Tahap penyelesaian penelitian Prosedur Penelitian

optika dalam produk teknologi sehari-hari sehari-hari 9 13 17 21 37 27 12 19 20 23 24 32 Jumlah 7 3 8 2 20 Keterangan : soal valid Sebelum digunakan untuk penelitian instrumen, instrumen terdiri dari 40 soal terlebih dahulu diujicobakan kepada siswa di kelas lain yang tidak termasuk kelompok kontrol ataupun kelompok eksperimen guna mengukur validitas dan reabilitas.

1. Pegujian Validitas Instrumen

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan atau dengan kata lain suatu alat evaluasi disebut valid jika ia dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang dievaluasi tersebut. Uji validitas adalah uji kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang sebenarnya. Uji coba ini dilakukan dengan mengkorelasikan skor masing-masing item dengan skor total. Untuk mengukur validitas soal dalam penelitian digunakan rumus ”point biserial”. yaitu : 68 q P SD M M r t t p pbi   Keterangan : 68 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2008, h.79. r pbi : Koefisien korelasi poin biserial M p : Mean skor pada tes yang memiliki jawaban benar M t : Mean skor total Sd t : Standar deviasi dari skor total p i : Proporsi peserta tes yang menjawab benar q i : Proporsi peserta tes yang menjawab salah, q = 1 – p Berdasarkan uji tes dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang, maka harga koefisien korelasi untuk n=30 dan α=5 adalah 0.349. Soal dikatakan valid jika r hitung ≥ r tabel yaitu jika r hitung ≥ 0.349. Dari uji coba tes sebanyak 40 soal dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang, diperoleh soal yang valid sebanyak 20 soal. 69

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Uji ini dilakukan dengan menggunakan rumus Spearman-brown, yaitu : 70 2 1 2 1 2 1 2 1 11 1 2 r r r         Keterangan : r 11 : Koefisien realibilitas instrument r 1212 : r xy yang disebutkan indeks korelasi antara dua belahan instrumen. Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut: 71 69 Lihat Lampiran, h.93-95 70 Ibid., h.93 a. Apabila r 11 sama dengan atau lebih besar dari 0.70 berarti tes yang sedang diuji telah memiliki reliabilitas yang tinggi reliable b. Apabila r 11 lebih kecil dari 0.70 berarti bahwa tes yang sedang diuji belum memiliki reliabilitas yang tinggi unreliable Hasil analisis instrumen diperoleh reliabilitas tes sebesar 0.72. Hal ini berarti bahwa tes memiliki reliabilitas yang tinggi sebab r 11 lebih kecil dari 0.70. 72

3. Taraf Kesukaran

Tingkat kesukaran dari suatu tes digunakan untuk mengetahui apakah tiap butir soal termasuk dalam kategori mudah, sedang atau sukar. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab soal. 73 Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran yaitu : N B P  Keterangan : P : Indeks kesulitan untuk setiap butir soal B : Banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal N : Jumlah peserta tes Klasifikasi tingkat kesukaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.2. Klasifikasi Tingkat Kesukaran Rentang Keterangan 71 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, h. 209 72 Lihat Lampiran,h.96 73 Suharsimi Arikunto., Op cit, h.208 0.75 Mudah 0.25 – 0.75 Cukupsedang 0.25 Sukarsulit Dari uji coba tes sebanyak 20 soal, diperoleh 16 soal bersifat sedangcukup, 1 soal bersifat mudah dan 3 soal bersifat sulit. 74

4. Daya Pembeda Soal

Analisis daya pembeda soal bertujuan untuk mengetahui kemampuan soal dan membedakan siswa yang pandai tinggi prestasinya dengan siswa yang kurang pandai rendah prestasinya. 75 Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal yaitu : N B B D B A 5 .   Keterangan : D : Daya pembeda B A : Jumlah skor benar dari kelompok atas B B : Jumlah skor benar dari kelompok bawah N : Jumlah responden jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawah Klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.3. Klasifikasi Daya Beda 76 74 Lihat lampiran, h.97 75 Suharsimi Arikunto., Op cit, h.213 76 Suharsimi Arikunto, Op Cit., h. 218