Peta Kontrol Control Chart

28 28-Nov 394 21 0.05330 0.05 0.08294 0.01706 Tabel 5.12. Peta Kontrol p Jumlah Kecacatan No Tanggal Frekuensi Pengamatan Jumlah cacat per hari Pi CL UCL LCL 29 29-Nov 394 18 0.04569 0.05 0.08294 0.01706 30 30-Nov 394 21 0.05330 0.05 0.08294 0.01706 Total 11820 591 Berdasarkan hasil pada Tabel 5.12. maka dapat diperoleh peta kontrol p pada Gambar 5.6. 28 25 22 19 16 13 10 7 4 1 0.09 0.08 0.07 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.01 Sample P ro p o rt io n _ P= 0.05 UCL= 0.08294 LCL= 0.01706 P Chart of Jumlah cacat per hari Gambar 5.6. Peta Kontrol p Jumlah Kecacatan Berdasarkan Gambar 5.6. dapat dilihat bahwa semua titik berada dalam batas kendali dimana nilai proporsi kecacatan p adalah 0.05 , batas pengendali atas UCL adalah 0.08924 dan batas pengendali bawah LCL adalah 0.01706.

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Histogram

Histogram memperlihatkan bahwa kecacatan terbesar adalah kecacatan sheet yang mengandung kotoran, kemudian sheet yang mengandung gelembung udara dan sheet yang berjamur. Histogram tersebut menunjukkan bahwa perlu dilakukan tindakan perbaikan dalam rangka mengendalikan kualitas produk dengan mengetahui faktor penyebab kecacatan produk.

6.2. Analisis Diagram Pareto

Diagram Pareto menunjukkan bahwa persentase sheet mengandung kotoran 56.2 dan sheet mengandung gelembung udara 25.2 adalah persentase kumulatif yang paling dominan. Berdasarkan aturan Pareto 80-20 dimana 80 produk cacat disebabkan oleh 20 jenis kecacatannya. Jadi untuk mengatasi masalah kecacatan di PT. Perkebunan Nusantara II Batang Serangan harus menyelesaikan jenis kecacatan paling dominan persentase kumulatif 80 yaitu sheet mengandung kotoran dan sheet mengandung gelembung udara, dengan menyelesaikan faktor dominan tersebut maka dapat mengatasi masalah dengan signifikan.

6.3. Analisis

Scatter Diagram Diagram Pencar Scatter diagram menunjukkan hubungan antara variabel satu dengan lainnya. Dari perhitungan diperoleh niali koefisien korelasi antara sheet mengandung kotoran dengan sheet mengandung gelembung udara adalah r=0,55, koefisien korelasi antara sheet mengandung kotoran dengan sheet berjamur adalah r=0,21 dan koefisien korelasi antara sheet mengandung gelembung udara dengan sheet berjamur adalah r=0,12. Berdasarkan nilai koefisien korelasi setiap variabel, menunjukkan hubungan yang kuat antara sheet mengandung kotoran dengan sheet mengandung gelembung udara. Pada pengamatan yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara II Batang Serangan terlihat bahwa bila kecacatan sheet mengandung kotoran meningkat maka akan menaikkan kecacatan sheet mengandung kotoran. Oleh karena itu untuk mengontrol kualitas ribbed smoke sheet RSS maka harus memperbaiki lembaran sheet yang mengandung kotoran dan sheet mengandung gelembung udara.

6.4. Analisis

Control Chart Peta Kontrol Peta kontrol menunjukkan bahwa jumlah sheet mengandung kotoran berada di batas kontrol in control yang berarti data yang diambil sudah seragam. Dari hasil pengamatan yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara II Batang Serangan menunjukkan jumlah kecacatan masih seragam sehingga jumlah kecacatan yang terjadi PT. Perkebunan Nusantara II Batang Serangan masih dapat dikendalikan.

6.5. Analisis

Cause and Effect Diagram Diagram Sebab Akibat Faktor-faktor penyebab terjadinya kecacatan kecacatan sheet mengandung kotoran dapat diketahui dengan 4 aspek, yaitu: 1. Manusia Penyebab terjadinya dari segi manusia, terdapat beberapa faktor penyebab kecacatan, yaitu operator tidak melakukan penyaringan sesuai dengan SOP dan operator tidak mengontrol bara api pada saat pengasapan disebabkan operator mengobrol saat produksi dan operator mangantuk ketika proses pengasapan 2. Mesin Penyebab kecacatan dari faktor mesin adalah putaran mesin sheeter sudah berkurang karena mesin sheeter yang sudah berkarat dikarenakan kurang perawatan dan umur pakai mesin sheeter. Umur pakai mesin yang sudah lama tidak didukung dengan perawatan mesin secara berkala. Selain itu saat produksi, bahan baku akan melewati mesin penggiling, mesin yang berkarat akan menimbulkan kotoran pada produk 3. Bahan Mutu bahan baku tidak memenuhi spesifikasi yaitu lateks kotor disebabkan pada saat proses penyadapan tercampur dengan material lain dan kurangnya inspeksi bahan baku. Bahan baku yang dikirim ke pabrik diperoleh langsung dari kebun perusahaan atau dari hasil kebun masyarakat sekitar. Pada saat penerimaan bahan baku, tidak dilakukan

Dokumen yang terkait

Peningkatan Kualitas Pipa PVC dengan Menggunakan Metode Taguchi dan Fault Tree Analysis (FTA) di PT. Sinar Utama Nusantara

12 126 132

Perbaikan Kualitas Produk Packing Sterilizer dengan Metode Taguchi dan Fault Tree Analysis di PT. Industri Karet Nusantara

2 19 126

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BATIK MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DAN Analisis Pengendalian Kualitas Produk Batik Menggunakan Metode Fault Tree Analysis (FTA) Dan Failure Mode And Effects Analysis (FMEA) (Studi Kasus: Industri Ba

0 2 12

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Peningkatan Kualitas Pipa PVC dengan Menggunakan Metode Taguchi dan Fault Tree Analysis (FTA) di PT. Sinar Utama Nusantara

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN - Peningkatan Kualitas Pipa PVC dengan Menggunakan Metode Taguchi dan Fault Tree Analysis (FTA) di PT. Sinar Utama Nusantara

0 1 9

Peningkatan Kualitas Pipa PVC dengan Menggunakan Metode Taguchi dan Fault Tree Analysis (FTA) di PT. Sinar Utama Nusantara

0 0 16

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Evaluasi Perbaikan Kualitas Menggunakan Metode Seven Tools Dan Fault Tree Analysis (FTA) Di PT. Perkebunana Nusantara II Batang Serangan

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN - Evaluasi Perbaikan Kualitas Menggunakan Metode Seven Tools Dan Fault Tree Analysis (FTA) Di PT. Perkebunana Nusantara II Batang Serangan

0 1 8

Evaluasi Perbaikan Kualitas Menggunakan Metode Seven Tools Dan Fault Tree Analysis (FTA) Di PT. Perkebunana Nusantara II Batang Serangan

0 0 18

FTA (Fault Tree Analysis)

0 3 9