juga harus mencerminkan atau sesuai dengan cara dan kemampuan anak dalam memandang dan menyikapi suatu persoalan.

C. Strategi Pembelajaran Membaca

Abidin 2012: 32 menjelaskan bahwa strategi berasal dari bahasa Yunani strategia yang berarti ilmu perang atau panglima perang. Strategi merupakan suatu seni merancang operasi dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang angkatan darat atau laut. Strategi juga dapat diartikan sebagai suatu keterampilan mengatur suatu kejadian atau hal ihwal. Abidin 2012: 32 mendefinisikan strategi pembelajaran sebagai taktik yang digunakan guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara tepat sasaran. 19 Dengan kata lain, strategi belajar mengajar merupakan usaha yang dilakukan guru untuk menciptakan kondisi kondusif bagi siswa belajar. Ruddell 2005: 90 menyimpulkan bahwa pemahaman adalah gabungan dari siklus dan bertumpuk, berupa membuat prediksi – membaca contoh teks – membuat prediksi ulang – membuat kembali contoh siklus yang sepertinya untuk mengumpulkan kecepatan dan kekuatan karena ini akan mempengaruhi keberhasilan pada tahap selanjutnya. “The point is, comprehension is both cyclical and cumulative; it is driven by a predict – read sample text – repredict – resample cycle that seems to gether speed and strength and force as it continues successfully forward.” Scott Paris, Marjorie Lipson, and Karen Wixon melalui Ruddell 2005: 91 menjelaskan gagasan dari “strategi membaca” bahwa, membaca ialah di mana pembaca tidak hanya tahu apa yang dilakukan, tetapi juga tahu bagaimana melakukannya, dan kapan melakukan apa. Mereka menamai semua itu sebagai pengetahuan “Declarative” mengetahui apa yang dilakukan, “Procedural” mengetahui bagaimana melakukannya, “Conditional” mengetahui kapan melakukan apa. Mereka menegaskan bahwa pembaca tahu tujuan yang ada padanya dan pilihan untuk melengkapinya dengan baik; kemampuan pembaca yang rendah sering tidak digunakan. Selain membaca pemahaman kemampuan yang dikuasai siswa ialah kemampuan membaca kritis. Membaca kritis merupakan tahapan lebih tinggi dari membaca pemahaman karena siswa dituntut mampu mengkritisi teks yang telah dibaca. Ruddell 2005: 92 menjelaskan bahwa pada satu tahap guru dapat 20 menerima untuk melakukannya membaca kritis dengan menggunakan strategi instruksi yang berfokus pada siswa, berpikir, berbicara, dan mengggunakan pertanyaan terbuka untuk menjadikan pedoman siswa dalam membaca teks. Strategi dalam konteks ini, guru yang selektif menggunakan kekritisan yang tepat dengan memberikan siswa pertanyaan, tinjauan, analisis kritis tentang apa yang mereka baca. Strategi instruksional tersebut ialah the Directed Reading – Thinking Activity DR-TA and the Group Mapping Activity GMA. .... One step we can take toward doing this is to use instructional strategies that focus on students rather than teacher thinking and talk and that use open-ended question to guide students’ reading of text. Within the context of these strategies, selective teacher use of critical prompts allows students to question, critique, and critically analyze what they read. The instructional strategies presented next, the Directed Reading – Thinking Activity DR-TA and the Group Mapping Activity GMA.

D. Strategi Pembelajaran GMA Group Mapping Activity