Penelitian Terdahulu Table 2.1 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Wajib Pajak Melakukan Tax Offenses, Tax Fraud, dan Tax Evasion (Studi Empiris di KPP Pratama Medan-Polonia)

30

2.9. Penelitian Terdahulu Table 2.1

Penelitian Terdahulu Penelitian Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan Irma Suryani Rahman 2013 Pengaruh keadilan, sistem perpajakan, diskriminasi, dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan terhadap persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak Tax Evasion. 1. Keadilan X1 2. Sistem Perpajakan X2 3. Diskriminasi X3 4. Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan X4 5. Etika Penggelapan Pajak Y 1. Variabel independen yang sama yaitu Keadilan, Sistem Perpajakan, Diskriminasi dan Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan. 2. Proses pengambilan sampel dengan metode convenience nonprobability sampling. 3. Menggunakan skala likert untuk pengukuran variable. 1. Ruang lingkup pengambilan sampel dalam penelitian ini pada KPP di Jakarta dan lebih dari satu KPP. 2. Variabel Independen lebih kompleks jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu. Penggelapan pajak merupakan sesuatu yang seharusnya dapat diatasi. Variabel independen dari penelitian ini berpengaruh terhadap persepsi Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak, terkecuali sistem perpajakan dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan memiliki pengaruh negatif. Penelitian ini memberikan banyak pertimbangan untuk mengatasi berbagai penggelapan pajak. Fadjar O.P. Siahaan The Influence of Tax Fairness Variabel Independen: Terdapat variabel independen yang sama 1. Terdapat variabel Hasil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh Universitas Sumatera Utara 31 Expert Staff in Indonesian Supreme Audit Institution Airlangga University Surabaya Indonesia 2012 and Communication on Voluntary Compliance: Trust as an Intervening Variable 1. Tax Fairness 2. Communication 3. Trust Variabel Dependen: 1. Tax Compliance yaitu Tax Fairness. independen yang berbeda yaitu Communication and Trust. 2. Lokasi penelitian berbeda. 3. Adanya variabel Communication and Trust. yang langsung dan signifikan yang tampak pada variabel independen Tax fairness terhadap kepatuhan Wajib Pajak Tax Compliance, dan tidak terdapat pengaruh langsung dan signifikan yang tampak pada variabel independen Communication terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Suminarsasi dan Supriyadi 2011 Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, dan Diskriminasi terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak. 1. Keadilan X1 2. Sistem Perpajakan X2 3. Diskriminasi X3 4. Etika Penggelapan Pajak Y 1. Variabel independen yang sama yaitu Sistem Perpajakan dan Diskriminasi. 2. Proses pengambilan sampel dengan metode convenience nonprobability sampling. 3. Menggunakan skala likert untuk pengukuran variabel. 1. Ruang lingkup pengambilan sampel dalam penelitian ini pada KPP di Jakarta. 2. Variable independen yaitu Kecenderungan Personal. Penggelapan pajak dipandang sebagai suatu hal yang etis dan juga tidak etis, hasil dari penelitian ini hanya mendukung dua dimensi saja, yaitu sistem perpajakan dan diskriminasi, sehingga variable keadilan belum bisa dibuktikan. Ayu dan Hastuti 2009 Persepsi Wajib Pajak: Dampak Pertentangan Diametral Pada Variabel Independen: Kecurangan, Keadilan, Ketepatan 1. Variabel Independen yaitu Kemungkinan Terdeteksi 1. Ruang lingkup penelitian ini dilakukan Pada Wajib Pajak di Berdasarkan pengujian yang dilakukan dengan regresi liner ditemukan bahwa kemungkinan Universitas Sumatera Utara 32 Tax Evasion Wajib Pajak Dalam Aspek Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan, Keadilan, Ketepatan Pengalokasian, Teknologi Sistem Perpajakan dan Kecenderungan Personal Studi Wajib Pajak Orang Pribadi. Pengalokasian, dan Teknologi Informasi Sistem Perpajakan Variabel Dependen: Penggelapan Pajak Tax Evasion Kecurangan. 2. Variabel Dependen Penggelapan Pajak Tax Evasion. 3. Data dianalisis dengan Analisis Regresi Linier Berganda. Kantor Pelayanan Pajak se Jogjakarta. terdeteksinya kecurangan terhadap tax evasion mempunyai koefisien negatif -0.501 yang signifikan .00, Hasil pengujian juga menunjukan bahwa pengaruh ketepatan pemanfaatan hasil pajak berpengaruh secara negatif 0.28 6 dan signifikan .003 terhadap tax evasion. Sedangkan persepsi terhadap keadilan, penggunaan teknologi dan kecenderungan tax evasion seseorang ternyata tidak berpengaruh secara signifikan pada tingkat tax evasion. Ayu 2011 Persepsi Efektivitas Pemeriksaan Pajak Terhadap Kecenderungan Melakukan Perlawanan Pajak. Variabel Independen: Wajib Pajak, Fiskus dan Pemeriksaan Pajak. Variabel Dependen: Penggelapan Pajak 1. Variabel independen Pemeriksaan pajak.

2. Variabel Dependen

Penggelapan Pajak. 1. Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai usaha, yang Hasil pengujian dengan menggunakan regresi linear sederhana menunjukan hasil bahwa persepsi terhadap kemungkinan terdeteksinya kecurangan berpengaruh negatif Universitas Sumatera Utara 33 berlokasi di Semarang. 2. Metode penentuan sample dalam penelitian ini adalah quota sampling. 3. Anlisis data dengan regresi linier sederhana. terhadap tax evasion. Persentase kemungkinan suatu pemeriksaan pajak dilakukan sesuai dengan aturan perpajakan dapat mendeteksi kecurangan yang dilakukan Wajib Pajak sehingga berpengaruh pada Tax Evasion. Nickerson, Barry University, Larry Pleshko, Kuwait University, 2010 Presenting The Dimensionality of An Ethics Scale Pertaining to Tax Evasion Variabel Independen: Fairness, Tax System, and Discrimination Variabel Dependen: Tax Evasion 1. Variabel Independen Tax System and Discrimination.

2. Variabel Dependen

Tax Evasion. 1. Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di enam Negara, yaitu Argentina, Guatemala, Poland, Romania, United Kingdom dan USA. Hasil penelitian menunjukkan tingkat penilaian di masing- masing Negara berbedabeda. UK memiliki nilai rata-rata terendah sebesar 4.15 yang mengindikasikan rendahnya perlawanan terhadap tindak penggelapan pajak, USA memiliki skor ratarata tertinggi sebesar 5.62. Mcgee, Simon S.M Ho, and Annie A Comparative Study on Perceived, Ethics of Tax Variabel Independen: Ethics, Tax, Hongkong, The US,

1. Variabel Independen

Ethics. 2. Variabel Dependen 3. Tax Evasion. 1. Ruang lingkup penelitian ini dilakukan Hongkong dan US. Hasil penelitian menunjukkan penelitian di dua Negara tersebut bahwa penggelapan pajak adalah Universitas Sumatera Utara 34 2008 Evasion: Hongkong Vs the United States Cultural differecnes. Variabel Dependen: Tax Evasion 2. Populasi dalam penelitian adalah 90 mahasiswa bisnis di Universitas Baptist di Hongkong dan 273 mahasiswa bisnis di US. 3. Teknik pengumpulan data melalui survey etis atau tidak etis, tergantung dari beberapa keadaan dimana pemerintah yang korup, performa pemerintahan yang buruk, adanya ketidakadilan, lemahnya hukum, perbedaan kebudayaan dan motif keegoisan. Inge Nickerson, Barry University Larry Pleshko, Kuwait University Robert W. McGee, Florid a Internation al University 2009 Presenting The Dimensionality Of An Ethics Scale Pertaining To Tax Evasion. Variabel Independen : 1. Fairness 2. Tax System 3. Discrimination Variabel Dependen : 1. Tax Evasion Terdapat variabel Independen yang sama dengan penelitian- penelitian sebelumnya, yaitu Fairness, Tax System, dan Discrimination. Pengambilan sampel yang dilakukan hingga 120 individu, dan dari 6 negara yang berbeda. Penelitian ini juga dilakukan dengan kegiatan analisis, diskusi dan studi pustaka. Hasil penelitian ini adalah fairness memiliki hubungan ataupun pengaruh positif terhadap tax evasion, sedangkan discrimination memiliki hubungan negatif dan Tax system juga memiliki hubungan negatif dalam mempengaruhi etika penggelapan pajak. Universitas Sumatera Utara 35 2.10. Keterkaitan Antar Variabel dengan Hipotesis 1. Keadilan dengan Tax Offenses, Tax Fraud, dan Tax Evasion Teori keadilan dalam penelitian ini berperan sebagai teori yang melihat apakah sistem perpajakan yang ada di dalam suatu negara sudah berjalan sesuai dengan hukum dan standar yang sudah memenuhi kriteria adil atau belum. Dalam konteks perpajakan, keadilan mengacu pada pertukaran antara pembayar pajak dengan pemerintah, yaitu apa yang Wajib Pajak terima dari pemerintah atas sejumlah pajak yang telah di bayar Spicer Lundstedt, 1976. Ada dua premis dasar mengenai teori keadilan, yaitu salah satunya adalah bahwa penilaian keadilan diasumsikan berdasarkan proksi atas kepercayaan antar pribadi untuk berprilaku dengan cara yang kooperatif dalam lembaga-lembaga sosial. Kedua adalah banyak orang diasumsikan menggunakan jalan pintas kognitif untuk memastikan apakah mereka memiliki penilaian mengenai keadilan yang tersedia ketika mereka perlu untuk membuat keputusan tentang keterlibatan dalam perilaku yang kooperatif Greenberg, 2003. Melalui hal tersebut dapat dilihat, bahwa persepsi adil bagi seseorang akan sangat mempengaruhi perilaku mereka ketika ingin terlibat dalam suatu kegiatan yang berhubungan dengan pemerintah dan juga secara tidak langsung mempengaruhi perilaku dari setiap orang yang terlibat secara bersamaan. Sama halnya dengan bidang perpajakan, maka dapat diketahui bahwa korelasi antara keadilan dengan tax offenses, tax fraud, dan tax Universitas Sumatera Utara 36 evasion adalah sangat erat. Hal ini dapat dianalogikan dengan keadilan yang akan diberikan oleh pemerintah dalam hal ini adalah Ditjen Pajak ataupun fiskus dalam bentuk pelayanan, tarif, kesamaan penerapan sistem perpajakan dan lain sebagainya. Maka dari itu, harus terdapat keadilan baik dalam hal perlakukan yang sama terhadap setiap Wajib Pajak dan juga bentuk realisasi dari kontribusi Wajib Pajak yang telah melakukan pembayaran pajak secara teratur. Hasil penelitian Suryani 2013 : 110 menyatakan bahwa, “variabel Keadilan mempunyai tingkat signifikasi sebesar 0,001 dan nilai t sebesar 3,310. Hal ini berarti Ha1 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa keadilan berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggelapan pajak karena tingkat signifikasi yang dimiliki variabel keadilan 0,05 0,001 0,05 dan nilai thitung 1,97 3,310 1,97”. Perlakuan yang tidak adil dapat menyebabkan Wajib Pajak melakukan tax offenses, tax fraud, dan tax evasion, malas membayar pajak, dan tidak perduli dengan peraturan perpajakan. Mereka akan merasa rugi telah membayar pajak apabila tidak memperoleh umpan balik yang baik. Dengan demikian, perlakuan yang adil akan berpartisipasi untuk meminimalisir tax offenses, tax fraud, dan tax evasion. Hipotesis kedua adalah: H a1 : Keadilan berpengaruh positif terhadap tax offenses, tax fraud, dan tax evasion. Universitas Sumatera Utara 37

2. Kepatuhan Wajib Pajak dengan Tax Offenses, Tax Fraud, dan Tax Evasion

Definisi kepatuhan perpajakan menurut James yang dikutip oleh Gunadi dalam Anggraeni 2013 : 5 menyatakan bahwa: Kepatuhan pajak Tax Compliance Berarti bahwa Wajib Pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan. Investigasi sesama obtrusive investigasi, peringatan ataupun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi. Menurut Nurmantu dalam Anggraeni 2013 : 86, terdapat dua macam kepatuhan yaitu kepatuhan materil dan kepatuhan formal. Kepatuhan materil adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara substantif memenuhi semua ketentuan materil perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa Undang-Undang Perpajakan. Sedangkan yang dimaksudkan kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan. Kewajiban perpajakan formal diatur dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Korelasi antara kepatuhan Wajib Pajak dengan tax offenses, tax fraud, dan tax evasion adalah setiap Wajib Pajak yang memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi tidak akan melakukan tax offenses, tax fraud, dan tax evasion. Kepatuhan Wajib Pajak yang baik akan dapat dilihat dari keteraturannya untuk menyetorkan pajak. Kepatuhan Wajib Pajak di dasarkan pada adanya kesadaran secara mutlak untuk turut serta dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Dengan demikian kepatuhan Wajib Universitas Sumatera Utara 38 Pajak sangat erat hubungannya dengan tax offenses, tax fraud, dan tax evasion. Hipotesis ketiga adalah: H a2 : Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh negatif terhadap tax offenses, tax fraud, dan tax evasion.

3. Pengetahuan Wajib Pajak dengan Tax Offenses, Tax Fraud, dan Tax Evasion

Dalam penelitian Rahayu 2006 pengetahuan pajak dan keadilan mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak secara signifikan yang dilakukan pada 107 Wajib Pajak pribadi dan badan pada KPP Surakarta. Penelitian yang diungkapkan oleh Cristensen et al. 1994 bahwa Wajib Pajak yang memiliki pengetahuan yang baik, akan memiliki persepsi keadilan yang positif terhadap sistem perpajakan yang berakibat tingkat kepatuhan pajak lebih tinggi. Setiap Wajib Pajak diharapkan mampu memperoleh pengetahuan mengenai perpajakan secara baik. Menurut Hidayat 2013 : 358, untuk meningkatkan pengetahuan Wajib Pajak maka harus dilakukan sosialisasi secara luas, yang diharapkan dapat dijangkau oleh seluruh WP, sehingga WP tahu hak dan kewajibannya. Dimana, analoginya sebenarnya Direktorat Jenderal Pajak mebutuhkan Wajib Pajak untuk taat pajak, bukan Wajib Pajak yang butuh membayar pajak. Dengan demikian, melalui sosialisasi perpajakan maka Wajib Pajak akan memiliki pengetahuan yang lebih baik, mereka juga akan memiliki kesadaran yang lebih tinggi untuk membayar pajak. Universitas Sumatera Utara 39 Korelasi antara pengetahuan Wajib Pajak dengan tax offenses, tax fraud, dan tax evasion adalah setiap Wajib Pajak yang memiliki pengetahuan pajak yang sempurna dia akan menyadari posisinya sebagai seorang Wajib Pajak. Maka, Wajib Pajak tersebut akan melakukan pembayaran pajak dengan baik, dia tidak akan merasa dirugikan dengan melakukan pembayaran pajak tersebut. Pengetahuan Wajib Pajak yang baik, akan meminimalisir terjadinya tax offenses, tax fraud, dan tax evasion. Hal ini dikarenakan setiap Wajib Pajak akan melaksanakan kewajibannya sebagaimana mestinya, setiap Wajib Pajak yang merupakan para akademisi, ataupun praktisi akan lebih mampu memahami kewajibannya tanpa harus memungkiri dengan cara melakukan tax offenses, tax fraud, dan tax evasion. Hipotesis keempat adalah: H a3 : Pengetahuan Wajib Pajak berpengaruh negatif terhadap etika penggelapan pajak.

4. Sistem Perpajakan dengan Tax Offenses, Tax Fraud, dan Tax Evasion

Sistem perpajakan di Indonesia menerapkan Self Assesment System yaitu suatu sistem pemungutan yang Wajib Pajaknya boleh menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus disetor. Dalam sistem ini, Wajib Pajak bersifat aktif, sedangkan fiskus pemerintah hanya mengawasi. Oleh karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui kapan mulainya suatu kewajiban pajak dan kapan berakhirnya kewajiban-kewajiban yang menyertainya. Universitas Sumatera Utara 40 Dalam penelitian Suryani 2013 : 96 menunjukkan sistem perpajakan mempunyai tingkat pengaruh signifikasi sebesar 0,036 dan nilai t sebesar - 2,115. Hal ini berarti Ha2 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa sistem perpajakan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penggelapan pajak karena tingkat signifikasi yang dimiliki variabel sistem perpajakan 0,05 0,036 0,05 dan nilai t hitung 1,97 - 2,115 1,97. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh McGee 2008, Nickerson, et al 2009, Suminarsasi 2011 menyatakan bahwa sistem perpajakan memiliki korelasi negatif signifikan terhadap penggelapan pajak. Pengaplikasian sistem perpajakan menjadi sesuatu yang sangat penting. Hal ini berarti para Wajib Pajak menganggap bahwa semakin bagus sistem perpajakannya maka perilaku tax offenses, tax fraud, dan tax evasion dianggap sebagai perilaku yang tidak etis. Akan tetapi apabila sistem perpajakannya semakin tidak bagus, maka perilaku tax offenses, tax fraud, dan tax evasion dianggap sebagai perilaku yang cenderung etis. Sangat jelasa bahwa sistem perpajakan yang diterapkan sebuah negara merupakan motivasi bagi masyarakat untuk membayar pajak. Peneliti berargumen bahwa pengelolaan uang pajak yang dapat dipertanggungjawabkan, petugas pajak yang kompeten dan tidak korup, dan juga prosedur perpajakan yang tidak berbelit-belit akan membuat Wajib Pajak enggan untuk melakukan tax offenses, tax fraud, dan tax evasion. Akan tetapi, apabila pengelolaan uang pajak tidak jelas, ditambah Universitas Sumatera Utara 41 lagi petugas pajaknya justru mengkorupsi uang pajak, maka para Wajib Pajak enggan untuk melaporkan kewajibannya dengan jujur, mereka akan cenderung untuk melakukan tax offenses, tax fraud, dan tax evasion. Hipotesis kelima adalah: H a4 : Sistem Perpajakan berpengaruh negatif terhadap tax offenses, tax fraud, dan tax evasion.

5. Diskriminasi dengan Tax Offenses, Tax Fraud, dan Tax Evasion

Diskriminasi adalah merujuk pada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, dimana pelayanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili individu tersebut. Sama halnya dengan diskriminasi di bidang perpajakan yaitu suatu keadaan dimana menurut Danandjaja 2003 diskriminasi adalah perlakuan yang tidak seimbang terhadap perorangan atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal, atau atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, kesuku bangsaan, agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial. Hasil penelitian Suryani 2013 : 114, variabel diskriminasi mempunyai tingkat signifikasi sebesar 0,000 dan nilai t sebesar 7,350. Hal ini berarti Ha3 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa diskriminasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggelapan pajak karena tingkat signifikasi yang dimiliki variabel diskriminasi 0,05 0,000 0,05 dan nilai thitung 1,97 7,350 1,97. Di dalam bidang perpajakan, diskriminasi merupakan suatu kondisi dimana pihak Ditjen Pajak membeda-bedakan perlakuan terhadap setiap Universitas Sumatera Utara 42 Wajib Pajak. Diskriminasi ini akan meningkatkan tax offenses, tax fraud, dan tax evasion yang akan dilakukan oleh Wajib Pajak, dimana kondisi ini disebabkan oleh pihak Ditjen Pajak sendiri yang tidak mampu berlaku adil. Diskriminasi ini, tercipta karena suatu keadaan-keadaan tertentu, misalnya adanya hubungan istimewa diantara pihak Ditjen pajak dengan Wajib Pajak. Hal ini menyebabkan mereka akan melakukan kecurangan misalnya saja melakukan transfer pricing, kerja sama untuk memperkecil pajak, kemudian akan memberikan imbalan kepada pihak Ditjen Pajak. Hal ini akan meningkatkan terjadinya tax offenses, tax fraud, dan tax evasion. Hipotesis keenam adalah: H a5 : Diskriminasi berpengaruh positif terhadap tax offenses, tax fraud, dan tax evasion. H a6 : Keadilan tax fairness, kepatuhan Wajib Pajak tax compliance, pengetahuan Wajib Pajak tax knowledge, sistem perpajakan tax system, dan diskriminasi discrimination berpengaruh secara simultan terhadap tax offenses, tax fraud, dan tax evasion. Universitas Sumatera Utara 43

2.11. Kerangka Konseptual

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Wajib Pajak Melakukan Tax Offenses, Tax Fraud, dan Tax Evasion (Studi Empiris di KPP Pratama Medan-Polonia)

0 0 11

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Wajib Pajak Melakukan Tax Offenses, Tax Fraud, dan Tax Evasion (Studi Empiris di KPP Pratama Medan-Polonia)

0 0 2

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Wajib Pajak Melakukan Tax Offenses, Tax Fraud, dan Tax Evasion (Studi Empiris di KPP Pratama Medan-Polonia)

0 0 15

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Wajib Pajak Melakukan Tax Offenses, Tax Fraud, dan Tax Evasion (Studi Empiris di KPP Pratama Medan-Polonia)

1 2 30

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Wajib Pajak Melakukan Tax Offenses, Tax Fraud, dan Tax Evasion (Studi Empiris di KPP Pratama Medan-Polonia)

0 2 3

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Wajib Pajak Melakukan Tax Offenses, Tax Fraud, dan Tax Evasion (Studi Empiris di KPP Pratama Medan-Polonia)

0 0 11

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion). (studi empiris di kpp pratama medan-polonia)

1 1 15

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion). (studi empiris di kpp pratama medan-polonia)

0 0 2

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion). (studi empiris di kpp pratama medan-polonia)

1 1 17

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion). (studi empiris di kpp pratama medan-polonia)

1 3 52