104
perpajakan yang berujung kepada etika tax offenses, tax fraud, dan tax evasion.
5.2. Implikasi
Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa keadilan, kepatuhan Wajib Pajak, pengetahuan Wajib Pajak, sistem perpajakan, diskriminasi berpengaruh
baik secara parsial maupun secara simultan terhadap variabel dependen yaitu persepsi Wajib Pajak mengenai etika tax offenses, tax fraud, dan tax evasion.
Dengan demikian, ini merupakan bagian dari evaluasi bagi pihak pemerintah dan Ditjen pajak khususnya untuk sesegera mungkin melakukan tindakan korektif
terhadap kinerjanya, dan merupakan evaluasi juga bagi setiap Wajib Pajak terkusus Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdeftar di KPP Pratama Medan-
Polonia. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah harus lebih baik dalam
mengalokasikan dana perpajakan, mengakomodir, menerapkan keadilan, meningkatkan intensitas pemeriksaan pajak, melakukan sosialisasi perpajakan,
menghindarkan diskriminasi, dan bagaimana caranya pemerintah mampu meningkatkan kesadaran Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran pajak.
Bagaimana caranya untuk mempertegas sanksi dan meningktakan kontrol yang lebih tinggi agar etika tax offenses, tax fraud, dan tax evasion tersebut tidak terjadi
lagi. Hal yang paling penting adalah bagaimana caranya mengubah paradigma setiap Wajib Pajak bahwa etika tax offenses, tax fraud, dan tax evasion tersebut
tidak akan pernah menjadi suatu tindakan yang dianggap etis. Ditjen pajak merupakan wadah yang harus mampu melayani Wajib Pajak dengan baik, dan
Universitas Sumatera Utara
105
Wajib Pajak harus senantiasa patuh terhadap berbagai peraturan perpajakan. Dalam keadaan apapun harus ada pemikiran yang lebih baik bahwa kepentingan
umum harus lebih diutamakan dari pada kepentingan pribadi, maka dari itu pihak Wajib Pajak harus mampu melakukan pembayaran pajak secara sukarela untuk
kepentingan bangsa dan negara tanpa harus merasa keberatan dan melakukan tindakan tax offenses, tax fraud, dan tax evasion yang diharamkan.
5.3. Saran
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa bahwa keadilan, kepatuhan Wajib Pajak, pengetahuan Wajib Pajak, sistem perpajakan, diskriminasi berpengaruh baik
secara parsial maupun secara simultan terhadap variabel dependen yaitu persepsi Wajib Pajak mengenai etika tax offenses, tax fraud, dan tax evasion. Dengan
demikian, berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti memberikan beberapa saran diantaranya adalah:
1. Dalam penelitian berikutnya sangat diharapkan akan menggunakan
variabel yang lebih banyak dan lebih variatif, karena dapat dilihat bahwa variabel-variabel yang digunakan peneliti berpengaruh secara parsial
maupun secara simultan. Oleh karena itu mungkin masih banyak variabel- variabel lain yang mempengaruhi etika tax offenses, tax fraud, dan tax
evasion. Dan sangat diharapkan untuk penelitian yang selanjutnya bisa memperoleh responden yang jauh lebih banyak lagi, dan dilakukan
penyebaran kuesioner dibeberapa KPP yang terdaftar di dalam satu kanwil secara bersamaan.
Universitas Sumatera Utara
106
2. Diskriminasi perpajakan harus sesegera mungkin ditanggulangi, ini
merupakan suatu masalah yang abstrak namun nyata dampaknya. Dengan demikian, diskriminasi harus benar-benar dihilangkan untuk meningkatkan
kepatuhan Wajib Pajak dan ini seharusnya menjadi pukulan yang keras bagi pihak pemerintah dan Wajib Pajak.
3. Sudah banyak penelitian yang dilakukan dibidang perpajakan, maka
seharusnya pemerintah sesegera mungkin membenahi diri dan menunjukkan kepada masyarakat bahwa mereka mampu memberikan
kinerja yang lebih baik, dengan cara menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan evaluasi dan kemudian mengambil tindakan korektif.
4. Untuk meminimalisir terjadinya etika tax offenses, tax fraud, dan tax,
maka sistem perpajakan di Indonesia yaitu self assessment system harus sesegera mungkin dibenahi, dan meningkatkan kontrolnya agar menjadi
lebih baik dalam penerapannya. 5.
Sangat besar harapan peneliti kepada pemerintah agar pemerintah sendiri mampu memberikan berbagai pandangan dan motivasi kepada seluruh
masyarakat untuk memahamkan mereka bahwa etika tax offenses, tax fraud, dan tax merupakan suatu tindakan yang sangat tidak etis.
Universitas Sumatera Utara
16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keadilan Pajak
Menurut Anondo 2013, syarat keadilan adalah “pemungutan pajak dilaksanakan secara adil baik dalam peraturan maupun realisasi pelaksanaannya”.
Keadilan dalam perpajakan merupakan faktor utama yang akan mendasari setiap Wajib Pajak mau mematuhi peraturan perpajakan. Penelitian yang telah
dilakukan oleh Suryani pada tahun 2013 lalu, menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa keadilan memiliki hubungan yang positif terhadap etika penggelapan
pajak. Hal ini relevan dengan hipotesis yang telah ia nyatakan, dan bahkan relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh McGee 2008, Nickerson, et al 2009,
Suminarsasi 2011. Hasil penelitian menyatakan bahwa keadilan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap penggelapan pajak.
Asas keadilan dalam prinsip Perundang-Undangan Perpajakan maupun dalam hal pelaksanaannya harus dipegang teguh, walaupun keadilan itu sangat
relatif. Menurut Richard dan Peggy dalam buku Public Finance in Theory and Practice terdapat dua macam asas keadilan pemungutan pajak, adalah sebagai
berikut: 1.
Benefit Principle
Dalam sistem perpajakan yang adil, setiap Wajib Pajak harus membayar pajak sejalan dengan manfaat yang dinikmatinya dari
pemerintah. Pendakatan ini disebut revenue and expenditure approach.
Universitas Sumatera Utara
17
2. Ability Principle
Dalam pendekatan ini menyatakan agar pajak dibebankan kepada Wajib Pajak atas dasar kemampuan membayar.
Masalah keadilan dalam pemungutan pajak, dibebankan antara lain sebagai berikut:
1. Keadilan horizontal Pemungutan pajak adil secara horizontal apabila beban pajaknya sama
atas semua Wajib Pajak yang memperoleh penghasilan yang sama dengan jumlah tanggungan yang sama, tanpa membedakan jenis
penghasilan atau sumber penghasilan. 2. Keadilan vertikal
Keadilan dapat dirumuskan horizontal dan vertikal bahwa pemungutan pajak adil, apabila orang yang dalam kondisi ekonomis
yang sama dikenakan pajak yang sama, demikian sebaliknya.
Seperti yang dikemukakan Mansury, Pajak Penghasilan hendaknya dipungut sesuai dengan asas keadilan, maka diperlukan syarat keadilan sebagai
berikut: 1.
Syarat keadilan horizontal, antara lain sebagai berikut:
a. Definisi Penghasilan
Memuat semua tambahan kemampuan ekonomis termasuk ke dalam pengertian definisi penghasilan.
Universitas Sumatera Utara
18
b. Globality
Seluruh tambahan kemampuan ekonomis merupakan ukuran dari keseluruhan kemampuan membayar the global ability to pay.
Oleh karena itu, penghasilan dijumlahkan menjadi satu sebagai objek pajak.
c. Net Income
Ability to pay yaitu jumlah neto setelah dikurangi semua biaya yang tergolong dalam biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan. d.
Personal exemption Pengurangan yang diberikan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi
berupa Penghasilan Tidak kena Pajak PTKP. e.
Equal treatment for the equals Pengenaan pajak dengan perlakuan yang sama diartikan bahwa
seluruh penghasilan dikenakan pajak dengan tarif yang sama tanpa membedakan jenis atau sumber penghasilan.
2. Syarat keadilan vertikal, antara lain sebagai berikut:
a. Unequal treatment for the unequals
Besarnya tarif dibedakan oleh jumlah seluruh penghasilan atau jumlah seluruh tambahan kemampuan ekonomis bukan perbedaan
jenis atau sumber penghasilan.
Universitas Sumatera Utara
19
b. Progression
Wajib Pajak yang penghasilannya besar, harus membayar pajak yang besar dengan persentase tarif yang besar.
Dengan demikian, dari paparan mengenai keadilan pajak diatas dapat dipahami bahwa setiap Wajib Pajak akan memperoleh keadilan yang sama dalam
perlakukan pengenaan pajak, baik dari segi tarif, pelayanan, cara pemungutan dan penerapan Undang-Undang Perpajakan. Maka dari itu, setiap Wajib Pajak juga
berhak untuk memperoleh berbagai fasilitas dan pemanfaatan infrastruktur negara secara adil sebagai bentuk apresiasi dari partisipasi dan kontribusi mereka yang
telah melakukan kewajiban mereka untuk membayar pajak.
2.2. Kepatuhan Wajib Pajak 1. Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak