Teknik Sampling LANDASAN TEORI
b. Tetapi bila populasinya besar, perlu digunakan label random numbers yang prosedurnya adalah sebagai berikut:
1 Misalnya populasi berjumlah 300 N=300. 2 Tentukan nomor setiap unit populasi dari 1 sd 300 = 3 digitkolom
3 Tentukan besar sampel yang akan diambil. Misalnya 75 atau 25 4 Tentukan skema penggunaan label random numbers. misalnya dimulai
dari 3 kolom pertama dan baris pertama dengan menggunakan tabel random numbers, tentukan unit mana yang terpilih, sebesar sampel
yang dibutuhkan, yaitu dengan mengurutkan angka-angka dalam 3 kolom pertama, dari atas ke bawah, setiap nomor
≤ 300, merupakan nomor sampel yang diambil 100, 175, 243, 101, bila ada nomor
≥ 300, tidak diambil sebagai sampel N = 300. Jika pada lembar pertama
jumlah sampel belum mencukupi, lanjutkan ke lembaran berikutnya, dan seterusnya. Jika ada nomor yang serupa dijumpai, di ambil hanya
satu, karena setiap orang hanya mempunyai 1 nomor identifikasi.
Gambar 3.1. Ilustrasi Simple Random Sampling
1 2 3 4 5 6
13 Diambil secara
random Sampel yang
Representatif Populasi homogen
2. Stratified random sampling sampling bertingkat
8
Stratified random sampling digunakan peneliti apabila di dalam populasi terdapat kelompok-kelompok subjek dan antara satu kelompok dengan
kelompok yang lain tampak adanya strata atau tingkatan. Pada stratified random sampling populasi N unit adalah pembagian pertama menjadi
subpopulasi dar N
1
, N
2,…,
N
L
unit, berturu-turut. Subpopulasi ini tidak saling tumpang tindih dan bersama terdiri dari seluruh populasi, sehingga menjadi :
N
1
+N
2+…+
N
L
=N Prosedur:
a. Siapkan sampling frame, daftar yang berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel
b. Bagi sampling frame tersebut berdasarkan strata yang dikehendaki c. Tentukan jumlah sampel dalam setiap stratum
d. Pilih sampel dari setiap stratum secara acak. Misalnya, karena kondisi Taman Kanak-kanak di Medan sangat berbeda
heterogen maka buatlah kriteria yang tertentu yang dapat mengelompokkan sekolah Taman Kanak-kanak ke dalam 3 kelompok A = baik, B = sedang,
C=kurang. Contohnya untuk Taman Kanak-Kanak dengan kondisi A ada 20 buah dari 100 Taman Kanak-Kanak yang ada di Kota Madya Medan, kondisi
B=50 buah C=30 buah. Jika berdasarkan perhitungan besar sampel, kita ingin mengambil sebanyak 25 buah 25, maka ambilah 25 dari masing-masing
sub populasi tersebut di atas.
8
Manajemen Penelitian. 2007. Suharsimi Arikunto. Jakarta, Rineka Cipta.. h. 96-97
Gambar 3.2. Ilustrasi Stratified Random Sampling
3. Cluster sampling atau sampel gugus Cluster sampling adalah pengambilan sampel dengan cara melakukan seleksi
terlebih dahulu terhadap setiap individu yang menjadi populasi dengan cara membagi populasi ke dalam kelompok-kelompok elemen. Sampling ini
digunakan peneliti apabila di dalam populasi terdapat kelompok-kelompok yang mempunyai cirri sendiri-sendiri.
Misalnya, akan diambil populasi seluruh guru SD di Kota Bogor. Pengambilan sampelnya dengan cara membagi wilayah Kota Bogor ke dalam
enam wilayah, kemudian dari masing-masing kecamatan diambil perwakilannya. Jumlah sampel tiap kecamatan diambil secara proporsional.
Gambar 3.3. Ilustrasi Cluster Sampling
4. Systematic sampling
9
Systematic sampling adalah merupakan teknik untuk memilih anggota sampel melalui peluang dan sistem tertentu dimana pemilihan anggota sampel
dilakukan setelah pemilihan data pertama secara acak, dan untuk data selanjutnya dipilih berdasarkan interval tertentu atau kelipatan tertentu atau
angka ganjil genap. Proses pengambilan sampel setiap urutan ke “K” dari titik awal yang dipilih secara random dimana :
Pengambilan sampel dengan metode systematic sampling dengan populasi terbatas adalah:
a. Menentukan ukuran sampel n yang akan diambil dari keseluruhan anggota populasi
b. Membagi anggota populasi menjadi k kelompok dengan ketentuan k harus lebih kecil dari atau sama dengan Nn
c. Menentukan secara acak satu unit sampel pertama dari kelompok pertama yang terbentuk. Unit sampel kedua, ketiga dan selanjutnya
kemudian diambil secara sistematis dari kelompok kedua, ketiga dan selanjutnya
Misalnya dari 100 orang karyawan ingin diambil secara acak sistematis 10 orang karyawan sebagai sampel.
9
Sugiarto. 2001. Teknik Sampling. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama. h. 62-64
sampel anggota
jumlah n
populasi anggota
Jumlah N
K =
Penyelesaiannya dapat dilakukan sebagai berikut : 1 Menentukan banyaknya kelompok, k= 10010=10, berarti ada 10
kelompok tidak boleh lebih dari 10 kelompok 2 Memberikan nomor urut secara acak pada 100 orang karyawan
tersebut dari 1,2,3 sampai 100 3 Selanjutnya membagi keseluruhan anggota populasi, menjadi 10
kelompok, maka akan diperoleh kelompok pertama kelompok A berisi karyawan dengan nomor urut 1-10, kelompok kedua
Kelompok B dengan nomor urut 11-20 dan seterusnya sampai kelompok J
4 Mengambil satu unit sampel secara acak pada kelompok A pertama, misalnya terambil karyawan nomor 3. Setelah itu
dilakukan pengambilan sampel pada kelompok berikutnya untuk satuan sampel yang berada segaris memiliki jarak yang sama
dengan sampel nomor 3 tersebut. Anggota populasi yang menjadi sampel dalam penelitian adalah anggota populasi yang mempunyai
nomor sebagai berikut : Kelompok :
A B C
D E
F G
H I
J No. terpilih :
3 13 23 33 43 53 63 73 83 93
Jadi pengambilan sampel yang dilakukan benar-benar secara acak hanyalah pada pengambilan sampel pertama dari kelompok
pertama. Sesudah keolompok pertama tersebut diambil maka
sampel kedua, ketiga dan seterusnya, diambil secara sistematis dari kelompok kedua, ketiga dan selanjutnya.
Gambar 3.4. Ilustrasi Systematic Sampling
5. Sampel Bertingkat Multi Stage Sampling
10
Suatu sampel dimana pemilihan elemen-elemen populasi sebagai anggota sampel dilakukan secara bertingkat
Misalnya: Provinsi Kabupaten Kecamatan desa Lingkungan KK Misalnya kita ingin meneliti berat badan dan tinggi badan murid SMA. Sesuai
kondisi dan perhitungan, maka jumlah sampel yang akan diambil ± 2000. Indonesia
27 Provinsi Provinsi Sumut
Kabupaten Deli Serdang Kecamatan Hamparan Perak
Ada 3 SMA ± 2000
Gambar 3.5. Ilustrasi Multi Stage Sampling
10
Sampling untuk Pemeriksaan. 1991. Johannes Supranto. Jakarta. UI Press. h.12
b. Nonprobability Sampling
11
Pada Nonprobability sampling setiap elemen populasi yang akan ditarik menjadi anggota sampel tidak berdasarkan probabilitas yang melekat pada
setiap elemen tetapi berdasarkan karakteristik khusus masing-masing elemen. Hal ini mengindikasikan bahwa temuan-temuan dari analisis terhadap sampel
terpilih tidak dimaksudkan untuk generalisasi tetapi untuk mendapatkan informasi awal yang cepat dengan cara murah. Nonprobability sampling tidak
dipilih secara acak, tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Unsur populasi yang
terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti.
1 Convenience Sampling Convience sampling adalah teknik sampling berdasarkan faktor
spontanitas. Artinya, siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti maka orang tersebut dapat dijadikan sampel. Misalnya, suatu
perusahaan industri makanan seperti makanan dalam kemasan kaleng ingin mendapatkan informasi tentang bagaimana pandangan konsumen terhadap
mutu produk yang dihasilkan. Untuk itu, perusahaan membawa produk-produk tersebut ke pasar dan menawarkan kepada siapa saja yang bersedia mencicipi
dan memberikan informasi tentang mutu produk tersebut menurut penilaian masing-masing. Convience sampling sering digunakan sebagai fase exploratory
11
Metode Penelitian. 2011. Sukaria Sinulingga. USU Press. h. 178
dari sebuah projek penelitian dan telah dianggap sebagai metode paling baik untuk mendapatkan informasi awal secara cepat dengan biaya yang murah.
2 Purposive Sampling Purposive sampling adalah sampling yang digunakan oleh peneliti jika
peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya. Biasanya teknik ini digunakan untuk studi kasus yang
dimana aspek dari kasus tunggal yang representatif diamati dan dianalisis. Misalnya, di sebuah wilayah kantor pendidikan terdapat 3 buah sekolah SMU
Negeri, 5 buah sekolah swasta beragama dan sebuah sekolah swasta non agama. Banyaknya siswa di setiap sekolah tidak sama, maka untuk menentukan
sampel, peneliti mengambil semua siswa dari sekolah swasta non agama dan jumlah yang sama banyak berasal dari sekolah swasta beragama dan juga dari
sekolah negeri. Maksud peneliti adalah agar banyaknya subjek dari ketiga jenis sekolah dapat sama. Pertimbangan lain yang biasa digunakan dalam
menentukan sampel bertujuan adalah lokasi tempat subjek penelitian atau responden penelitian berada. Kadang-kadang peneliti menentukan subjek atau
responden yang lebih banyak tinggal di daerah yang lebih mudah dikunjungi. 3 Judgment Sampling
Untuk pengambilan sampel dengan cara judgement sampling diperlukan tenaga ahli yang akan menentukan anggota populasi yang akan menjadi
anggota sampel. Misalnya, akan diadakan penelitian tentang penerimaan masyarakat terhadap suatu jenis kosmetik. Para ahli biasanya mengambil
segolongan orang yang selalu memakai kosmetika, jadi tidak seluruh penduduk kota diambil sebagai pilihan.
4 Quota Sampling Quota sampling adalah pengambilan sampel dimana anggota populasi
yang dijadikan sampel mempunyai karekteristik yang sama. Misalnya, akan dilakukan penelitian tentang masalah Keluarga Berencana KB, maka
dilakukan pengelompokkan golongan penduduk, misalnya penduduk suku Batak, Aceh, Minang, dan sebagainya. Dari tiap golongan diambil dengan cara
sebanding dari jumlah keseluruhan. 5 Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah
populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. istilah lain sampling jenuh adalah sensus dimana semua anggota populasi dijadikan sampel
6 Snowball sampling Snowball sampling merupakan teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih responden lain untuk dijadikan sampel lagi, begitu seterusnya sehingga jumlah sampel menjadi
banyak.
Gambar 3.6. Snowball Sampling