Faktor Pendukung dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan

Tabel 4.15. Hubungan Faktor Predisposisi Umur, Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, Sikap dan Budaya dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan di Kecamatan Kluet Selatan Tahun 2013 Faktor Predisposisi Pemanfaatan Penolong Persalinan Total Nilai p Tenaga Kesehatan Non Tenaga Kesehatan n n n Umur Kurang berisiko 60 78,9 16 21,1 76 100 1,000 Berisiko 13 93,8 3 6,2 16 100 Tingkat Pendidikan Tinggi 41 95,3 2 4,7 43 100 0,0001 Rendah 32 65,3 17 34,7 49 100 Pengetahuan Baik 55 93,2 4 6,8 59 100 0,0001 Kurang baik 18 54,5 15 45,5 33 100 Sikap Baik 53 89,8 6 10,2 59 100 0,002 Kurang baik 20 60,6 13 39,4 33 100 Budaya Mendukung 51 91,1 5 8,9 56 100 0,0001 Tidak mendukung 22 61,1 14 38,9 36 100

4.3.2 Faktor Pendukung dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan

Untuk mengetahui hubungan antar variabel maka dijelaskan melalui perincian masing-masing kategori variabel faktor pendukung penghasilan keluarga dan jarak sarana kesehatan disajikan dalam tabel silang sebagai berikut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 66 orang responden berpenghasilan di atas atau sama dengan Upah Minimum Kabupaten Rp. ≥ 1.500.000 , memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan yaitu 52 orang responden 78,8 dan selebihnya 14 orang responden 21,2 memanfaatkan dukun Universita Sumatera Utara bayi sebagai penolong persalinan. Dari 26 orang responden berpenghasilan di bawah UMK, memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan yaitu 21 orang 80,8 dan selebihnya 5 orang responden 19,2 memanfaatkan dukun bayi sebagai penolong persalinan. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=1,000 0,05, dengan demikian tidak ada hubungan antara penghasilan dengan pemanfaatan penolong persalinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 43 orang responden menilai jarak ke sarana kesehatan yang dekat dari rumah, memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan yaitu 37 orang responden 86,0 dan selebihnya 6 orang responden 14, memanfaatkan dukun bayi dalam bersalin. Dari 49 responden menilai jarak ke sarana yang jauh dari rumah, memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan yaitu 36 orang responden 79,3 dan selebihnya 13 orang responden 20,7 memanfaatkan dukun bayi sebagai penolong persalinan. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,197 0,05, dengan demikian tidak ada hubungan antara jarak sarana kesehatan dengan pemanfaatan penolong persalinan. Universita Sumatera Utara Tabel 4.16. Hubungan Faktor Pendukung Penghasilan Keluarga dan Jarak ke Sarana Kesehatan dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan di Kecamatan Kluet Selatan Tahun 2013 Faktor Pendukung Pemanfaatan Penolong Persalinan Total Nilai p Tenaga Kesehatan Non Tenaga Kesehatan n n n Penghasilan Keluarga Diatas atau sama dengan UMK 52 78,8 14 21,2 66 100 1.000 Dibawah UMK 21 80,8 5 19,2 26 100 Jarak Sarana Kesehatan Dekat 37 86,0 6 14,0 43 100 0,197 Jauh 36 79,3 13 20,7 49 100 4.3.3. Faktor Kebutuhan dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan Untuk mengetahui hubungan antar variabel maka dijelaskan melalui perincian masing-masing kategori variabel faktor kebutuhan kebutuhan berdasarkan gangguan kehamilan dan diagnosis oleh tenaga kesehatan disajikan dalam tabel silang sebagai berikut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 65 orang responden membutuhkan memeriksakan kehamilan oleh tenaga kesehatan dikategorikan kuat, memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan yaitu 56 orang responden 86,2 dan selebihnya 9 orang responden 13,8 memanfaatkan dukun bayi sebagai penolong persalinan. Dari 27 orang responden membutuhkan memeriksakan kehamilan oleh tenaga kesehatan dikategorikan rendah, memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan yaitu 17 orang 63 dan selebihnya 10 orang responden 37 Universita Sumatera Utara memanfaatkan dukun bayi sebagai penolong persalinan. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,0220,05, dengan demikian ada hubungan antara kebutuhan berdasarkan gangguan kehamilan dengan pemanfaatan penolong persalinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 68 orang responden membutuhkan diagnosis sebagai hasil pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan dikategorikan kuat, memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan yaitu 60 orang responden 88,2 dan selebihnya 6 orang responden 11,8 memanfaatkan dukun bayi sebagai penolong persalinan. Dari 24 orang responden membutuhkan diagnosis petugas kesehatan sebagai hasil pemeriksaan kehamilan dikategorikan rendah, memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan yaitu 13 orang 54,2 dan selebihnya 11 orang responden 45,8 memanfaatkan dukun bayi sebagai penolong persalinan. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,0001 0,05, dengan demikian ada hubungan antara kebutuhan berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dengan pemanfaatan penolong persalinan. Universita Sumatera Utara Tabel 4.17. Hubungan Faktor Kebutuhan Kebutuhan berdasarkan Gangguan Kehamilan dan Diagnosis oleh Tenaga Kesehatan dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan di Kecamatan Kluet Selatan Tahun 2013 Faktor Kebutuhan Pemanfaatan Penolong Persalinan Total Nilai p Tenaga Kesehatan Non Tenaga Kesehatan n n n Kebutuhan berdasarkan gangguan kehamilan Kuat 56 86,2 9 13,8 65 100 0,022 Rendah 17 63,0 10 37,0 27 100 Kebutuhan berdasarkan diagnosis oleh Tenaga Kesehatan Kuat 60 88,2 8 11,8 68 100 0,0001 Rendah 13 54,2 11 45,8 24 100 4.4 Analisis Multivariat Berdasarkan analisis bivariat diketahui dari 9 sembilan sub variabel bebas umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap, budaya, penghasilan keluarga, jarak ke sarana kesehatan, kebutuhan berdasarkan gangguan kehamilan dan kebutuhan berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan terdapat 7 tujuh sub variabel yang mempunyai nilai p ≤0,25 yaitu tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap, budaya, jarak ke sarana kesehatan, kebutuhan berdasarkan gangguan kehamilan dan kebutuhan berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan. Tahap selanjutnya seluruh sub variabel dimasukkan sebagai kandidat model untuk dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik berganda. Hasil analisis multivariat diketahui bahwa dari 7 tujuh Universita Sumatera Utara sub variabel tersebut, hanya 3 tiga sub variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan penolong persalinan yaitu pendidikan, pengetahuan, dan kebutuhan gangguan diagnosis karena nilai p 0,05, dengan rincian sebagai berikut: Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda diketahui model regresi yang terbentuk Tabel 4.18 bahwa ada tiga variabel indenpenden pendidikan, pengetahuan dan kebutuhan diagnosa secara bersama-sama memengaruhi pemanfaatan penolong persalinan. Dari nilai overall percentage diketahui bahwa besar pengaruh ke tiga variabel tersebut 88. Sementara sisanya 12 dipengaruhi variabel lainnya. Faktor pendidikan diperoleh nilai p = 0,014 dengan nilai Eksp B = 8,582, berarti ibu berpendidikan tinggi berpeluang 8,58 kali lebih besar memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan dibandingkan dengan ibu berpendidikan rendah. Faktor yang lebih dominan memengaruhi pemanfaatan penolong persalinan adalah pendidikan karena nilai exp B lebih tinggi dibandingkan dengan faktor lainnya yaitu pengetahuan dan kebutuhan gangguan kehamilan. Faktor pengetahuan diperoleh nilai p = 0,004 dengan nilai Eksp B = 7,580, berarti ibu berpengetahuan baik berpeluang 7,58 kali lebih besar memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan dibandingkan dengan ibu berpengetahuan kurang baik. Faktor kebutuhan berdasarkan diagnosis petugas kesehatan diperoleh nilai p = 0,006 dengan nilai Eksp B = 7,084, berarti ibu yang membutuhkan diagnosis oleh petugas kesehatan berpeluang 7,08 kali lebih besar memanfaatkan tenaga kesehatan Universita Sumatera Utara sebagai penolong persalinan dibandingkan dengan ibu kurang membutuhkan diagnosis oleh petugas kesehatan. Tabel 4.18. Determinan Pemanfaatan Penolong Persalinan Berdasarkan Faktor Predisposisi Pendidikan dan Pengetahuan, dan Faktor Kebutuhan Kebutuhan Diagnosis di Kecamatan Kluet Selatan Tahun 2013 Variabel B S.E. Wald df Sig. ExpB Pendidikan 2,150 0,875 6,035 1 0,014 8,582 Pengetahuan 2,026 0,701 8,355 1 0,004 7,580 Kebutuhan Diagnosis 1,958 0,707 7,674 1 0,006 7,084 Constant -4,592 0,967 22,549 1 0,000 0,010 Berdasarkan hasil analisis uji binary logistic regression dengan metode tersebut dapat ditentukan model persamaan binary logistic regression yang dapat menafsirkan determinan pemanfaatan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kluet Selatan adalah sebagai berikut : Persamaan regresi logistik berganda: 1 f z = - -4,592 + 2,150 Pd + 2,026 Pn 1 + e + 1,958 Kd Keterangan: f z : Probabilitas pemanfaatan penolong persalinan Pd : Pendidikan, koefisien regresi 2,150 Pn : Pengetahuan, koefisien regresi 2,026 Kd : Kebutuhan diagnosis, koefisien regresi 1,958 Tabel 4.19. Probabilitas Ibu Memanfaatkan Penolong Persalinan di Kecamatan Kluet Selatan Tahun 2012 No. Pd Pn Kd 11+expw 1 0,0100 1,00 2 1 1 1 0,8238 82,38 Universita Sumatera Utara Pada Tabel 4.19 menjelaskan bahwa jika pendidikan ibu tinggi, pengetahuan ibu baik, dan kebutuhan diagnosis oleh petugas kesehatan kuat maka peluang individu ibu untuk memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan sebesar 82,38. Sebaliknya jika pendidikan ibu rendah, pengetahuan ibu kurang baik, kebutuhan diagnosis oleh petugas kesehatan rendah, maka peluang ibu untuk memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan sebesar 1. Keterangan: 1. Pd : Pendidikan 0 : Tinggi Pendidikan 1 : Rendah 2. Pn : Pengetahuan 0 : Baik Pengetahuan 1 : Kurang baik 3. Kd : Kebutuhan Diagnosis 0 : Kuat Kebutuhan Diagnosis 1 : Rendah Universita Sumatera Utara

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Faktor Predisposisi terhadap Pemanfaatan Penolong Persalinan