59
fiskus dalam mensukseskan target penerimaan pajak Negara. Salah satu yang harus diperhatikan dalam penerapan pajak suatu negara
adalah adanya keadilan yang dapat dirasakan oleh masyarakat pembayar pajak. Karena secara psikologis masyarakat merasakan
pajak merupakan suatu beban, maka tentunya masyarakat memerlukan suatu kepastian bahwa mereka mendapatkan
perlakuan yang adil dalam pengenaan pungutan pajak oleh Negara. Hal ini perlu agar kesadaran masyarakat pajak mampu
meningkatkan penerimaan Negara. Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah
pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing- masing pertanyaan menjelaskan masing-masing variabel. Setiap
item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari 1 Sangat setuju, 2 Setuju, 3 Netral, 4 Tidak setuju, 5
Sangat tidak setuju.
b. Kepatuhan Wajib Pajak X
2
Menurut Erard dan Feinstein yang di kutip oleh Chaizi Nasucha dan di kemukakan kembali oleh Kurnia 2006 : 111
pengertian kepatuhan Wajib Pajak adalah “rasa bersalah dan rasa malu, persepsi Wajib Pajak atas kewajaran dan keadilan beban
pajak yang mereka tanggung, dan pengaruh kepuasan terhadap pelayanan pemerintah”. Setiap Wajib Pajak sangat diharapkan
mampu mematuhi berbagai Peraturan Undang-Undang Perpajakan.
Universitas Sumatera Utara
60
Wajib Pajak yang patuh dan taat dalam membayar pajak, maka sudah seharusnya memperoleh keadilan dari penerimaan
perpajakan yang diperoleh pemerintah. Kepatuhan Wajib Pajak merupakan pemenuhan kewajiban
perpajakan yang dilakukan oleh pembayar pajak dalam rangka memberikan kontribusi bagi pembangunan dewasa ini yang
diharapkan di dalam pemenuhannya diberikan secara sukarela. Kepatuhan Wajib Pajak menjadi aspek penting mengingat sistem
perpajakan Indonesia menganut sistem Self Assesment dimana dalam prosesnya secara mutlak memberikan kepercayaan kepada
Wajib Pajak untuk menghitung, membayar dan melapor kewajibannya.
Variabel kepatuhan Wajib Pajak menjadi tolok ukur untuk menentukan seberapa besar kemungkinan Wajib Pajak melakukan
penghindaran pajak secara illegal tax offenses, kecurangan pajak tax fraud, dan penggelapan pajak tax evasion.
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing-
masing pertanyaan menjelaskan masing-masing variabel. Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari
1 Sangat setuju, 2 Setuju, 3 Netral, 4 Tidak setuju, 5 Sangat tidak setuju.
Universitas Sumatera Utara
61
c. Pengetahuan Wajib Pajak X
3
Dalam kaitannya dengan Wajib Pajak, kepatuhan dapat didefinisikan sebagai perilaku Wajib Pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Perilaku tersebut sangat dipengaruhi oleh motivasi. Biasanya
motivasi akan berpengaruh terhadap intensitas perilaku termotivasi, tanpa motivasi, dan apatis, dan kesesuaian dengan
tujuan perilaku efektif, tidak efektif. Salah satu unsur yang bisa ditekankan oleh aparat dalam
meningkatkan kesadaran dan kepatuhan pajak adalah dengan cara mensosialisasikan peraturan pajak baik itu melalui penyuluhan,
seruan moral baik dengan media billboard, baliho, maupun membuka situs peraturan pajak yang setiap saat bisa diakses Wajib
Pajak. Sehingga dengan adanya sosialisasi tersebut pengetahuan Wajib Pajak terhadap kewajiban perpajakannya bertambah tinggi.
Pengetahuan tentang peraturan perpajakan penting untuk menumbuhkan perilaku patuh, karena bagaimana mungkin Wajib
Pajak disuruh patuh apabila mereka tidak mengetahui bagaimana peraturan perpajakan, artinya bagaimana Wajib Pajak disuruh
untuk menyerahkan SPT tepat waktu jika mereka tidak tahu kapan waktu jatuh tempo penyerahan SPT.
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing-
Universitas Sumatera Utara
62
masing pertanyaan menjelaskan masing-masing variabel. Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari
1 Sangat setuju, 2 Setuju, 3 Netral, 4 Tidak setuju, 5 Sangat tidak setuju.
d. Sistem Perpajakan X