Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Pemahaman
Dari kenyataan yang ada, dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan membaca pemahaman mahasiswa PBSI semester V angkatan 2013 Universitas
Sanata Dharma dikategorikan rendah.
Ketidaksesuaian antara hasil angket faktor membaca pemahaman dan tes kemampuan membaca pemahaman didasari oleh tidak adanya kebiasaan membaca
yang dimiliki mahasiswa. Bagi mahasiswa membaca belum menjadi milik sense of belonging. Selain itu mahasiswa tidak membuat jadwal membaca yang rutin
setiap hari. Kebiasaan membaca seseorang tergantung pada minat dan motivasi dari
dalam diri seseorang. Tahap kedelapan dari Sembilan tahap yang ditulis oleh Masri Sareb, 2008 adalah tahap mencari buku sendiri. Pada tahap ini seseorang
tidak lagi menunggu. Ia mencari buku sendiri. Kalau tidak tersedia di perpustakaan pribadi di rumah, ia mencari keluar, ke perpustakaan. Kesadaran ini
kiranya menjadi sebuah tahapan yang baik untuk meningkatkan kebiasaan membaca.
Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk meningkatkan budaya baca tidaklah mudah, tentu ada sesuatu yang perlu diketahui dan kiranya dapat diketahui saat
penelitian. Pertanyaan selanjutnya mengapa minat atau motivasi baca di Indonesia rendah? Pertama, proses pembelajaran di Indonesia belum membuat anak-
anaksiswa harus membaca, atau mencari informasipengetahuan lebih dari apa yang diajarkan, Kedua, banyaknya jenis hiburan, permainan games dan tayangan
televisi yang mengalihkan perhatian anak-anak dan orang dewasa dari buku. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ketiga, banyak tempat hiburan untuk menghabiskan waktu seperti taman rekreasi, tempat karoke, night club, mall, supermarket dan lain-lain. Keempat, budaya baca
memang belum diwariskan secara maksimal oleh nenek moyang. Kita terbiasa mendengar dan belajar dari berbagai dongeng, kisah, adat istiadat secara verbal
disampaikan orang tua, tokoh masyarakat penguasa zaman dulu, anak-anak mendengarkan dongeng secara lisan, dimana tidak ada pembelajaran sosialisasi
secara tertulis, jadi mereka tidak terbiasa mencapai pengetahuan melalui bacaan, dan Kelima, sarana untuk memperoleh bacaan, seperti perpustakaan atau taman
bacaan, masih merupakan barang aneh dan langka. Ada banyak faktor yang menyebabkan kemampuan membaca anak-anak
Indonesia tergolong rendah, seperti ketiadaan sarana dan prasarana, khususnya perpustakaan dengan buku-buku yang bermutu dan memadai. Karena dengan
adanya perpustakaan, yang dilengkapi dengan buku-buku berkualitas kita dapat mudah mencari referensi atau rujukan sumber ilmu yang sedang dipelajarinya,
dengan demikian kita dapat mengembangkan wacana serta wawasan yang lebih luas.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN