BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka, akan dibahas lebih lanjut mengenai Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana Alokasi Umum DAU, Dana Bagi Hasil DBH, Sisa
Lebih Perhitungan Anggaran SiLPA, dan perilaku oportunistik penyusun anggaran. Bagian ini menjabarkan teori yang melandasi penelitian ini dan
beberapa penelitian terdahulu yang telah diperluas dengan referensi atau keterangan tambahan yang diperoleh selama penelitian.
2.1.1. Teori Keagenan
Agency Theory
Teori keagenan agency theory merupakan basis teori yang mendasari praktek bisnis perusahaan yang telah dipakai selama ini. Teori
tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Pada sektor publik khususnya pemerintah pusat maupun
daerah, teori keagenan digunakan untuk menganalisis hubungan yang terjadi di antara prinsipal-agen dalam kaitannya dengan penganggaran
daerah. Di pemerintahan daerah, prinsipal merupakan pihak legeslatif DPRD dan agen merupakan pihak eksekutif Pemerintah Daerah.
Hubungan prinsipal-agen terjadi ketika tindakan yang dilakukan seseorang memiliki dampak terhadap orang lain atau ketika seseorang sangat
tergantung pada tindakan orang lain.
Universitas Sumatera Utara
Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa, “Teori keagenan menganalisis susunan kontraktual diantara dua atau lebih individu,
kelompok, atau organisasi. Salah satu pihak prinsipal membuat suatu kontrak baik secara implisit maupun secara eksplisit, dengan pihak lain
agen dengan harapan bahwa agen akan bertindakmelakukan pekerjaan seperti yang diinginkan oleh prinsipal”.
Teori keagenan berfokus pada persoalan asimetri informasi, agen memiliki informasi lebih banyak dari prinsipal tentang kinerja aktual,
motivasi, dan tujuannya yang sesungguhnya, yang berpotensi menciptakan moral hazard penyalahgunaan wewenang dan adverse selection
menyembunyikan informasi. Sedangkan prinsipal harus mengeluarkan biaya costs untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam
memonitor kinerja agen, menentukan struktur insentif, dan monitoring yang efisien. Abdullah dan Asmara 2006:7 menyatakan bahwa, “Adanya
asimetri informasi diantara eksekutif-legeslatif dan legeslatif-rakyat menyebabkan terbukanya ruang bagi terjadinya perilaku oportunistik
dalam proses penyusunan anggaran, yang justru lebih besar daripada di dunia bisnis yang memiliki automatic checks berupa persaingan”.
2.1.2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Anggaran merupakan alat utama pemerintah untuk melaksanakan semua kewajiban, janji, dan kebijakannya ke dalam rencana-rencana
konkrit dan terintegrasi dalam hal tindakan apa yang akan diambil, hasil apa yang akan dicapai, pada biaya berapa dan siapa yang akan membayar
Universitas Sumatera Utara
biaya-biaya tersebut. Anggaran sektor publik yang dipresentasikan dalam APBN dan APBD menggambarkan tentang rencana keuangan di masa
mendatang mengenai jumlah pendapatan, belanja, surplusdefisit, pembiayaan, serta program kerja dan aktivitas yang akan dilakukan.
Menurut Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat dengan APBD adalah rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah.
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah yang merupakan pedoman bagi pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan kepada
publik dalam masa satu tahun anggaran. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD menurut
Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 terdiri atas: 1.
Anggaran pendapatan, terdiri atas: a.
Pendapatan Asli Daerah PAD, yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan
penerimaan lain-lain. b.
Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana alokasi Umum DAU, dan Dana Alokasi Khusus DAK ;
c. Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat.
2. Anggaran belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan
tugas pemerintahan di daerah.
Universitas Sumatera Utara
3. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
danatau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun
2014, proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD diawali dengan Pemerintah Daerah eksekutif dan DPRD
legelatif membuat suatu kesepakatan tentang arah dan kebijakan umum dan prioritas anggaran, yang akan menjadi pedoman dalam penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Kemudian, Pemerintah Daerah eksekutif membuat Rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah RAPBD sesuai dengan arah dan kebijakan umum dan prioritas anggaran, yang kemudian akan diserahkan kepada DPRD
legeslatif untuk dipelajari dan dibahas bersama-sama oleh panitia anggaran legeslatif dan direspon oleh semua komisi dan fraksi sebelum
ditetapkan sebagai peraturan daerah. Anggaran yang telah ditetapkan menjadi dasar bagi Pemerintah Daerah eksekutif untuk melaksanakan
aktivitasnya dalam pemberian pelayanan publik dan acuan bagi DPRD legeslatif untuk melaksanakan fungsi pengawasan dan penilaian kinerja
terhadap Pemerintah Derah eksekutif dalam hal pertanggungjawaban kepala daerah.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Pendapatan Asli Daerah