2.8.3. Uraian Proses
Langkah-langkah dalam proses produksi lateks hingga menjadi ribbed smoke sheet yaitu :
1. Persiapan Alat Dalam proses pengolahan lateks harus memperhatikan kebersihan peralatan.
Pembersihan alat-alat ini dilakukan setiap hari sebelum proses pengolahan berlangsung. Kebersihan alat ini meliputi tangki pengangkut lateks, saringan, bak
pengenceran, talang pengalir, bak koagulasi, pengaduk dan sekat. Alat-alat tersebut dibersihkan dengan sikat atau alat penggosok berupa kain.
2. Penerimaan Bahan Baku Lateks dari kebun diangkut dengan tangki dan disaring kemudian dibawa ke
tempat pengolahan. Lateks dari tangki dialirkan ke bak penampung lateks yang sebelumnya disaring. Lateks dari tangki penerimaan dialirkan melalui talang
dengan terlebih dahulu disaring menggunakan saringan 40 mesh agar terbebas dari kotoran. Setalah itu lateks kemudian dialirkan ke dalam bak koagulasi hingga
mencapai 6000 liter lateks. 3. Pengenceran
Pengenceran dilakukan dengan menambahkan air bersih dan tidak mengandung unsur logam Pengenceran dilakukan hingga kadar karet kering
mencapai 12-15. Tujuan pengenceran adalah untuk memudahkan penyaringan kotoran serta menyeragamkan kadar karet kering sehingga cara pengolahan dan
mutunya dapat dijaga.
4. Pembekuan Lateks dari tangki penerimaan dialirkan melalui talang dengan terlebih dahulu
disaring menggunakan saringan seser 60 mesh minimal lima kali untuk membersihkan gumpalan-gumpalan halus yang terdapat pada cairan.
Pembekuan dilakukan dengan penambahan zat koagulan yaitu asam formatasam semut atau asam asetat ke dalam bak koagulasi dengan konsentrasi
2,5-3 dengan dosis 600-700 ccbak. Larutan asam semut kemudian diaduk bolak balik hingga merata sebanyak 7 kali. Setelah itu dipasang plat sekat plat sisir
pada selah-selah sekat dengan tegak lurus berdiri untuk menghindari pembekuan lebih awal.
5. Penggilingan Penggilingan dilakukan setelah proses pembekuan selesai dan menjadi
koagulum. Koagulum digiling satu persatu menggunakan mesin sheeter dengan ketebalan 2,5-3 mm. Penggilingan dilakukan dengan tujuan mengeluarkan
kandungan air, mengeluarkan sebagian serum, membilas, membentuk lembaran tipis dan memberi garis batikan pada lembaran. Untuk memperoleh lembaran
sheet, koagulum digiling dengan beberapa gilingan rol licin, rol belimbing dan rol motif batik.
Koagulum yang telah digiling kemudian diangkat dan digantungkan ke lori dan dimasukkan ke dalam kamar tunggu selama satu hari. Tujuan penirisan adalah
untuk mengurangi kandungan air di dalam lembaran sheet sebelum proses pengasapan. Penirisan tidak boleh terlalu lama untuk menghindari timbul warna
yang karat karena redoks.
6. Pengasapan Lori yang dimasukkan ke kamar tunggu kemudian dikeluarkan dan dilakukan
perenggangan untuk lembaran sheet yang lengket. Kemudian dimasukkan ke dalam kamr asap untuk dilakukan pengeringan. Selama proses pengasapan harus
mengontrol kondisi temperatur kamar asap serta memperhatiakn kebutuhan kayu bakar sebagai bahan bakarnya. Proses pengasapan merupakan proses
mematangkan lembaran-lembaran sheet. Dalam proses ini sangat dibutuhkan asap. Lori kemudian dikeluarkan setelah mencapai hari ke enam.
Suhu yang digunakan di dalam kamar asap adalah sebagai berikut: a. Hari pertama, pengasapan dilakukan dengan suhu kamar sekitar 40-45
C b. Hari kedua, pengasapan dengan suhu kamar asap mencapai 45-50
C c. Hari ketiga, pengasapan dengan suhu kamar asap mencapai 50-55
C d. Hari keempat, pengasapan dengan suhu kamar asap mencapai 55-60
C e. Hari kelima, pengasapan dilakukan dengan suhu kamar asap mencapai 60-
65 C
7. Sortasi Setelah melalui proses pengasapan, lembaran sheet yang sudah matang
dibawa ke bagian sortasi. Proses sortasi dilakukan secara visual berdasarkan sheet mengandung kotoran, mengandung gelembung udara dan berjamur yang mengacu
pada standart yang terdapat pada SNI 06-0001-1987. Apabila ditemukan sheet mengandung kotoran, mengandung gelembung udara dan berjamur sekaligus
dalam satu sheet maka akan digolongkan ke dalam ketiga jenis cacat tersebut kemudian akan dicatat dalam lembar pemeriksaan.
8. Pengepakan dan Pelaburan Lembaran sheet yang sudah disortasi kemudian ditimbang sebanyak 106 kg.
Setelah ditimbang kemudian dipress menggunakan mesin hidrolik dan diikat menggunakan besi sepanjang 50cm, kemudian melepaskan besi pengikat dari
tumpukan sheet bandela. Lem perekat kemasan menggunakan campuran bensin dan minyak tanah.
Setelah dicat ball kemudian dilakukan pelaburan yang bertujuan agar lembaran sheet tidak berjamur. Bahan labur terdiri dari minyak bensin, talkpowder dan
sheet dengan komposisi 8 liter minyak bensin, 1,5 kg talkpowder dan 2,4 kg sheet yang digunakan untuk melaburi satu ton sheet
9. Pelabelan Ball yang telah mengalami pelapuran akan dilakukan pelabelan menggunakan
cat hitam. Proses labelling yaitu memberi identitas pada ball dengan mencetak nama diatas labur. Nama label terdiri dari kode pabrik, nama kebun, nomor urut
bandela yang diproduksi, nomor faktur pengiriman barang, tanggal pembuatan, standar kualitas, negara pembuatan produk serta mutu sheet. Setelah itu bandela
akan dibawa ke gudang penyimpanan, dikelompokkan berdasarkan jenis mutunya 10. Pengiriman Produk
Apabila pelabelan sudah selesai maka bandela siap dikirim ke pelanggan, tetapi apabila bandela yang dikirim belum cukup maka terlebih dahulu di simpan
di gudang.
2.9. Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Lingkungan
Dengan berdirinya PT. Perkebunan Nusantara II Batang Serangan, banyak keuntungan yang diperoleh masyrakat khususnya dampak sosial ekonomi
terhadap lingkungan, yaitu : 1. Dengan didirikannya PT. Perkebunan Nusantara II Batang Serangan
mengakibatkan lancarnya sarana angkutan dari perusahaan ke perkampungan di sekitar perusahaan
2. PT. Perkebunan Nusantara II Batang Serangan merangkul masyarakat di lingkungan pabrik untuk menjadi karyawan
3. PT. Perkebunan Nusantara II Batang Serangan mendirikan Poliklinik yang berada di sekitar kantor besar Batang Serangan untuk menunjang kesehatan
karyawan 4. PT. Perkebunan Nusantara II Batang Serangan mendirikan fasilitas olahraga
seperti lapangan bulutangkis, bola voly dan tenis meja untuk meningkatkan kesehatan karyawan
BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Pengertian Kualitas
3
1. Standar kinerja yang diharapkan pelanggan Konsep kualitas sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu
produk atau jasa yang terdiri atas kualitas desain dan kualitas kesesuaian. Kualitas desain merupakan fungsi spesifikasi produk sedangkan kualitas kesesuaian adalah
suatu ukuran seberapa jauh suatu produk memenuhi persyaratan atau spesifikasi kualitas yang telah ditetapkan.
Menurut
Fandy Tjiptono Anastasia Diana
2004 defenisi kualitas adalah sebagai berikut:
2. Pertama kali dan setiap kali memenuhi kebutuhan pelanggan 3. Menyediakan produk dan layanan secara konsisten untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan 4. Melakukan hal yang benar, tim yang benar, selalu berusaha untuk perbaikan,
merupakan cara sukses untuk mengatur manusia dan mesin 5. Arti keunggulan
6. Pantang menyerah dan terus berusaha oleh semua anggota organisasi untuk dapat memahami, memenuhi kebutuhan pelanggan
7. Produk terbaik yang dapat dihasilkan dengan bahan-bahan yang digunakan
3
Fandy Tjiptono Anastasia Diana. 2004. Total Quality Management.. Yogyakarta, Andi. h.24
8. Konsisten pada produk bagus yang dapat dipercayai pelanggan 9. Tidak hanya memuaskan pelanggan tapi juga menyenangkan pelanggan,
berinovasi dan menciptakan karya Goetsch dan Davis 2002 membuat defenisi kualitas yang lebih luas
cakupannya. Defenisi tersebut adalah: kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang
melebihi atau memenuhi harapan.
3.2. Pengertian Pengendalian Kualitas
4
2. Membandingkan yang aktual dengan sasaran. Pengendalian kualitas merupakan suatu sistem verifikasi dan
penjagaanperawatan dari suatu tingkatderajat kualitas produk atau proses yang dikehendaki dengan perencanaan yang seksama, pemakaian peralatan yang sesuai,
inspeksi yang terus menerus serta tindakan korektif bilamana diperlukan. Jadi pengendalian kualitas tidak hanya kegiatan inspeksi ataupun menentukan apakah
produk itu baik accept atau jelek reject. Pengendalian kualitas dilakukan mulai dari proses input informasibahan
baku dari pihak marketing hingga bahan baku tersebut masuk ke pabrik dan bahan baku itu diolah di pabrik yang akhirnya dikirim ke pelanggan.
Menurut Dr. Juran, pendekatan terhadap pengendalian kualitas melibatkan beberapa aktivitas berikut:
1. Mengevaluasi performansi aktual.
4
Besterfield, Dale H. 1998. Quality Control. Edisi Kelima. New Jersey: Prentice-Hall International, Inc. h.1-12.
3. Mengambil tindakan atas perbedaan antara yang aktual dan sasaran. Perusahaan Ricoh di Jepang membagi konsep pengendalian kualitas ke
dalam tiga area, yaitu filosofi, peralatan, dan aktivitas. Area filosofi kualitas dari Ricoh mencakup tiga hal penting, yaitu berorientasi pada pasar pelanggan, tidak
membuat kesalahan pada pelanggan, dan semua keputusan penting hanya dilakukan berdasarkan pada fakta data.
Area peralatan tools mencakup dua hal penting, yaitu tindakan korektif dilakukan apabila terdapat penyimpangan hasil, dan peralatan-peralatan
digunakan untuk mengidentifikasi penyimpangan yang terjadi itu. Area aktivitas mencakup empat hal penting, yaitu aktivitas penyelesaian masalah, aktivitas
pengembangan kebijaksanaan, aktivitas jaminan kualitas, dan aktivitas oleh manajemen ditambah dengan aktivitas yang dimulai karyawan atau pekerja seperti
aktivitas gugus kendali mutu. Pengendalian kualitas dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mana akan
membantu dalam mengambil keputusan kualitas, yaitu: 1. Marketing, yaitu kegiatan mengevaluasi tingkat kualitas produk yang
konsumen inginkan, butuhkan, dan rela untuk membayarnya. Selain itu, marketing juga menyediakan data kualitas produk dan membantu menentukan
kebutuhan kualitas. 2. Design engineering, yaitu kegiatan menerjemahkan kebutuhan kualitas oleh
konsumen menjadi karakteristik operasional, spesifikasi, dan toleransi untuk produk baru atau hasil revisi suatu produk.