66
menteri.  Sedangkan  tujuan  penggunaan  pola  pengembangan  paragraf pemerincian adalah untuk memperinci item-item hukum dengan jelas sehingga
masyarakat  yang  membacanya  dapat  memahaminya  dengan  baik  dan masyarakat  tidak  mempunyai  perbedaan  persepsi.  Beliau  juga  mengatakan
tidak  ada  waktu  khusus  dalam  menuliskan  sebuah  peraturan  menteri  dengan pola pengembangan paragraf definisi dan pemerincian. Jika peraturan menteri
membutuhkan  sebuah  definisi,  maka  pembuat  hukum  akan  memberikan definisi-definisi  tentang  item-item  hukum  yang  akan  ditulis.  Tetapi,  jika
peraturan  menteri  tidak  membutuhkan  sebuah  definisi  maka  pembuat  hukum hanya  menggunakan  pola  pengembangan  paragraf  pemerincian  dalam
lampiran  Transkrip  dan  Coding  Hasil  Wawancara  dengan  Praktisi  Hukum, PH13.
G. Kerangka Berpikir
Kajian  teori  pada  penelitian  ini  adalah  kalimat  dan  paragraf.  Kalimat adalah  satuan  gramatik  yang  mengungkapkan  pikiran  yang  utuh  baik  dalam
wujud lisan atau tulisan. Sedangkan paragraf adalah sekolompok kalimat yang membentuk satu kesatuan pikiran ide atau gagasan.
Dalam menganalisis struktur kalimat, peneliti menemukan dua teori fungsi sintaksis kalimat, yaitu teori milik Alwi, dkk dan teori milik Ramlan. Peneliti
mengikuti  teori  milik  Alwi,  dkk  dalam  bukunya  yang  berjudul  Tata  Bahasa Baku  Bahasa  Indonesia  karena  lebih  memberikan  penjelasan  secara  spesifik
terhadap  fungsi  sintaksis  kalimat  jika  dibandingkan  oleh  teori  Ramlan  dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
bukunya  yang  berjudul  Sintaksis.  Ramlan  tidak  mengupas  secara  mendalam berkaitan dengan fungsi sintaksis unsur-unsur kalimat.
Dalam  menganalisis  pola  pengembangan  paragraf,  peneliti  menemukan dua  teori  pola  pengembangan  paragraf  yaitu  teori  milik  Gorys  Keraf  dan
Abdul  Chaer.  Peneliti  mengikuti  teori  Abdul  Chaer  karena  menurut  peneliti lebih  relevan  menggunakan  teori  Abdul  Chaer  untuk  meneliti  10  Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Tentang Pendidikan Tahun  2014.  Selain  itu,  wacana  perundang-undangan  tersebut  mengandung
ragam bahasa baku yang tentunya berkaitan dengan teori pola pengembangan paragraf  milik  Abdul  Chaer.  Dalam  penelitian  ini,  peneliti  menemukan  tujuh
persamaan  pola  pengembangan  paragraf  antara  teori  Gorys  Keraf  dan  Abdul Chaer sebagai berikut.
Persamaan Teori Pola Pengembangan Paragraf Abdul Chaer
Gorys Keraf Perbandingan atau pengontrasan
Perbandingan dan pertentangan Analogi
Analogi Contoh
Contoh Sebab-akibat
Sebab-akibat Klasifikasi
Klasifikasi Definisi
Definisi Luas Kronologi
Proses Terdapat  pula  perbedaan  teori  antara  teori  Gorys  Keraf  dan  teori  Abdul
Chaer sebagai berikut. Perbedaan Teori Pola Pengembangan Paragraf
Abdul Chaer Gorys Keraf
Pemerincian Klimaks dan Anti Klimaks
Ilustrasi Sudut Pandangan
Repetisi Umum-khusus
Khusus-umum PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Peneliti  menemukan  pola  pengembangan  paragraf  pemerincian  yang terdapat  pada  10  Peraturan  Menteri  Pendidikan  dan  Kebudayaan  Republik
Indonesia  Tentang  Pendidikan  Tahun  2014.    Dalam  teori  Gorys  Keraf  tidak mencantumkan  pola  pengembangan  paragraf  pemerincian  sehingga  teori
tersebut tidak cukup relevan untuk peneliti gunakan. Penelitian  ini  mencari  struktur  kalimat  dan  struktur  paragraf  serta  pola
pengembangannya  yang  terdapat  dalam  bahasa  hukum.  Secara  khusus penelitian  ini  meneliti  10  Peraturan  Menteri  Pendidikan  dan  Kebudayaan
Republik  Indonesia  Tentang  Pendidikan  Tahun  2014.  Peraturan  menteri tersebut terdiri dari beberapa pasal yang di dalamnya terdapat ayat.
Ayat  pada  penelitian  ini  termasuk  dalam  kalimat  karena  ayat  memenuhi syarat  dari  terbentuknya  kalimat  yang  meliputi  pada  tulisan  berhuruf  latin
diawali  dengan  huruf  kapital  dan  diakhiri  tanda  titik  .  merupakan  satu gagasan  yang utuh, dan  pada bahasa lisan diucapkan dengan suara naik  turun
dan  keras  lembut,  disela  jeda,  dan  diakhiri  dengan  intonasi  akhir  yang  diikuti oleh kesenyapan.
Pasal  pada penelitian ini termasuk dalam paragraf karena ayat  memenuhi tiga syarat terbentuknya sebuah paragraf. Syarat yang pertama adalah kesatuan.
Pasal  dalam  peraturan  menteri  tersebut  memiliki  gagasan  utama  yang dikembangkan lagi  pada kalimat pengembang sesudahnya. Syarat  yang kedua
adalah  koherensi.  Pasal  dalam  peraturan  menteri  memiliki  hubungan  antar pasal yang ditandai dengan beberapa kata penghubung seperti kata ini dan nya.
Syarat  yang  ketiga  adalah  pengembangan  paragraf.  Pasal-pasal  dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
peraturan  menteri  mempunyai  pola  pengembangan  yang  dirinci  lagi  lewat kalimat-kalimat  yang  terdapat  dalam  pasal  tersebut.  Berikut  dipaparkan  alur
berpikir dari penelitian ini.
Kerangka Berpikir
AYAT
Pada penelitian
ini ayat
termasuk  kalimat   karena  ayat
PASAL
Pada  penelitian  ini  pasal  termasuk dalam
paragraf karena
pasal memenuhi
ketiga syarat
dari Syarat Kalimat:
1. Diawali huruf kapital, diakhiri
tanda titik, tanda tanya, dan tanda
seru. 2. Satu gagasan
yang utuh. 3.  Minimal terdiri
dari S-P 4. Intonasi.
Pola umum kalimat
bahasa Indonesia:
1. S-P 2. S-P-O
3. S-P-Pel 4. S-P-Ket
5. S-P-O-Pel 6. S-P-O-K
Komponen Paragraf
1. Transisi 2. Kalimat
Topik 3. Kalimat
Pengembang 4. Kalimat
Penegas Pola
Pengembangan Paragraf:
1. Contoh 2. Definisi
3.Pemerincian 4. Ilustrasi
5. Kronologi 6. Sebab-akibat
7.Perbandingan atau
pengontrasan 8. Repetisi
9. Klasifikasi 10. Analogi
Syarat Paragraf:
1. Kesatuan 2.Koherensi
3.Pengem- bangan
Paragraf Kalimat
adalah satuan
gramatik yang
mengungkapkan pikiran
yang  utuh  baik  dalam wujud lisan atau tulisan.
Paragraf adalah
sekolompok kalimat  yang  membentuk  satu
kesatuan pikiran ide atau gagasan.
Paragraf Kalimat
KAJIAN TEORI
70
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Suharsimi Arikunto dalam  Prastowo,  2014:  203  mengatakan  bahwa  penelitian  deskriptif  tidak
dimaksudkan untuk menguji  hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa  adanya”  tentang  sesuatu  variabel,  gejala,  atau  keadaan.  Menurut
Suharsimi  Arikunto  dalam  Prastowo,  2014:  204,  penelitian  deskriptif dilakukan  untuk  tujuan  mendeskripsikan  apa  adanya  suatu  variabel,  gejala,
atau  keadaan,  bukan  untuk  menguji  hipotesis.  Penelitian  ini  akan menghasilkan  data  deskriptif  berupa  kata-kata  tertulis  dari  variabel,  gejala,
atau keadaan yang diamati. Penelitian  ini  dikatakan  penelitian  deskriptif  karena  penelitian  ini
mendeskripsikan  struktur  kalimat  dan  struktur  paragraf  serta  pola pengembangannya  dalam  wacana  perundang-undangan  tentang  pendidikan
tahun 2014. Menurut  Moleong  2006:  6,  penelitian  kualitatif  adalah  penelitian  yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan. Secara holistik
dan    secara  deskripsi,  penelitian  kualitatif  berbentuk  kata-kata  dan  bahasa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI