7. Kelompok kerja 8. Operator perorangan
9. Supplier bahan dan suku cadang
Gambar 3.8. Stratifikasi Jumlah Kecacatan Produk
b. Defective check sheet Defective check sheet untuk mengurangi jumlah kesalahan atau cacat yang ada
dalam suatu proses kerja maka terlebih dahulu kita harus mampu mengidentifikasikan jenis kesalahan yang ada dan presentasenya. Setiap kesalahan
biasanya akan diperoleh dari faktor-faktor penyebab yang berbeda sehingga tindakan korektif yang tepat harus diambil sesuai dengan jenis kesalahan dan
penyebabnya tersebut. Defective check sheet dapat dilihat pada Gambar 3.9.
Gambar 3.9. Defective Check Sheet
3.6.3. Histogram
Histogram menggambarkan variasi dalam sebuah proses. Grafik histogram menunjukkan proses kapabilitas dan keinginan, hubungan ke spesifikasi dan
nominal. Histogram mengusulkan bentuk populasi dan menandai jika ada data yang renggang.
Histogram adalah salah satu metode statistik untuk mengatur data sehingga dapat dianalisis dan diketahui distribusinya. Histogram adalah tipe grafik batang
dimana sejumlah data dikelompokkan ke dalam beberapa kelas dengan interval tertentu. Histogram memperlihatkan gambaran penyebaran data apakah sesuai
dengan yang diharapkan atau tidak. Histogram dapat dilihat pada Gambar 3.10.
Gambar 3.10. Histogram Kecacatan
3.6.4. Pareto Diagram
15
Alfredo Pareto 1843-1923 melakukan penelitian secara intensif memgenai distribusi di Eropa. Pareto melakukan pengamatan terhadap pendapatan
di Italia, dan menyimpulkan bahwa 80 besarnya pendapatan di Italia, hanya
15
Dale H Besterfield. Quality Control, Fifth Edition USA, Prentice Hall.Inc. h.15
diterima oleh 20 penduduk. Berawal dari sini, dia melakukan survei yang sama di beberapa negara dan menemukan hal yang sama juga bahwa 80 pendapatan
diterima oleh 20 penduduk. Informasi penelitian distribusi yang tidak seimbang ini menjadi sebuah bagian integral dari teori ekonomi. Dr. Joseph Juran
mengenalkan konsep ini secara universal yang dapat diaplikasikan dalam banyak bidang dan menyarankan untuk memberi nama hukum 8020 sebagai diagram
Pareto. Pareto Diagram adalah grafik tingkatan klasifikasi data yang diurutkan
dari kiri ke kanan. Kadang-kadang pareto diagram mempunyai garis kumulatif. yang direpresentasikan kepada jumlah data yang disatukan bersama dari kiri ke
kanan, dari yang paling besar disebelah kiri ke yang paling kecil disebelah kanan. Susunan tersebut akan membantu kita untuk menentukan pentingnya atau prioritas
kategori kejadian-kejadian atau sebab-sebab kejadian yang dikaji. Dengan bantuan Pareto Diagram tersebut kegiatan akan lebih efektif dengan memusatkan perhatian
pada sebab-sebab yang mempunyai dampak yang paling besar terhadap kejadian daripada meninjau berbagai sebab suatu waktu.
Langkah-langkah Pareto Diagram adalah sebagai berikut: 1. Tentukan metode pengklasifikasian data : menggunakan masalah, penyebab,
tipe nonconformite dan seterusnya 2. Putuskan jika frekuensi yang terbaik atau frekuensi harus digunakan sebagai
tingkatan frekuensi 3. Kumpulkan data interval waktu yang tepat
4. Urutkan data atau kategori tingkatan dari yang terbesar hingga yang terkecil
5. Hitung persentasi kumulatif 6. Buat diagram dan temukan hal-hal yang penting
3.6.5. Scatter Diagram Diagram Pencar
16
Melalui penggambaran data tersebut dalam scatter diagram, akan dapat dilakukan analisa lebih lanjut, sejauhmana antara faktor x dan y memiliki korelasi,
yang dalam hal ini direpresentasikan sebagai nilai r rho, yaitu nilai yang menunjukkan tingkat keeratan hubungan antar faktor tersebut. Dikatakan kedua
faktor itu berhubungan sangat erat bila nilai rho mendekati angka + 1. Di samping itu, juga akan dapat disimpulkan kecenderungan arah korelasi tersebut positif
atau negatif. Scatter Diagram adalah gambaran yang menunjukkan kemungkinan
hubungan korelasi antara pasangan dua macam variabel. Walaupun terdapat hubungan namun tidak berarti bahwa suatu variabel menyebabkan timbulnya
variabel yang lain. Scatter Diagram biasanya menjelaskan adanya hubungan antara dua variabel dan menunjukkan keeratan hubungan tersebut.
Scatter Diagram juga dapat digunakan untuk mencek apakah suatu variabel dapat digunakan untuk mengganti variabel yang lain. Sebagai contoh
hubungan anatar temperatur dengan volume suatu bahan misalnya gas adalah demikian erat sehingga dengan mengukur temperatur dapat memperkirakan
volumenya. Dengan demikian daripada mengukur volume secara langsung, akan lebih murah dan lebih aman apabila mengukur temperaturnya.
16
M.N. Nasution. Manajemen Mutu Terpadu. 2001. Jakarta, Ghalia Indonesia. h.102