Budaya Penghasilan Keluarga TINJAUAN PUSTAKA

e Faktor emosional Sikap yang didasari oleh emosi yang fungisnya hanya sebagai penyaluran frustasi, atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego, sikap yang demikian Universitas Sumatera Utrara merupakan sikap sementara, dan segara berlalu setelah frustasinya hilang, namun dapat juga menjadi sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

e. Budaya

Menurut Kontjaraningrat 2004 kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Juariah 2009 menambahkan keyakinan dan kepatuhan mengikuti adat istiadat selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas memengaruhi perempuan dalam memilih penolong. Di masyarakat, dukun bayi selain dipercaya memiliki kemampuan untuk memeriksa dipercaya memiliki pengetahuan sering diminta untuk memimpin upacara-upacara selamatan seperti empat bulanan dan tujuh bulanan. Hal ini berbeda dengan bidan. Asumsi di masyarakat, bidan adalah hanya memiliki keahlian dalam memeriksakan kehamilan, persalinan dan nifas, tetapi mereka tidak memiliki pengetahuan tentang adat istiadat mengenai larangan selama kehamilan, persalinan dan nifas. Oleh karena itu perempuan yang masih taat dan patuh mengikuti adat istiadat akan lebih memilih dukun dari pada bidan atau kalau pun mereka memilih memeriksakan kehamilannya ke bidan mereka juga akan Universita Sumatera Utara meminta dukun untuk memimpin upacara tujuh bulanan dan sebagainya atau meminta saran dan dukun berkaitan dengan keharusan dan pantangan selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Sarafino 2002 mendefinisikan kepercayaan trust adalah wilayah psikologis yang merupakan perhatian untuk menerima apa adanya berdasarkan harapan terhadap perhatian atau perilaku yang baik dari orang lain. McKenzie 2006 mendefinisikan kepercayaan adalah variabel yang sangat memengaruhi status kesehatan karena kalau tingkat kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan rendah, maka usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan semakin sulit dilakukan.

f. Penghasilan Keluarga

Masyarakat cenderung menghubungi sarana kesehatan sesuai dengan pengalaman atau informasi yang diperoleh dari orang lain tentang tersedianya jenis-jenis pelayanan kesehatan. Pilihan terhadap sarana pelayanan kesehatan tersebut dengan sendirinya didasari atas kepercayaan atau keyakinan akan kemajuan sarana tersebut Notoatmodjo, 2010. Salah satu aspek sosial adalah penghasilan keluarga. Faktor penghasilan pendapatan keluarga cenderung berpengaruh terhadap keputusan seseorang untuk memilih pelayanan kesehatan dalam hal ini keputusan pemanfaatan penolong persalinan bagi ibu bersalin. Rendahnya pendapat keluarga, dimana masyarakat keluarga kurang mampu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas. Ketidakmampuan ekonomi, ketidaktahuan dan keterbelakangan informasi kesehatan menyebabkan perempuan tidak tahu hak-hak produksinya serta tidak Universita Sumatera Utara mempunyai posisi tawar menawar dalam pengambilan keputusan. Meskipun hal ini menyangkut keselamatan dan kesejahteraan dirinya sendiri. Jadi kendala yang dihadapi kaum perempuan dalam memperjuangkan hak-hak reproduksinya adalah tngkat pendidikan perempuan dan taraf ekonomi keluarga Sunaryo, 2004. Penelitian Juliwanto 2008 menjelaskan bahwa 78,2 ibu bersalin memilih bidan sebagai penolong persalinan dan 21,8 pada dukun bayi. Ada hubungan secara signifikansi pendapat keluarga dengan pemilihan penolong persalinan p0,05 di Kecamatan Bahul Rahmah Kabupaten Aceh Tenggara.

g. Jarak