"PENGARUH LINGKUNGAN SEKITAR SEOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR PESETA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS X-l SMA 2 MEI TANGERANG SELATAN",

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

iii

Niken Wahyu Dwinta (109015000132): pengaruh lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar tehadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS Kelas X-l SMA2MEI.

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh infonnasi tentang peranan pengaruh lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS kelas X-l SMA 2 MEI Tangsel. Peranan merupakan hal-hal yang semestinya harus dilakukan dalam menunjang keberhasilan terhadap hasil belajar peserta didik. Dalam kaitannya dengan penelitian ini ada dua variable pokok yang akan diteliti yakni agen sosialisasi keluarga dan hasil belajar IPS. Penelitian ini sendiri telah dilaksanakan pada bulan November-Maret 2014 di SMA 2 MEI. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas x SMA 2 MEI Tangerang selatan dan adapun sampel yang diambil sebanyak 35 siswa. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan observasi, pretes dan posttes serta wawancara mendalam sehingga melahirkan berbagai pandangan berbeda mengenai fenomena yang diteliti serta diolah menggunakan metode quasi eksperimen sehingga .melahirkan keleluasaan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal mengenai pengaruh lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS.

t Hasil penelitian ini menghasilkan bahwa pengaruh lingkungan sekitar seWah sebagai sumber belajar tehadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajarn IPS kelas X-l SMA 2 MEI Tangerang Selatan sangat berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.

Dengan demikian implikasi penelitian ini menyimpulkan bahwa peranan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar yang seharusnya dapat diterapkan pada sekolah SMA 2 MEI untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.


(6)

iv

a learning resource tehadap learning outcomes of students in social studies classes X-l High School 2 MAY.

This study was conducted to obtain information about the role of environmental influences around the school as a learning resource students in social studies classes X-l High School 2 MAY Tangsel. Roles are things that should be done in supporting the success of the learning outcomes of students. In relation to this study, there are two main variables that will be examined which family socialization agents and learning outcomes IPS. The study itself was conducted in November-March 2014 in High School 2 MAY.

The research method used was a quasi-experimental method with a quantitative approach. The population in this study was the students of class X High School 2 MAY Tangerang south and as for the samples taken as many as 35 students. Data collection techniques in this study performed using observations, pretest and posttes well as in-depth interviews that gave birth to a variety of different perspectives on the phenomenon under study, and processed using quasi-experimental methods that gave birth to the freedom of knowledge to obtain a reliable truth about the influence of the environment around the school as a learning resource learners in social studies.

The results of this study suggest that the influence of the environment around the school as a learning resource tehadap learning outcomes of students in class X eyes pelajarn IPS-1 High School 2 MAY South Tangerang is very influential in the learning outcomes of students.

Thus the implications of this study concluded that the role of the school environment as a learning resource that should be applied to school high school 2 MAY to obtain better learning results.


(7)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya yang tiada batas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "PENGARUH LINGKUNGAN SEKITAR SEOLAH SEBAGAI

SUMBER BELAJAR PESETA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPS

KELAS X-l SMA 2 MEI TANGERANG SELATAN", ini dengan baik.

Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan atas baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan cahaya dalam hidup penulis berupa cahaya Islam.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Walaupun waktu, tenaga dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Ucapan terimakasih yang tak terhingga atas bimbingan, penghargaan, dukungan serta bantuan dari berbagai pihak kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.Untuk itu penulis sangat berterima kasih kepada:

1. Ibu Nurlena Rifai, M.A.Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah tulus dan ikhlas memberikan bantuan serta motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.


(8)

vi

dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Jakiatin Nisa , M.Pd., selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah tulus dan ikhlas memberikan bimbingan, bantuan serta motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tidak terhingga banyaknya dan sangat berguna bagi penulis.

6. Kedua orang tua tercinta Bapak Toepan Adi Soesanto dan ibu Retno Wahyu Purwani yang senantiasa memberikan do'a, motivasi dan dukungan baik moril dan materil kepada penulis selama ini dalam hal apapun, you are my inspiration

7. Untuk kakak tercinta Hindri Yati Restu Ningtyas dan my little angel Amanda Fanny Ghasiyah , serta seluruh keluarga besar. Terima kasih karena kalian merupakan mutiara terindah yang diberikan Allah SWT dalam hidup penulis.

8. Teman-teman seperjuangan penulis Nur Faidah ,S.Pd., Ratna Anggraini, S.Pd., dan Mila Zufiah S. Pd, kalian merupakan kekuatan bagi penulis serta kepada angkatan 2009. Terima kasih atas segala dukungannya, semoga


(9)

vii

9. Untuk coffee shop - cffee shop yang telah memberikan tempat dan ruang free bagi penulis untuk memperoleh informasi terkait dengan judul skripsi yang sedang saya kerjakan dan makanan serta minuman yang selalu kalian berikan kepada saya agar saya lebih giat dalam menulis skripsi saya ini. 10.Untuk kakak angkat yang membantu saya menyelesaian skripsi ini dan

selalu memberikan dukungan kepada penulis secara terus menerus.

11.Terima kasih bagi dua sayap pelindung saya kalian adalah berdua adalah kekuatan bagi saya dan berkat kalian juga saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan hasil yang baik apapun yang saya lakukan semua hanya untuk kalian sayap pelindungku.

12.Terima kasih kepada someone yang telah memberikan bantuannya serta waktu untuk mengerjakan skripsi bersama dan memberikan masukan -masukan yang tajam kepada penulis.

13.Keluarga Besar SMA 2 Mei dan murid - murid tercnta yang telah membantu penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

14.Serta kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas doa dan bantuannya.

Atas bantuan mereka yang sangat berharga, penulis berdo'a semoga Allah S.W.T. memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal shaleh dan ketaatan kepada-Nya, Amin

Jakarta, 29 Mei 2014


(10)

viii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMB AR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Perumusan Masalah ... 10

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR A. Lingkungan ... 12

B. Lingkungan Sekitar Sekolah ... 13

1. Pengertian Lingkungan S ekolah ... 13

2. Lingkungan Sekolah Fisik dan Non Fisik ... 14

3. Peranan Sekolah ... 16

4. Unsur-unsur Lingkungan S ekolah ... 16

C. Sumber Belajar ... 25

1. Pengertian Sumber Belajar ... 25

2. Fungsi dan Manfaat Sumber Belajar ... 26

3. Macam-macam Sumber Belajar ... 27

D. Hasil Pembelajaran ... 28

1. Pengertian Belajar ... 28

2. Ciri-ciri Belajar ... 29

3. Tipe-tipe Belajar ... 30


(11)

ix

6. Karakteristik Mata Pelajaran IPS... 32

7. Tujuan pembelajaran IPS ... 33

8. Hakikat Hasil Belajar IPS ... 34

9. Faktor ekternal lainnya adalah faktor motivasi. "Motivasi adalah segala sesuatu yang Macam-macam Hasil Belajar ... 39

10. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 40

E. Kerangka Berpikir ... 41

F. Pengajuan Hipotesis (uji t)... 42

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

B. Metode Penelitian ... 43

C. Variabel Penelitian ... 44

D. Populasi dan Sampel ... 44

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Analisis Butir Soal Penelitian ... 46

1. UjiValiditas ... 46

2. Uji Reliabilitas ... 47

3. Tingkat Kesukaran ... 48

4. DayaPembeda ... 48

G. Teknis Analisis Data ... 49

1. Penskoran (Uj i Normal Gain) ... 49

2. Uji Normalitas ... 49

3. Uj i Homogenitas ... 50

4. Uji t (Hipotesis) ... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian... 52

1. Data Hasil Belajar ... 52


(12)

x

1. Penguj ian Hipotesis ... 55 2. Pembahasan ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 59 B. Saran ... 59


(13)

xi

Tabel 1. 1 Rekapitulasi Nilai Siswa kelas X SMA 2 MEI ... 7

Tabel 3. 1 Rancangan Desain the one group pretest-posttest design ... 43

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes ... 45

Tabel 3.3 Kriteria Validitas Soal ... 46

Tabel 3.4 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 47

Tabel 3.5 Tingkat Kesukaran ... 48

Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda ... 49

Tabel 4.1 Data hasil pretes kelas X-l ... 52

Tabel 4.2 Data hasil postest kelas X-l ... 53

Tabel 4.3 Kategori Nilai N-gain Kelas X-l ... 53

Tabel 4.4 Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas X-l ... 54

Tabel 4.5 Uji Homogenitas Pretest Kelas X-l ... 55

Tabel 4.6 Uji Homogenitas Posttest Kelas X-l ... 55

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Hipotesis Uji-t Nilai Posttest... 56


(14)

(15)

1

PENDAHULAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sekolah, keluarga, dan masyarakat terdapat saling keterkaitan. Di satu sisi, pendidikan adalah bagian dari kehidupan yang dituntut mampu mengikuti perkemangan didalamnya. Di pihak lain, karena misi yang diemban pendidikan tidak larut dalam pengaruh lingkungan sekitar. Pendidikan, dalam hal ini tidak diharapkan hanya menjadi buih karena gelombnag perkembangan zaman. Berdasarkan nilai-nilai yang diidealkan, pendidikan akan selalu berupya menjalani kehidupan.

Kemajuan suatu masyarakat dan suatu bangsa sangat ditentukan pembangunan sektor pendidikan dalam penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang sesuai dengan perkembangan zaman. Sumber Daya Manusia bangsa Indonesaia ke depan tidak terlepas dari fungsi pendidikan nasional. Dalam pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan:

"pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Program pendidikan didasarkan kepada tujuan umum pengajaran yang diturunkan dari tiga sumber: masyarakat, siswa, dan bidang studi. Yang diturunkan dari masyarakat mencakup konsep luas seperti membentuk manusia, menjadikan manusia pembangunan, manusia berkepribadian, manusia bertanggung jawab, dan sebagainya. Tujuan umum ini menyangkut pertimbangan filsafat dan etika yang diturunkan dari harapan masyarakat, seperti apa yang tercantum dalam falsafah bangsa, tujuan pendidikan nasional, seperti

1

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, pasal 3.


(16)

apa yang tercantum dalam falsafah bangsa, tujuan pendidikan nasional, sifatlembaga pendidikan, nilai-nilai keagamaan, ideologi dan lain sebagainya. Tujuan pendidikan adalah mancakup kesiapan jabatan, keterampilan memecahkan masalah, penggunaan waktu senggang secara membangun, dan sebagainya karena tiap siswa/anak mempvmyai harapan yang berbeda. Sementara itu tujuan pendidikan berkaitan dengan bidang studi dapat dinyatakan lebih spesifik. Misalnya dalam pelajaran bahasa untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara mahir secara lisan dan tulisan. "Tujuan pendidikan secara umum seperti itu menyangkut kemampuan luas yang akan membantu siswa untuk berpartisipasi dalam masyarakat."2

Pada dasarnya setiap sekolah mendidik anak agar menjadi anggota masyarakat yang berguna. Namun, pendidikan di sekolah sering kurang relevan dengan kehidupan masyarakat. Kurikulum kebanyakan berpusat pada bidang studi yang tersusun secara logis dan sistematis yang tidak nyata hubungannya dengan kehidupan sehari-hari anak didik. Apa yang dipelajari anak didik tampaknya hanya memenuhi kepentingan sekolah untuk ujian, bukan untuk membantu totalitas anak didik agar lebih efektif dalam masyarakat.

Hal demikian disebabkan oleh beberapa dimensi orientasi pendidikan yang tidak berjalan baik, yakni:

1. Dimensi status anak didik terentang dari anak didik berstatus sebagai objek atau klien dan anak didik berstatus sebagai subjek atau warga dalam pendidikan.

2. Dimensi orientasi pe'ndidikan kedua adalah fungsi guru sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktrinator sampai pada kutub lain guru sebagai fasilitator dan motivator dalam proses pendidikan.

3. Dimensi ketiga adalah materi pendidikan, yang memiliki rentang dari mated bersifat materi oriented atau subject oriented sampai problem oriented. yang bersifat sentralistis samapai manajemen yang bersifat desentralisasi atau school based management.

2

A. Tresna Sastrawijaya, Pengembangan Program Pengajaran. (Jakarta:Rineka Cipta, 1991), him. 26.


(17)

Orientasi pendidikan kita cenderung memperlakukan peserta didik berstatus sebagai objek atau klien, guru berfungsi sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktrinator, materi bersifat subject oriented, manajemen bersifat sentralistis. Orientasi pendidikan yang kita pergunakan tersebut menyebabkan praktek pendidikan kita mengisolir diri dari kehidupan yang riil yang ada diluar sekolah, kurang relevan antara apa yang diajarkan dengan kebutuhan dalam pekerjaan, terlalu terkonsentrasi pada pengembangan intelektual yang tidak berjalan dengan.pengembangan individu.

Praktek pendidikan semacam itu yang memunculkan kesenjangan berupa kesenjangan. Kesenjangan akademik menunjukan bahwa ilmu yang dipelajari di sekolah tidak ada kaitannya dengan kehidupan masyarakat sehari- hari. Hal ini disebabkan Karena guru tidak menyadari bahwa kita dewasa ini berada pada masa transisi yang berlangsung dengan cepat, dan tetap memandang sekolah sebagai suatu institusi yang berdiri sendiri yang bukan merupakan bagian dari masyarakatnya yang tengah berubah. Ditambah lagi dengan banyaknya guru yang tidak mampu mengaitkan mata pelajaran yangdiajarkan dengan fenomena sosial yang dihadapi masyarakat. Akibatnya guru terus terpaku pada pemikiran yang sempit.3

Adapun di dalam dictionary of education, pendidikan merupakan proses pengembangan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dan lingkungan hidup. "Pendidikan juga sebagai proses sosial ketika seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah) sehingga memperoleh dan mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individual yang optimal."4

Hal demikian telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia. Namun disisi lain, terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan mutu pendidikan sulit untuk ditingkatkan. Pertama. kebijakan

Hal demikian telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia. Namun disisi lain, terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan mutu pendidikan sulit untuk ditingkatkan. Pertama. kebijakan

3

Harun Rasyid dan Mansur. Penilaian Hasil Belajar. (Bandung: CV Wacana Prima), hal. 27

4

Udin Syaefudin dan Abin Syamsyudin Makmun, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2011), hal 17


(18)

dalam penyelenggaraan pendidikan menggunakan pendekatan hasil akhir. Kebijakan ini hanya mengandalkan input yang baik untuk menghasilkan output yang baik. Masalah proses hampir diabaikan. Kedua penyelenggaraan pendidikan secara sentralistik. Keputusan birokrasi dalam hal ini hampir menyentuh semua aspek sekolah yang kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi sekolah tersebut. Akibatnya. sekolah kehilangan kemandirian, motivasi, dan inisiatif untuk mengembangkan lembaganya. Ketiga peran serta masyarakat dalam pengelolaan pendidikan masih kurang. Partisipasi masyarakat dalam pendidikan hanya bersifat dukungan dana. Padahal yang lebih penting adalah partisipasi dalam hal proses pendidikan yang meliputi: Pengambil keputusan, monitoring, evaluasi dan akuntabilitas. Dengan demikian, Sekolah dan masyarakat secara bersama-sama bertanggung jawab dan berkepentingan terhadap hasil pelaksanaan pendidikan. Bukan sekolah yang bertanggung] awab kepada masyarakat terhadap hasil pelaksanaan pendidikan itu sendiri.

Pada undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 yang sudah dibahas diawal paragraph, maka dari waktu ke waktu bidang pendidikan haruslah tetap menjadi prioritas dan menjadi orientasi untuk diusahakan perwujudan sarana dan prasarananya terutama untuk sekolah. Salah satu tugas pokok sekolah adalah menyiapkan siswa agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal. Seorang siswa dikatakan telah mencapai perkembangannya secara optimal apabila siswa dapat memperoleh pendidikan dan hasil belajar yang sesuai dengan bakat, kemampuan dan minat yang dimilikinya. Kenyataan menunjukkan bahwa disamping adanya siswa yang berhasil secara gemilang, masih juga terdapat siswa yang memperoleh hasil belajar yang kurang menggembirakan, bahkan ada diantara mereka yang tidak naik kelas atau tidak lulus evaluasi belajar tahap akhir. Hal ini pula yang masih menjadi permasalahan dengan hasil nilai KKM yang diberikan dapihak sekolah terhadap peserta didik yang notabenenya menjadi acuan utama hasil belajar pada sekolah tersebut. Padahal, kriteria hasil belajar peserta didik itu dilihat dari sejauh mana kemampuan peserta didik menguasai permasalahan dirinya dengan lingkungan sekitar sebagai sumber belajarnya untuk dapat menghasilkan serta


(19)

mengembangkan berbagai sumber' belajar disekitar sekolah yang kelak akan membantu pada hasil belajar yang baik sesuai nilai KKM yang diberikan. Sebab, pemberian tes ujian harian, tes soal-soal latihan bahkan ujian akhir sekolah hanya melihat dari kemampuan akademik hasil akhir selama masa belajar bukan pada proses belajar mengajarnya. Justru yang diinginkan kreatifitas peserta didik adalah dapat memanfaatkan proses sumber belajar lingkungan sekolah dengan baik.

Proses belajar mengajarlah yang akan menunjang terbentuknya kualitas sumber daya manusia yang baik pula. Dalam proses belajar mengajar diharapkan adanya perubahan tingkah laku yang terjadi padapeserta didik. Perubahan tingkah laku perserta didik berbeda satu samalainnya. Hal ini disebabkan karakteristik setiap peserta didik berbeda-beda. Perbedaan tersebut meliputi perbedaan fisiologis seperti kesehatan pancaindra, perbedaan psikologis seperti tingkat kecerdasan, motivasi, kemandirian, dan masih banyak lagi. Dengan demikian walaupun mereka mengikuti proses belajar secara bersamaan, hasil yang mereka capai akan berbeda-beda. Hasil belajar setiap individu perlu diperhatikan oleh pihak sekolah maupun siswa itu sendiri, karena kebanyakan siswa mengalami problem belajar yang berakibat kepada rendahnya rata-rata nilai serta kurangnya sumber belajar peserta didik.

Sekolah memiliki peran dan tanggung jawab yang besar terhadap peserta didik dalam proses belajar mengajar. Sekolah yang baik adalah dapat memberikan fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang serta memanfaatkannya untuk proses belajar mengajar bagi kebutuhan peserta didik. Namun jika hal tersebut terdapat kekurangan, maka akan mempengaruhi proses belajar mengajar serta hasil belajar siswa. Sumber belajar lingkungan sekolah adalah terpenuhinya fasilitas sarana dan prasarana di lingkungan sekolah tersebut. Adapun terlaksananya sumber belajar lingkungan sekolah menunjukan keseriusan pihak sekolah menjalankan kewajibannya sebagai pihak yang diamanatkan oleh Negara. Sumber belajar ini seperti keberadaan kantin, taman, laboratorium sekolah, olahraga, OSIS, perpustakaan, masjid, ruang belajar (kelas). Fasilitas demikian yang dimiliki oleh SMA 2 MEI Tangerang Selatan.


(20)

Terlihat pada saat observasi berlangsung pada tanggal 12 Februari 2013, penulis menilai serta melihat kondisi lingkungan sekitar sekolah bahwa proses belajar mengajar di sekolah tersebut hanya terpacu pada pemanfaatan sumber belajar ruang kelas semata. Kegiatan sehari-hari lebih banyak dilakukan di ruangan kelas. Dari mata pelajaran yang sifatnya adalah praktek di luar ruang, mereka melakukannya di dalam kelas sebagai pembahsan teori mata pelajarannya tersebut. Menurut saya, pembahasan teori dalam mata pelajaran yang sifatnya adalah praktek langsung kelapangan, justru harus dilibatkan keluar ruangan, agarpara peserta didik dapat lebih memahami lebih detail dan spesifik terhadap teori pembahasan serta praktek.

Terfokusnya peserta didik di dalam kelas menimbulkkan kejenuhan tersendiri yang akibatnya mengganggu kejiwaan si anak serta juga dapat menjadikan peserta didik bermalasan. Wajar bila peserta didik tidak menurutiapa yang disampaikan oleh guru dikelasnya ketika sedang proses belajar mengajar. Ada yang mengabaikan tanggung jawabnya sebagai pelajar yang ditunjukkan dalam sikap dan tindakannya seperti: tidak menaati peraturan sekolah, tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, tidak mengikuti upacara, tidak masuk kelas sebelum guru datang walaupun bel sudah berbunyi, ramai di kelas saat guru menjelaskan, melalaikan tugas yang diberikan guru, melanggar tata tertib sekolah, membolos, yang kesemuanya itu mencerminkan kurangnya pemanfaatan sumber belajar lain selain ruang kelas sebagai salah satu sumber belajar mereka.

Salah satu hal yang mendasari keinginan belajar siswa adalah timbulnya kesadaran siswa untuk mau melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas belajarnya dengan baik, sesuai dengan tanggung jawabnya sebagai pelajar. Selain keinginan dalam belajar, faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah lingkungan belajar sekitar di sekolah. Lingkungan sekitar sekolah memberikan kontribusi besar terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Lingkungan belajar di sekolah mencakup dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang ada di sekitar siswa baik itu di kelas, sekolah, atau di luar sekolah yang perlu di optimalkan


(21)

pengelolaannya agar interaksi belajar mengajar lebih efektif dan efisien. Artinya lingkungan fisik dapat difungsikan sebagai sumber atau tempat belajar yang direncanakan atau dimanfaatkan.

Di ruang kelas proses belajar mengajar siswa pasif dan masih banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah standar dengan rata-rata nilai siswa sebesar 62,8. Khususnya siswa kelas X terlihat nilai IPS masih dibawah standar. Sementara batas minimal ketuntasan belajar yang ditetapkan sekolah tersebut adalah sebesar 70.

Tabel 1. 1

Rekapitulasi Nilai Siswa kelas X SMA 2 MEI

Kelas Laki-laki Perempuan Nilai < KKM Nilai > KKM

XI 13 23 15 Siswa 21 Siswa

X2 18 20 25 Siswa 3 Siswa

X2 15 17 10 Siswa 22 Siswa

Jumlah 46 60 50 Siswa 46 Siswa

Data tersebut menjelaskan masih adanya jumlah siswa yang mendapatkan nilai dibawah standar lebih banyak. Ini artinya peran guru selama proses pembelajaran belum memberdayakan seluruh potensi dirinya secara optimal. Pembelajaran dilakukan dengan ceramah dan siswa mengerjakan soal-soal LKS (lembar kerja siswa) tanpa memahami konsep secara mendalam. Hal ini menyebabkan siswa kurang terlatih untuk menemukan, mengembangkan sendiri fakta dan konsep dari materi pelajaran dan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan nyata sehingga kemampuan berfikir kritis siswa kurang dapat berkembang dengan baik. Beberapa siswa dalam mengikuti pelajaran belum sepenuhnya mampu mencerna pembelajaran dengan baik karena dalam menyampaikan materi pembelajaran IPS guru masih cenderung pembelajaran teacher centered. Proses pembelajaran kurang diminati siswa dengan penyajian yang monoton, materi pelajaran tidak dikemas secara apik, baik dari segi metode maupun media pengajaran, tidak banyak siswa yang mau bertanya dalam proses pengajaran, siswa kurang berani mengemukakan gagasan dalam kegiatan belajar, dan tidak adanya reward dari guru yang mengajar.


(22)

Dampak pembelajaran mendorong siswa belajar dengan hafalan dan tidak secara aktif mencari untuk membangun pemahaman mereka sendiri terhadap konsep-konsep sehingga siswa menjadi pasif proses belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS tidak dapat mencapai batas ketuntasan. Oleh karena itu guru harus dapat merangsang siswa untuk membangun pemahaman mereka sendiri dengan suatu metode pembelajaran yang menggunakan kenyataan di dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep dari pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar. Salah satu cara untuk mendekatkan siswa kepada realitas obyektif kehidupannya adalah dengan menyediakan sumber belajar yang dapat membawa siswa belajar mengenai banyak hal yang berkaitan secara langsung dengan fenomena sehari-hari dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Sumber belajar lingkungan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, membuat siswa peka tehadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi di masyarakat dan dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai untuk berperan serta dalam kehidupannya.

Hal demikian di atas dapat dikatakan sebagai lingkungan sekolah yang kurang kondusif. ini terlihat dengan kondisi kelas yang kurang memadai serta kelengkapan fasilitas sekolah seperti laboraturium, lahan parkir, lapangan, dan kantin sekolah yang terbilang sederhana. Menurut keterangan siswa, lingkungan masyarakat mereka juga cenderung mengabaikan jam belajar masyarakat. Sedikit sekali kepedulian terhadap hal tersebut. Bahkan lingkungan sekitar di rasa kurang memberikan ruang yang cukup, seperti kesediaan perpustakaan keliling, warnet, dan sebagainya.

Lokasi SMA 2 MEI Tangerang Selatan terletak di daerah Ciputat, suatu lokasi yang strategis dan kondusif mudah dijangkau siswa yang berkediaman di wilayah Ciputat, Pamulang, Bintaro dan sekitarnya. Sekolah tersebut berada ditengah tengah permukiman penduduk yang terintegrasi pula dengan sekolah-sekolah swasta lainnya bahkan tak jauh dari keberadaan Universitas


(23)

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal demikian tentunya dapat menjadikan sekolah tersebut dapat bersaing dengan sekolah-sekolah lain dalam pengembangan sistem pendidikan yang keberadaamiya dalam lingkungan yang masih memegang wawasan pendidikan.

Dalam pemaparan masalah diatas dapat disimpulkan bahwa sekolah sangat berperan penting dalam meningkatan hasil belajar siswa melalui sumber-sumber belajar yang terdapat disekitar sekolah. Namun pemanfaatan sumber-sumber tersebut tak sepenuhnya dijalankan oleh pihak sekolah, sehingga menghasilkan kualitas belajar tidak maksimal. Dengan adanya masalah itu menjadikan peneliti untuk berupaya mengidentifikasi lebih dalam lagi dalam penelitian yang berjudul "Pengaruh Lingkungan Sekitar Sekolah Sebagai Sumber Belajar Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran IPS Kelas X-l SMA 2 Mei Tangerang Selatan."

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang di uraikan diatas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Terfokusnya peserta didik dalam belajar hanya dilakukan di dalam kelas. 2. Rendahnya hasil belajar di bawah KKM pada mata pelajaran IPS kelas X. 3. Terbatasnya Sumber Belajar peserta didik yang menyebabkan hasil belajar

IPS kurang baik.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan paparan identifikasi masalah di atas maka dapat diketahui banyaknya masalah yang muncul dalam proses pembelajaran serta hasil belajar IPS terhadap sumber belajar, maka penelitian ini membatasi hanya

pada:

1. Terfokusnya peserta didik dalam belajar hanya dilakukan di dalam kelas. 2. Rendahnya hasil belajar di bawah KKM pada mata pelajaran IPS kelas X. 3. Terbatasnya Sumber Belajar Peserta Didik


(24)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dirumuskan sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar terhadap hasil belajar IPS peserta Didik pada mata pelajaran IPS kelas X-l SMA 2 MEI Tangerang Selatan ?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar terhadap hasil belajar IPS peserta didik SMA 2 Mei Tangerang Selatan.

b. Untuk mengetahui cara menempatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar peserta didik SMA 2 Mei Pada mata pelajaran IPS.

c. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik melalui pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar.

2. Manfaat Penelitian

a. Dapat memberikan masukan serta gambaran kepada sekolah mengenai pengaruh lingkungan belajar dan belajar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X SMA 2 Mei Tangerang Selatan yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan sekolah.

b. Bagi peneliti untuk mengetahui kondisi sebenarnya tentang lingkungan sekolah yang mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah, sekaligus sebagai bekal pengetahuan saat nanti peneliti terjun kedunia pendidikan.

c. Sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkatkan tercapainya tujuan pendidikan.


(25)

11

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Lingkungan

1. Pengertian dari Lingkungan

Lingkungan adalah sesuatu yang berada di luar atau sekitar mahluk hidup. Para ahli lingkungan memberikan definisi bahwa Lingkungan {environment atau habitat) adalah suatu sistem yang kompleks dimana berbagai faktor berpengaruh timbal-balik satu sama lain dan dengan

masyarakat tumbuh-tumbuhan. Menurut Ensiklopedia Kehutanan

menyebutkan bahwa Lingkungan adalah jumlah total dari faktor-faktor non genetik yang mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi pohon. Ini mencakup hal yang sangat luas, seperti tanah, kelembaban, cuaca, pengaruh hama dan penyakit, dan kadang-kadang intervensi manusia.

Kepentingan atau pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap masyakat tumbuhan berbeda-beda pada saat yang berlainan. Suatu faktor atau beberapa faktor dikatakan penting apabila pada suatu waktu tertentu faktor atau

faktor-faktor itu sangat mempengaruhi hidup dan tumbuhnya

tumbuh-tumbuhan, karena dapat pada taraf minimal, maximal atau optimal, menurut batas-batas toleransi dari tumbuh-tumbuhan atau masyarakat masing-masing.

Lingkungan terbagi 2 yaitu Biotik dan Abiotik dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Komponen biotik (komponen makhluk hidup), misalnya binatang, tumbuh-tumbuhan, dan mikroba.

b. Komponen abiotik (komponen benda mati), misalnya air, udara, tanah, dan energi.

Berdasarkan segi trofik atau nutrisi, maka komponen biotik dalamekosistem terdiri atas duajenis sebagai berikut:

1. Komponen autotrofik {autotrophic). Kata autotrofik berasal dari kata autos artinya sendiri, dan trophikos artinya menyediakan makanan. Komponen autotrofik, yaitu organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis makanannya sendiri berupa bahan


(26)

organik berasal dari bahan-bahan anorganik dengan bantuan klorofil dan energi utama berupa radiasi matahari. Oleh karena itu, organisme yang mengandung klorofil termasuk ke dalam golongan autotrof dan pada umumnya adalah golongan tumbuh- tumbuhan. Pada komponen nutrofik terjadi pengikatan energi radiasi matahari dan sintesis bahan anorganik menjadi bahan organik kompleks.

2. Komponen heterotrofik (heterotrophic). Kata heterotrof berasal dari kata hetero artinya berbeda atau lain, dan trophikos artinya menyediakan makanan. Komponen heterotrofik, yaitu organisme yang hidupnya selalu memanfaatkan bahan organik sebagai bahan makanannya, sedangkan bahan organik yang dimanfaatkan itu disediakan oleh organisme lain. Jadi, komponen heterotrofit memperoleh bahan makanan dari komponen autotrofik, kemudian sebagian anggota komponen ini menguraikan bahan organik kompleks ke dalam bentuk bahan anorganik yang sederhana dengan demikian, binatang, jamur, jasad renik termasuk ke dalam golongan komponen heterotrofik.5

B. Lingkungan Sekitar Sekolah 1. Pengertian Lingkungan Sekolah

Secara harfiah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, "lingkungan diartikan sebagai suatu tempat yang mempengaruhi pertumbuhan manusia, sedangkan menurut kamus Bahasa Inggris diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan dan sarana.6 "Menurut Sartain (seorang Amerika ahli psikologi), sebagaimana dikutip oleh Hasbulllah yang dimaksud dengan lingkungan meliputi Kondisi dan alam dunia ini, yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan."7

Meskipun lingkungan sekitar sekolah tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan, yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik. Sebab bagaimanapun anak tinggal dalam satu lingkungan yang didasari atau

5

Rita Maryana, dkk. Pengelolaan Lingkungan Belajar, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 1, h. 16.

6

Rita Maryana, dkk. Pengelolaan Lingkungan Belajar, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 1, h. 16.

7


(27)

tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada dasarnya lingkungan mencakup:

a. Tempat (lingkungan fisik), yaitu: keadaan iklim, keadaan tanah dan keadaan alam

b. Kebudayaan (lingkungan budaya), dengan warisan budaya tertentu, seperti bahasa, seni ekonomi, ilmu pengetahuan,pandangan hidup, dan keagamaan. c. Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) seperti

keluarga, kelompok beriman, desa dan perkumpulan.8

Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan alat dalam proses pendidikan (pakaian, keadaan, rumah, alat permainan buku-buku, dan alat peraga) dinamakan lingkungan pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara, "lingkungan tersebut terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan organisasi pemuda, yang disebut dengan Tri Pusat Pendidikan."

2. Lingkungan Sekolah Fisik dan Non Fisik

Lingkungan menurut "Bambang Kartono mencakup dua aspek yaitu, lingkungan fisik dan lingkungan non fisik. Lingkungan fisik mengacu pada fasilitas fisik sekolah. Ini termasuk taman bermain, area pendidikan jasmani, ruang seni dan kerajinan, ruang Computer, laboratorium bahasa, lab kimia dan biologi, ruang perpustakaan dan lain-lain. Sedangkan lingkungan belajar non fisik mengacu pada kegiatan yang mendukung siswa untuk mengembangkan emosional, fisik, sosial, spiritual dan intelektual." 9

Lingkungan sekolah non fisik akan dibagi menjadi empat kelompok yaitu:

a. Lingkungan belajar emosional

Lingkungan belajar emosional mengacu pada pengaturan disekolah yang membantu siswa agar kebutuhan belajar mereka terpenuhi. Kebutuhan tersebut yaitu, kebutuhan fisik atau dasar, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. Sekolah harus memberikan mereka kesempatan untuk sukses dan memungkinkan mereka untuk belajar, mencari, mencoba, memeriksa atau menyelediki sendiri sehingga kebutuhan aktualisasi diri mereka terpenuhi. Orang yang tidak sehat secara fisik hampir tidak dapat

8

Hasbullah, Dasar-dasar ...., h. 33 9

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remadja Karya, 1985), Cet II, h. 28.


(28)

berpartisipasi secara efektif di sekolah atau dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu sekolah perlu untuk mengatur kegiatan yang mendukung kesehatan yang baik dan kebugaran fisik siswa. Para siswa tidak dapat bersosialisasi dan mengembangkan spriritual dan intelektual mereka jika mereka tidak diberi cinta dan pengakuan oleh teman mereka, guru dan anggota lain darisekolah. Setelah dua kebutuhan terpenuhi, maka kebutuhan aktualisasi diri dapat diwujudkan. 10

b. Lingkungan belajar sosial

Lingkungan belajar sosial mengacu pada sekolah atau kegiatan sekolah yang mempromosikan sosialisasi siswa. Sekolah atau kegiatan belajar siswa yang memiliki kesempatan yang cukup untuk berinteraksi dengan teman-teman dikelas selama belajar dan dengan adik kelas mereka yang lebih rendah, senior mereka dikelas atas, guru, kepala sekolah, dan petugas kebersihan. Interaksi bisa berlangsung di dalam kelas, selama pertemuan sekolah, di auditorium sekolah, atau pendidikan jasmani, perpustakaan dan lain-lain. Interaksi akan menambah pemahaman diantara siswa dan orang-orang yang berinteraksi dengan mereka. Lingkungan pembelajaran sosial akan efektif jika yang memberikan interaksi maksimal antara siswa dan guru selama pembelajaran.11

c. Lingkungan belajar spiritual

Lingkungan belajar spiritual mengacu pada pengaturan di sekolah yang mempromosikan perasaan kebersamaan di kalangan siswa. ini termasuk kegiatan yang membuat siswa menyadari bahwa manusia adalah organisme tergantung. Siswa membutuhkan makanan, kain, buku teks yang duhasilkan orang lain. Kama setiap orang saling bergantung antara yang satu dengan yang lainnya. Sekolah harus mempromosikan kegiatan belajar yang memungkinkan siswa untuk membantu, berbagi, dan bekerja sama antara mereka. Setiap siswa harus merasa bahwa dia penting dan berharga untuk kelompok dan sekolah serta juga anggota lainnya. Para siswa perlu dibuat bangga oleh sekolah mereka, komunitas mereka, bangsa dan dunia mereka.12

d. Lingkungan belajar intelektual

Lingkungan belajar intelektual mengacu pada kegiatan yang mendukung perkembangan intelektual siswa. Mereka mencakup semua kegiatan yang membantu siswa untuk mendapatkan skor tinggi. Lingkungan belajar

10

Basennang Saliwangi, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafmdo Persada, 2006), h, 28-29.

11

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remadja Karya, 1985), Cet II, 12

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 32


(29)

intelektual akan efektif jika memungkinkan semua atau sebagian besar siswa di sekolah untuk mencapai skor tinggi di semua mata pelajaran akademik.

3. Peranan Sekolah

Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga maka sekolah bertugas mendidik, mengajar, serta memperbaiki dan memperluas tingkah laku anak didik yang dibawa keluarganya.

Sementara itu dalam mengembangkan kepribadian anak didik, peranan sekolah melalui kurikulum, antara lain sebagai berikut: a. Anak didik belajar bergaul sesame anak didik, antara guru dengan anak- anak didik dan antara anak didik dengan orang

yang bukan guru, (karyawan).

b. Anak didik belajar menaati peraturan-peraturan sekolah. c. Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota

masyarakat yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.13

Dapat dikatakan bahwa sebagian besar pembentukan kecerdasan, sikap dan minat sebagai bagian dari pembentukan kepribadian, dilaksanakan oleh sekolah. Kenyataan ini menunjukan betapa penting dan besar pengaruh dari sekolah.

4. Unsur-unsur Lingkungan Sekolah

Slamet menyatakan "faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gudang, metode belajar dan tugas rumah."14 Untuk lebih anjut akan diuraikan sebagai berikut:

a. Metode Mengajar .

Salah satu komponen pendidikan ialah metode pendidikan. Setiap pendidik yang akan meakukan kegiatan mendidik perlu mengetahui bagaimana cara mendidik. Istilah lain cara mendidik yaitu

13

Hasbullah, Dasar-dasar. .,. ,h. 50 14

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya,Qakarta:Rimka Cipta, 2010), h. 64


(30)

a. Metode Mengajar

Salah satu komponen pendidikan ialah metode pendidikan. Setiap pendidik yang akan meakukan kegiatan mendidik perlu mengetahui bagaimana cara mendidik. Istilah lain cara mendidik yaitu metode mengajar.

Metode mengajar itu mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata peajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar. Diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjaan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.

b. Kurikulum

Kurikulum merupakan program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswanya. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Menurut, "Ary H Gunawan secara operasional kegiatan administasi atau manajemen kurikulum itu dapat meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru, peserta didik, dan seluruh sivitas akademika atau warga sekolah atau lembaga-pendidikan."15

Kegiatan yang berhubungan dengan guru seperti pembagian jam mengajar, tugas dalam mengikuti jadwal pelajaran, dan tugas guru dalam kegiatan PBM dalam hal ini seperti: membuat persiapan atau perencanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, serta mengevaluasi hasil

15

Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah Administrasi Pendidikan Makro, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), cet-1, hal. 80


(31)

pengajaran. Lalu kegiatan yang berhubungan dengan peserta didik seperti kegiatan-kegiatan peserta didik demi suksesnya PBM tertera dalam jadwal kegiatan belajar yang telah disusun oleh sekolah secara terstruktur beserta jadwal tes atau ulangan atau ujian, dan jadwal kegiatan beajar yang diatur sendiri oleh siswa dalam strategi menyukseskan hasil studinya. Seorang pelajar yang studinya aktif dan kreatif biasa menyusun jadwal untuk waktu-waktu belajar, rekreasi atau rileks, tugas sosial dan sebagainya. c. Relasi Guru dengan siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses situ sendiri. Dalam proses pendidikan disamping knowledge, skill, dan attitude guru juga harus memiliki kewibawaan, sebab dengan kewibawaan akan terciptanya suasana belajar yang sejuk antara murid dengan guru.

Menurut Madya Ekosusilo, "Kewibawaan adalah kelebhan rohani yang dimiliki oleh seseorang sehingga melalui kata-kata, sikap dan perbuatannya serta tingkah lakunya dapat menarik orang lain dengan penuh kesadaran tanpa adanya suatu paksaan."16

Guru-guru sebagai pendidik, dengan kewibawaannya dalam pergaulan membawa murid sebagai anak didik kearah kedewasaan. Memanfaatkan pergaulan sehari-hari dalam pendidikan merupakan cara yang paling baik dan efektif dalam pembentukan pribadi dan dengan cara ini pula maka hilanglah jurang pemisah antara guru dan anak didik.

d. Relasi Siswa dengan siswa

Menurut Oemar Hamalik, "hubungan-hubungan pribadi saling aksi dan mereaksi, penerimaan oleh anggota kelompok, kerjasama dengan teman-teman sekelompok akan menentukan perasaan puas dan rasa aman di sekolah."17

Hubungan siswa dengan siswa harus menunjukan suasana yang

16

Madyo Ekosusilo, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang: Effhar, 1990), h. 54 17


(32)

eduktif. Sesama siswa saling berkawan berolahraga bersama dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, saling mengajak dan diajak, saling bercerita, saling mendisiplinkan diri agar tidak menyinggung perasaan teman sepergaulannya. Hubungan siswa dengan siswa adakalanya sederajat dan adakalanya lebih rendah atau lenih tinggi kedewasaannya. Dalam hal ini bisa terjadi adanya pergaulan sehari- hari yang berpengaruh negatif maupun positif.

e. Disiplin Sekolah •

Menurut Alisuf Sabri dalam bukunya Pengantar Ilmu Pendidikan, "Disiplin adalah adanya ketersedian untuk mematuhi ketentuan untuk mematuhi atau peraturan-peraturan yang berlaku."18

Kepatuhan disini bukanlah karena paksaan, melainkan kepatuhan atas dasar kesadaran tentang nilai dan pentingnya mematuhi peraturan-peraturan itu. Disiplin harus ditanamkan dan ditumbuhkan dari hati sabubari anak itu sendiri. Dengan demikian pada khirnya disiplin itu menjadi disiplin diri sendiri.

Penanaman disiplin sekolah yang kurang terhadap siswa akan menimbulkan pelanggaran-pelanggaran, seperti terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti: kasus bolos, perkelahian, nyontek, pemalakan, pencurian, dan bentuk-bentuk penyimpangan prilaku lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya. Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang dilih dan didengar sertadianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke dalam hati sanubarinya dan dampaknya terkadang melebihi pengaruh dari orang tuanya dirumah. Sikap dan prilaku yang ditampilkan guru tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pendisiplinan

18

M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Pers, 2005), Cet. 1, h. 54


(33)

siswa di sekolah. f. Fasilitas sekolah

Menurut Ahmad D. Marinda, "alat pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan utnuk tercapainya suatu pendidikan yang tertentu. Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan."19 •

Alat pendidikan dapat diartikan juga berbagai situasi dan kondisi, tindakan dan perlakuan, tingkah laku dan perbuatan yang secara langsung maupun tidak langsung ditujukan kepada tercapainya tujuan pendidikan. Menurut Madyo Ekosusilo, "alat pendidikan dapat dibedakan menjadi duamacam, yaitu alat pendidikan yang material dan alat pendidikan non material."20 Alat pendidikan yang material dapat diartikan alat-alat yang berwujud kebendaan atau benda-benda nyata yang diperlukan dalam proses pendidikan. Seperti gedung, meja, kursi, papan tulis, buku, dan lain-lain. Sedangkan alat pendidikan non material dapat berupa keadaan atau kondisi, tindakan dan perbuatan yang sengaja diciptakan sebagai sarana dalam melaksanakan pendidikan guna mencapai tujuan yang diharapkan.

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar peneriman bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.

Kebudayaan sekolah itu mempunyai beberapa unsur penting, yaitu:

1) Letak lingkungan dan prasaranan fisik sekolah (gedung sekolah, meubelier, perlengkapan lainnya).

2) Kurikulum sekolah yang menguat gagasan-gagasan maupun

fakta-fakta yang menjadi keseluruhan program pendidikan.

19

Hasbulah, Dasar-dasar ...., hal. 26 20


(34)

3) Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiri atas siswa, guru, non teaching specialist dan tenaga administrasi.

4) Nilai-nilai norma, sistem peraturan, dan iklim kehidupan sekolah. Sekolah merupakan media sosialisasi yang lebih luas dari keluarga, sekolah mempunyai potensi yang pengaruhnya cukup besar dalam pembentukan sikap dan prilaku seorang anak, serta mempersiapkannya untuk penguasaan peranan-peranan baru dikemudian hari dikala anak atau orang tidak lagi menggantungkan hidupnya pada orang tua atau keluarganya.

Berbeda dengan sosialisasi dalam keluarga dimana anak masih dapat mengharap bantuan dari orang tua dan memperoleh perlakuan khusus disekolah anak dituntut untuk bias bersikap mandiri dan senantiasa memperoleh perlakuan yang tidak berbeda dari temen-temennya. Disekolah reward akan diberikan kepada anak yang terbukti mampu bersaing dan menunjukkan prestasi akademik yang baik. Di sekolah juga anak akan banyak bahwa untuk mencapai prestasi yang baik, maka yang diperlukan adalah kerja keras. Kurikulum pelajaran disekolah yang relative beragam semuanya menuntut kegigihan sendiri-sendiri bagi seorang siswa yang berhasil memperoleh nilai baik dalam mata pelajaran IPS misalnya ia belum tentu memperoleh pujian yang sama dalam mata pelajaran lainnya.

Sekolah juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya.

Anak yang tidak pernah sekolah akan tertingga;l dalam berbagai hal. Sebab sekolah sangat berpefan dalam meningkatkan pola piker anak karena di 100 sekolah mereka dapat belajar, bermacam-macam ilmu pengetahuan tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolahnya turut menentukan pola piker serta kepribadian anaknya dengan anak yang masuk STM. Demikian pula yang tamat dari sekolah tinggi akan berbeda pola pikirnya dengan orang yang tidak sekolah.21

Kehadiran di lingkungan sekolah merupakan perluasan lingkungan sosialnya dalam proses sosialisasinya dan merupakan faktor lingkungan

21

Drs. H. Ahmad Fauzi, Psikologi Umum IAIN, STAIN, PTAIS Fakultas MKDK, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), hal. 105


(35)

baru yang sangat menantang atau bahkan mencemaskan dirinya. Para guru dan teman-teman sekelas membentuk suatu sistem yang kemudian menjadi semacam lingkungan norma bagi dirinya. Selama tidak ada pertentangan, selama itu pula anak tidak akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dirinya. Namun, jioka salah satu kelompok dimana dirinya dapat diterima dengan baik.

Ada empat tahap proses penyesuain diri yang harus dilalui oleh anak selama membangun hubungan sosialnya, yaitu sebagai berikut:

1. Anak dituntut agar tidak merugikan orang lain serta menghargai dan menghormati hak orang lain.

2. Anak dididik untuk menaati peraturan-peraturan dan menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok.

3. Anak dituntut untuk lebih dewasa di dalam melakukan interaksi sosial berdasarkan asas saling memberi dan menerima.

4. Anak di tuntut untuk memahami orang lain.

Keempat tahap proses penyesuaian diri berlangsung dari proses yang sederhana ke proses yang semakin kompleks dan semakin menuntut penguasaan sistem respon yang kompleks pula. Selama proses penyesuaian diri, sangat mungkin terjadi anak menghadapi konflik yang dapat berakibat pada terhambatnya perkembangan sosial mereka. Sebagaimana dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah juga dituntut menciptakan iklim kehidupan sekolah yang kondusif bagi perkembangan sosial remaja. Sekolah merupakan salah satu lingkungan tempat remaja hidup dalam kesehariannya. Sebagaimana keluarga, sekolah juga memiliki potensi memudahkan atau menghambat perkembangan hubungan sosial remaja. Sebaliknya, sekolah yang iklim kehidupannya bagus dapat memperlancar atau bahkan memacu perkembangan hubungan sosial remaja.

Kondusif tidaknya iklim kehidupan sekolah bagi

perkembangan hubungan sosial remaja tersimpul dalam interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, keteladanan prilaku guru, etos keahlian atau kualiatas guru yang ditampilkan dalam


(36)

melaksanakan tugas profesionalnya sehingga dapat menjadi model bagi siswa yang tumbuh remaja. Hadir atau tidaknya faktor-faktor tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi perkembangan hubungan sosial remaja, meskipun disadari pula bahwa sekolah bukanlah satu-satunya faktor penentu.22

g. Lingkungan dan Kesempatan

Seorang anak dan keluarga yang baik, memiliki intelijensi yang baik, bersekolah di suatu sekolah yang keadaan guru-gurunya dan alat-alatnya baik, belum tentu dapat belajar dengan baik. Masih ada faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Misalnya karena jarak antara rumah dan sekolah itu terlalu jauh, memerlukan kendaraan yang cukup lama sehingga melelahkan. Banyak pula anak-anak yang tidak dapat bel;ajar dengan hasil baik dan tidak dapat mempertinggi belajarnya, akibat tidak ada kesempatan yang disebabkan oleh sibuknya pekerjaan setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk dan negatif serta faktor-faktor lain yang terjadi di luar kemampuannya. Faktor lingkungan dan kesempatan ini lebih-lebih lagi berlaku bagi cara belajar pada orang-orang dewasa.23

Selain itu juga sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki sistem dan organisasi yang baik bagi penanaman nilai-nilai etika, moral, mental, spiritual, disiplin dan ilmu pengetahuan. Gedung sekolah, metode mengajar, hubungan guru dengan siswa, dan sebagainya. Apabila terjalin dengan baik akan membantu pencapaian prestasi belajar siswa24.

Sekolah seharusnya mempunyai kemampuan untuk membentuk pola perilaku anak didiknya. Yang tadinya belum tahu cara berbicara yang sopan dan santun, maka dengan arahan dan kewibawaan gurunya, berubahlah ia menjadi sosok anak baik yang membanggakan orang tuanya.

Akan tetapi kita semua tahu, setidaknya ada tiga faktor yang mempengaruhi pembentukan pola perilaku seorang anak. Pertama, lingkungan di dalam rumahnya sendiri yang terdiri dari kedua orang tuanya, saudara kandungnya dan atau kerabat atau orang lain yang mungkin ikut

22

Mohammad Ali, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Bumi Aksara), hal. 96-97

23

M. Ngalim Purwanto, M. Pd, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Remana Rosdakarya, 1990), cet-5, hal. 105-106

24

Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), hal. 1


(37)

tinggal dan menjadi bagian dari keluarga besarnya. Kedua, lingkungan sekolahnya yang terdiri dari para pendidik, peserta didik yang lain baik setara, senior maupun juniornya. Ketiga, lingkungan diluar pagar rumahnya. Missal, tetangga RT, RW, kelurahan hingga kota bahkwan seluruh dunia. Mulai keluar dari pagaf rumahnya sang anak akan menghadapi sebuah komunitas atau norma-norma yang jauh berbeda dengan norma yang ada di rumah.

Biasanya secara normatif pola pembentukan di lingkungan keluarga dan sekolah akan saling melengkapi dan atau saling menguatkan. Seorang yang tadinya pemalu, takut bicara atau menyampaikan pendapat, maka berkat gemblengan para guru disekolahnya ia jadi pandai berorasi di depan teman-temannya.

Saat ini adalah era komunikasi Global. Tanpa harus terganggu oleh panjangnya jarak maupun sulitnya medan dan letak geografisnya, semua orang dimudah untuk saling berhubungan, bahkan dengan biaya yang relatif lebih murah serta banyak pilihan jenisnya, seperti SMS, Phone, Chatting, e-mail, Blogging konvensional maupun FB dan Twitter. yang dianggapnya ideal. Misalnya nilai-nilai moral atau agama maupun nilai-nilai ideal berdasar pemikiran filsafat maupun sains yang dikaguminya.

Rendahnya kontrol orang tua dan guru serta derasnya arus informasi global merupakan kombinasi yang buruk bagi pembentukan kepribadian anak dan remaja harapan bangsa ini. Kita akan semakin sulit membendung arus informasi yang masuk ke kepala dan jivva anak itu. Termasuk informasi tentang indahnya pergaulan bebas itu.

C. Sumber Belajar

1. Pengertian Sumber Belajar

Sumber belajar dapat diartikan segala sesuatu yang dapat digunakan siswa untuk belajar, baik yang secara khusus dirancang untuk belajar maupun tidak. Bertitik tolak dari pengerian tersebut, sebenarnya sumber belajar itu ada dimana-mana, baik itu sumber belajar yang sengaja dirancang untuk


(38)

keperluan belajar maupun yang secara alamiah tersedia di lingkungannya, baik itu yang berupa manusia maupun bukan manusia yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan proses pebelajaran.

Sumber belajar menurut Yusufhadi Miarso dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a) sumber belajar yang direncanakan (by design) dan b) sumber belajar karena dimanfaatkan (by utilization). Sumber belajar yang direncanakan (by design) yaitu sumber belajar yang secara khusus atau sengaja dirancang dan dibuat untuk keperluan belajar, misalnya buku,video, kaset audio, modul, dan slide suara. Sedangkan sumber belajar karena dimanfaatkan (by utization) yaitu sumber-sumber yang tidak secara khusus atau sengaja direncanakan untuk keperluan belajar namun dapat dimanfaatkan untuk keperluan belajar, seperti museum, pasar, toko, kantor pos, tokoh masyarakat.25

2. Fungsi dan Manfaat Sumber Belajar

Penggunaan sumber belajar dalam proses pembelajaran memiliki beberapa fungsi yaitu:

a. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih keperluan belajar, seperti museum, pasar, toko, kantor pos, tokoh masyarakat.26

2. Fungsi dan Manfaat Sumber Belajar

Penggunaan sumber belajar dalam proses pembelajaran memiliki beberapa fungsi yaitu:

a. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih

individual dengan jalan:

1. Mengurangi kontrol dosen atau guru yang kaku dan tradisional.

2. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa/siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya.

b. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan:

1. Mengurangi beban dosen/guru dalam penyajian informasi sehingga lebih banyak membina dan mengembangkan gairah belajar.

2. Mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik.

c. Lebih memantapkan pembelajaran dengan jalan:

1. Meningkatkan kemampuan manusia dengan berbagai media

25

Yusuf Hadi Miarso, Defmisi Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 1986), hal. 9 26

Yusuf Hadi Miarso, Definisi Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 1986), hal. 9 Zainuddin, Pusat Sumber Belajar, (Jakarta: Depdikbud, 1984), hal. 87


(39)

komunikasi.

2. Penyajian informasi dan data secara lebih konkrit.

d. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan jalan:

1. Perencanaan program pembelajaran yang lebih sistematis.

2. Pengembangan bahan pembelajaran yang dilandasi oleh penelitian tentang perilaku.

e. Memungkinkan penyajian pendidikan yang lebih luas terutama dengan adnya media massa, dengan jalan:

1. Pemanfaatan bersama secara lebih luas tenaga ataupun kejadian yang langka.

2. Penyajian informasi yang mampu menembus batas geografis. f. Memungkinkan belajar seketika, karena dapat:

1. Mengurangi jurang pemisah antara pelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang bersifat konkrit.

2. Memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.27

Melihat fungsi dan kemanfaatan yang ditimbulkan oleh sumber belajar tersebut di atas, tentunya akan lebih baik apabila dalam proses pembelajaran dapat digunakan macam sumber belajar yang tersedia, baik itu yang didisain maupun yang dimanfaatkan untuk memaksimalkan kualitas pembelajaran yang dilakukan, karena diasumsikan semakin banyak variasinya tentu akan semakin baik pemahaman siswa/mahasiswa.

Namun demikian tampaknya belum semua guru/dosen telah memanfaatkan sumber belajar secara optimal.

3. Macam-macam Sumber Belajar a. Menurut Sifat Dasamya

1) Manusia (Human)

Manusia sebagai sumber belajar dibedakan menjadi: yang secara khusus dipersiapkan menjadi sumber belajar di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan yaitu para guru atau guru bantu dan ada juga mereka yang tidak dipersiapkan menjadi sumber belajar tapi dapat diberdayakan seperti ahli bank, pengusaha, artis, ulama' para pekerja dan sebagainya.

27


(40)

2) Non Manusia (Non-Human)

Yang termasuk sumber belajar non manusia yaitu pesan, teknik, lingkungan, benda-benda material, ruang dan tempat, alat dan perabot, serta kegiatan.

b. Menurut Segi Pengembangannya 1) Direncanakan

Adalah sumber belajar yang dirancang khusus untuk mencapai tujuan pengajaran contoh: peta, globe, peta timbul dan sebagainya.

2) Tidak direncanakan

Adalah sumber belajar yang tidak dirancang secara khusus untuk mencapai tujuan pengajaran dan telah tersedia didalam maupun diluar lingkungan sekolah seperti: museum, masjid, pasar, taman, dan lain-lain.

c. Berdasarkan Pendekatan Teknologi Instruksional 1) Pesan

Adalah informasi atau ajaran yang disampaikan oleh komponen sumber belajar lainnya, meliputi: ide-ide, fakta dan lain-lain.

2) Orang

Adalah yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Contoh: guru, dosen, tutor, siswa dan lain-lain

3) Bahan

Adalah perangkat lunak yang dapat dijadikan penyampai pesan yang dapat disajikan kepada siswa melalui penggunaan alat ataupun oleh diri sendiri, contoh: film stripe, radio cassette, buku, dan lain-lain 4) Alat

Adalah perangkat keras yang dipergunakan untuk menyampaikan yang tersimpan didalam bahan. Contoh: OHP, pesawat radio, pesawat televisi, LCD, dan lain-lain.

5) Teknik

Adalah prosedur atau panduan serta acuan yang dipersiapkan untuk penggunaan bahan, peralatan, orang serta lingkungan untuk


(41)

penyampaian pesan. Contoh: cara belajar siswa aktif, keterampilan proses, dan lain-lain.

6) Lingkungan

Adalah segala sesuatu yang berada disekitar siswa atau sekolah baik yang berbentuk fisik maupun non fisik. Contoh: gedung sekolah perpustakaan, penerangan, suasana belajar, dan lain-lain.28

D. Hasil Pembelajaran 1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kewajiban bagi setiap manusia, karena sebagai makhluk sosial dan berbudaya memerlukan perkembangan yang baik antara dirinya dan lingkungannya. Sehingga dengan belajar manusia dapat mengembangkan dirinya.

Belajar didefmisikan "suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya."29

Menurut Gagne belajar adalah "suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman," sedangkan menurut . Henry E. Garret "belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama melailui latihan maupun pengalaman yang membawa perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu."30

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, efektif dan psikomotorik.

28

Darwyan Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Putra Grafika, 2007), hal. 118-123.

29

Drs. Sumardi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Tarslto, 1996), cet-1, hal. 2

30

Budi Ningsih, Asri, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Pt. Rineka Cipta, 2008). H.32


(42)

2. Ciri-ciri Belajar

Hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar, yaitu:

a. Perubahan yang terjadi secara sadar

Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu telah merasakan telah terjadi adanya perubahan dalam dirinya.

b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus-menerus dan tidak statis.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuataii belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya" d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi dalam belajar bersifat menetap atau permanen. ini berarti perubahan yang terjadi setelah belajar bersifat menetap. e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang ingin dicapai. f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya. 3. Tipe-tipe Belajar

Dalam buku The Condition of Learning Gagne mengemukakan delapan tipe belajar, yang membentuk suatu hierarki dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks, yaitu:

a. Belajar tanda-tanda atau signal learning. Individu belajar mengenai dan memberi respon kepada tanda-tanda.

b. Belajar perangsang-jawaban atau stimulus-respons learning. Belajar ini merupakan upaya untuk membentuk hubungan antara perangsang


(43)

dengan jawaban.

c. Rantai perbuatan atau chaining. Individu belajar melakukan rentetan kegiatan yang membentuk satu kesatuan.

d. Hubungan verbal atau verbal association. Hubungan verbal berbentuk hubungan bahasa.

e. Belajar membedakan atau discrimination learning. Individu belajar melihat perbedaan dan juga persamaan sesuatu benda dengan yang lainnya.

f. Belajar konsep atau concept learning. Tipe belajar ini menyangkut pemahaman dan penguasaan konsep. Dengan menguasai konsep siswa dapat membedakan hal-hal baru yang diperoleh dalam belajar.

g. Belajar aturan-aturan atau rule learning. Individu belajar aturan-aturan yang ada di masyarakat, di sekolah, di rumah ataupun aturan perdagangan, pemerintahan bahkan ilmu pengetahuan.

h. Belajar pemecahan masalah atau problem solving learning. Dalam kegiatan belajar ini individu dihadapkan kepada masalah-masalahyang harus dipecahkan.31

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada tiga macam, yaitu:

a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa) yakni aspek fisiologis (kondisi jasmani) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ dan sendi-sendi yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran, dan aspek psikologis (kondisi rohani) yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa, dalam kondisi rohani siswa terdiri dari lima faktor, yakni: a) tingkat kecerdasan siswa, b) sikap siswa, c) bakat siswa, d) minat siswa, e) motifasi siswa.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di

31

Pupuh Faturrahman, Strategi Belajar Dan Mengajar. (Bandung: CV Alfabeta, 2005), h. 20-22


(44)

sekitar siswa baik lingkungan sosial maupun non sosial.

c. Faktor pendekatan belajar, Yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Jadi karena pengaruh faktor-faktor tersebut di atas, muncul siswa yang berkemampuan tinggi, rendah atau gagal sama sekali. Dalam hal ini seorang guru mampu mengantisipasi munculnya gejala kegagalan dengan berusaha dan mengatasi faktor yang menghambat pelajaran. Jika guru dapat mengatasi hal tersebut maka tidak "mungkin dalam pembelajaran menghasilkan perubahan yang khas yaitu hasil belajar yang diperoleh - siswa.

5. Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah geografi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya). "IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial."32

Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan berkenaan' dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada keputusan. Sosiologi dan psikologi sosial

32

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), cet-1, hal. 124


(45)

merupakan ilmu-ilmu tentang prilaku seperti konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Secara intensif konsep-konsep seperti ini digunakan ilmu-ilmu sosial dan studi-studi sosial.

Melihat konteks Pendidikan IPS adalah penyederhanaan adaptasi, seleksi, dan modifikasi dan sajian secara ilmiah dan pedagogis psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah dalam rangka mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila. "Pendidikan IPS adalah seleksi dari struktur disiplin akademik ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk mewujudkan tujuan pendidikan dalam kerangka pencapaiaan Tujuan Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila."33

6. Karakteristik Mata Pelajaran IPS

Mata pelajaran sekolah mempunyai beberapa karakteristik, diantara lain:

a. Ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsur- unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama

b. Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolahan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.

e. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomenasosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.34

33

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan.... ,h. 38 34

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi istaka, 2007), cet-l,hal. 126


(46)

7. Tujuan pembelajaran IPS

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi dimasyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi menimpa masyarakat. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu

menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

c. Mampu menggunakan model-model dan proses berfikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu

membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.35

8. Hakikat Hasil Belajar IPS

Hasil belajar yang merupakan produk dari suatu proses belajar dapat dilihat dari perubahan kondisi pribadi pelaku pelajar dari yang semula ia tidak tahu (berpengetahuan) menjadi tahu (berpengetahuan).

Gagne menyebutkan bahwa belajar sebagai suatu perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia. Perubahan dalam menunjukkan kinerja (prilaku) berarti belajar itu menentukan semua keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai yang diperoleh individu (siswa). Dalam belajar dihasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan, seperti pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan, informasi dan nilai.

Berbagai macam tingkah laku yang berlainan inilah yang disebut

35


(47)

kapabilitas sebagai hasil belajar.

Bloom dengan kawan-kawannya mengklasifikasikan hasil belajar menjadi 3 domain atau kawasan, yaitu kawasan kognitif, efektif dan psikomotor. "Kawasan kognitif menaruh perhatian pada pengembangan kapabilitas dan keterampilan intelektual, kawasan efektif berkaitan dengan pengembangan perasaan sikap, nilai dan emosi yang dipelajari (baru), dan kawasan psikomotor berkaitan dengan kegiatan-kegiatan manipulatif atau keterampilan motorik."36

Dari sisi guru hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran, Tri Yogo Prabowo menyatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu "proses perubahan tingkah laku yang diharapkan dikuasai oleh individu melalui proses belajar."37

Secara umum Reigeluth mengatakan bahwa hasil pembelajaran secara umum dapat dikategorisasi menjadi tiga indikator, yaitu:

a. Efektivitas pembelajaran, yang biasanya diukur dari tingkat keberhasilan siswa dari berbagai sudut.

b. Efisiensi pembelajaran, yang biasanya diukur dari waktu belajar dan atau biaya pembelajaran.

c. Daya tarik pembelajaran yang selalu diukur dari tendensi siswa ingin belajar secara terus menerus.

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata dalam buku landasan psikologi proses pendidikan hasil belajar (achievement) "Merupakan realisasi pemekaran dari kecakapan-kecakapan pontensial kapasitas yang dimiliki seseorang."38 Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dan pelakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik.

Hampir sebagian terbesar dari kegiatan perilaku yang diperlihatkan

36

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi taka, 2007), cet-l,hal. 128

37

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkualitas Belajar, (Jakarta: sating Persada Press, 2004), cet-4, hal. 27-30 "ibid

38

Minuchin dalam Sri Lestari, Psikologi Keluarga Penanaman Nilai dan z;nanganan Konflik dalam Keluarga, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hal. 26-27


(48)

seseorang meruapakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa mata pelajaran yang ditempuhnya. Tingkat penguasaan siswa akan mata-mata pelajaran dalam mata pelajaran tersebut disekolah dilambangkan dengan angka-angka atau huruf, seperti angka 0-10 pada pendidikan dasar dan menengah dan huruf a, b, c, d pada pendidikan tinggi.

Dalam kegitan belajar yang terperogram dan terkontrol yang disebut dengan kegiatan pembelajaran, tujuan belajar telah ditetapkan terlebih dahulu oleh guru. Jadi, anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

Keberhasilan seseorang guru dari proses belajar mengajar adalah ketika siswanya mengerti dan memahami atas apa yang disampaikannya,

hal itu menunjukkan bahwa siswa mengalami peningkatan dalam hasil belajar.

Untuk mencapai hasil belajar yang ideal, dituntut kemampuan para pendidik untuk membimbing siswanya dalam proses belajar. Seorang guru harus selalu siap dengan berbagai kondisi dalam mengahadapi siswa dan lingkungannya, juga harus memiliki kompetensi yang tinggi untuk dapat menjalankan kewajibannya sebagai guru teladan, agar tercipta sumber daya manusia yang berkualitas.

Oleh karena itu, kegiatan belajar akan lebih terarah dan sistematis jika disertai dengan proses pembelajaran. Belajar dengan proses pembelajaran akan lebih efektif, karena ada guru, bahan ajar, metode, serta ada lingkungan yang kondusif yang sengaja diciptakan.

Di dalam sistem pendidikan nasional mengenai rumusan tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin S. Bloom secara garis besar mengacu kepada tiga arah, yaitu "kognitif, afektif, dan psikomotorik."39

Menurut A. J. Romiszowski, "hasil belajar merupakan keluaran

39


(49)

(outputs) dari suatu system pemprosesan masukan (inputs), Masukan dari sistem tersebut berupa macam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance)."40

Romiszowski menyatakan perbuatan merupakan petunjuk dari proses belajar yang telah terjadi. Hasil belajarnya dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu pengetahuan dan keterampilan.

Romiszowski menyatakan pengetahuan terdiri dari empat kategori, yaitu:

a. Pengetahuan tentang fakta. b. Pengetahuan tentang prosedur c. Pengetahuan tentang konsep dan d. Pengetahuan tentang prinsip

Keterampilan juga terdiri dari empat kategori, di antaranya: a. Keterampilan untuk berfikir atau keterampilan kognitif

b. Keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik c. Keterampilan beraksi atau bersikap dan

d. Keterampilan berinteraksi.41

Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses pembelajaran yang optimal cenderung mewujudkan hasil yang berarti sebagai berikut:

a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar instrinsik pada diri siswa.

b. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya c. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya.

d. Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif)

e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya, terutama dalam menilai hasil yang dicapaikannya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya42

Dengan demikian, hasil belajar merupakan kualitas kemampuan yang dihasilkan melalui proses aktivitas aktif dalam membangun pemahaman informasi dalam bentuk kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.

Hasil belajar dalam diri seseorang terlihat melalui

kemampuan-kemampuan yang dimilikinya, belajar membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah

40

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan ...., hal. 38 41

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan ...., hal. 38 4 42

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Xarya, 2008), cet-xi, hal. 56-57


(1)

(4). Hanya menekankan pada kenaikan PDB

26. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi.

(1). SDA (2). SDM (3). Modal (4). Teknologi

27. Apa status dari Bank Indonesia dalam melakukan pembangunan ekonomi negara

(1). Berkelompok (2).Independen .

(3). Bekerjasama dengan lembaga penegak hukum (4). Mandiri tanpa campur tangan pemerintah

28. Ada beberapa sasaran strategis Bank Indonesia, yaitu... (1). Mencapai stabilitas harga

(2). Menciptakan sistem perbankan yang sehat dan efektif

(3). Menjamin keamanan dan efisiensi sistem pembayaran - „. (4). Tidak ada kecocokan dalam menjaga stabilitas uang

29. Bank Konvensional adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat Manakah yang termasuk bank konvensional (1). Bank Mandiri Syariah

(2). Bank BGA

(3). Bank Rakyat Indonesia-Syariah (4). Bank Mandiri

30. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariahdan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan RakyatSyariah. Manakah yang termasuk Bank Umum Syariah (1). Bank Negara Indonesia Syariah

(2). Bank Muamalat

(3). Bank Rakyat Indonesia Syariah (4). Bank Bukopin


(2)

C. Pilihan Ganda dalam bentuk pemyataan Petunjuk Soal C. Pilihlah :

A. Jika Pemyataan Benar dan Pemyataan Benar, B. Jika Pemyataan Benar dan Pemyataan Salah, C. Jika Pemyataan Salah dan Pemyataan Benar D. Jika Pemyataan Salah dan Pemyataan Salah E. Jika Keduanya tidak ada jawaban

31. Konsumsi adalah hasil konsumsi yang dibelanjakan untuk kebutuhan kerja. Konsumsi adaiah bagian pendapatan yang dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi seseorang.

32. Tabungan bagian pendapatan yang tidak dikonsumsi.Tabungan merupakan hasil pendapatan seseorang yang di kumpulkan/investasikan untukmemenuhi kebutuhan dikemudian hari ,

33. Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara sifatkonsumsi rumah tangga dalam perekonomian dan pendapatan nasional (atau pendapatan disposable) perekonomian tersebut Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara sifat konsumsi individu seseorang dalam rumah tangga dan pendapatan daerah.

34. Fungsi tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkattabungan rumah tangga dalam perekonomian dan pendapatan nasional perekonomiantersebut. Jadi, Setiap pertambahan pendapatan akan menyebabkan pertambahan konsumsi dan pertambahan tabungan

Fungsi tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat tabungan rumah tangga dalam perekonomian dan pendapatan nasional perekonomian tersebut, Jadi, Setiap pertambahan pendapatan akan menyebabkan pertambahan konsumsi dan pertambahan tabungan

35. Salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi dan tabungan adalah tidak punya uang

Salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi dan tabungan yakni keinginan untuk mengeluarkan banyak uang

36. Konsumsi merupakan tindakan pelaku ekonomi, baik individu maupun kelompok Konsumsi adalah bagian pendapatan yang dibelanjakan untuk kebutuhan konsumsi


(3)

37. rumus dari fungsi konsumsi adalah C=a+bY

MPC = Marginal Propensity to concume (kecondongan mengosumsi marginal) 38. Investasi merupakan salah satu faktor utama membangun perekonomian

negara. Rumus dari fungsi tabungan S = -a + (1 - b) Y 39. Y = Pendapatan pribadi O Konsumsi

40. Suku bunga yang tinggi mendorong orang untuk menabung karena hasil dari tabungan cukupbesar. Suku bunga yang renadah akan mendorong untuk tidak menabung karena hasil yangdiperoleh tidaklah seberapa sehingga orang merasa uang yang ditabung sama saja dengandikonsumsi. Tingginya bunga dapat meningkatkan tabungan dan', mengurangi tingkat konsumsi.

Keadaan ekonomi yang stabil akan mendorong orang untuk berkonsumsi sedangkan keadan yang tidak stabil mendorong orang menabung karena untuk berjaga-jaga atas kondisi ekonomi ynag tidak menentu tersebut. Kondiis ekonomi yang tidak stabil dapat meningkatkan minat menabung masyarakat.Kestabilan ekonomi dan tingkat tabungan hubungannya lebih bersifat bertolak belakang.

Terima kasih

Goog luck


(4)

Kunci Jawaban 1. B 2. D 3. C 4. A 5. E 6. B 7. B 8. B 9. C 10.A 11.B 12.C 13.E 14.D 15.A . 16.E 17.B 18.D 19.C 20.B 21.A 22.C ' 23.B 24.D 25.A 26.E 27.C 28.A 29.C 30.A 31.C 32.A 33.B 34.A 35.D 36.A 37.A 38.A 39.C 40.A


(5)

(6)