2.1.3. Pendapatan Asli Daerah
Untuk membiayai belanja daerah, pemerintah daerah memiliki sumber pendapatan sendiri yaitu Pendapatan Asli Daerah PAD.
Berdasarkan Undang- Undang nomor 33 tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah selanjutnya disebutkan PAD adalah pendapatan yang diperoleh
daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
PAD merupakan usaha daerah guna memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan dana subsidi dari pemerintah pusat. Selain itu, PAD
juga memiliki peranan penting dalam pembiayaan daerah, semakin besar PAD yang dimiliki oleh suatu daerah semakin besar pula kemampuan
daerah untuk mencapai tujuan otonomi daerah yakni dalam hal peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik,
pengembangan kehidupan demokrasi keadilan dan pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Undang-Undang nomor 23 tahun 2014, sumber-sumber
penerimaan daerah yang dimasukkan dalam pos Pendapatan Asli Daerah PAD terdiri atas:
1. Pajak Daerah;
2. Retribusi Daerah;
3. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Dana Alokasi Umum
Menurut Undang-Undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
Dana Alokasi Umum DAU merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar-Daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana Alokasi Umum DAU merupakan block grant yang diberikan kepada semua kabupaten dan kota dengan tujuan untuk
pemerataan kemampuan keuangan antar-Daerah yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antar-Daerah melalui
penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan potensi Daerah. Undang-Undang nomor 33 tahun 2004 Pasal 27 menggariskan
bahwa Pemerintah Pusat berkewajiban menyalurkan paling sedikit dua puluh enam persen 26 dari Pendapatan Dalam Negerinya dalam bentuk
DAU. DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal fiscal gap suatu Daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan Daerah
fiscal need dan potensi Daerah fiscal capacity. Dalam Undang-Undang 33 tahun 2004 ditegaskan kembali mengenai formula celah fiskal dan
penambahan variabel DAU. Alokasi DAU bagi daerah yang potensi fiskalnya besar tetapi kebutuhan fiskal kecil akan memperoleh alokasi
DAU relatif kecil. Sebaliknya, Daerah yang potensi fiskalnya kecil, namun kebutuhan fiskal besar akan memperoleh alokasi DAU relatif besar. Secara
Universitas Sumatera Utara
implisit, prinsip tersebut menegaskan fungsi DAU sebagai faktor
pemerataan kapasitas fiskal. 2.1.5.
Dana Bagi Hasil
Berdasarkan Undang-Undang nomor 33 tahun 2004, Dana Bagi Hasil DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana Bagi Hasil DBH yang ditransfer pemerintah pusat kepada pemerintah daerah terdiri dari dua jenis, yaitu:
1. Dana Bagi Hasil DBH Pajak
Dana Bagi Hasil DBH yang berasal dari pajak adalah bagian daerah yang berasal dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Biaya
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, Pajak Penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan Pajak
Penghasilan Pasal 21. 2.
Dana Bagi Hasil DBH bukan Pajak Sumber Daya Alam Dana Bagi Hasil DBH yang berasal dari sumber daya alam terdiri dari
kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi.
2.1.6. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran