Strategi pengembangan budaya baca melalui membaca pemahaman pada mahasiswa semester V angkatan 2013 program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

(1)

viii

ABSTRAK

Pripambudi, Eka Tanjung. 2016. Strategi Pengembangan Budaya Baca Melalui Membaca Pemahaman pada Mahasiswa Semester V Angkatan 2013 Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengkaji tentang strategi pengembangan budaya baca melalui membaca pemahaman pada mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Semester V Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015 berdasarkan hasil faktor pendukung budaya baca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan strategi pengembangan budaya baca dan meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia semester V Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Jenis penelitian tersebut digunakan untuk mengetahui (1) hasil tes kemampuan membaca pemahaman, (2) faktor-faktor pendukung budaya baca, dan (3) strategi pengembangan budaya baca. Penelitian ini dilaksanakan terhadap 82 mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Semester V Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta pada bulan Oktober 2015. Strategi pengembangan budaya baca berdasarkan enam aspek membaca pemahaman, yakni (1) menangkap arti kata istilah, (2) menangkap makna tersurat, (3) menangkap makna tersirat, (4) menarik kesimpulan isi bacaan, (5) memprediksi maksud penulis, dan (6) mengevaluasi bacaan. Selain enam aspek tersebut, strategi pengembangan budaya baca akan mengadopsi teknik MURDER.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil tes kemampuan membaca pemahaman dinyatakan rendah. Hasil tersebut didapat, setelah ditemukan nilai rata-rata tes kemampuan membaca pemahaman para responden sebesar 21,60. Hasil faktor pendukung budaya baca berada pada kategori rendah. Hasil tersebut didapat dari analisis data yang menunjukkan bahwa faktor pendukung pembentukan budaya baca para responden hanya sebesar 34,28%. Oleh karena itu, strategi yang dikembangkan adalah (1) para mahasiswa harus piawai mengatur suasana hati atau perasaan sebelum melakukan aktivitas membaca, (2) para responden tidak hanya sekedar mengerti bacaan secara kebahasaan saja, tetapi juga memahami isi bacaan secara mendalam, (3) para mahasiswa mengulangi membaca yang telah diketahui makna dari bagian-bagian yang sebelumnya belum diketahui, (4) para mahasiswa menelaah kembali bacaan yang telah dibaca dan membaca ulang rangkuman yang telah dibuat, (5) para mahasiswa mencoba mengembangkan informasi yang telah didapat dengan cara menginformasikan kepada orang lain, dan (6) para mahasiswa mengulang kembali dengan bentuk rangkuman dan dipresentasikan dengan orang lain. Jadi, strategi pengembangan budaya baca tersebut diharapkan dapat meningkatkan budaya baca dan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa.


(2)

ix

ABSTRACT

Pripambudi, Eka Tanjung. 2016. The Strategy of Reading Culture Development as Reading Comprehension on College Semester V (five) in year 2013 Indonesia Education Department Sanata Dharma University, Yogyakarta Academic Year 2015. Thesis. Yogyakarta: Indonesia Education Department, SanataDharma.

The research aims to find out The Strategy of Reading Culture Development a Reading Comprehension in college of Indonesia Education Department in fifth Semester, Sanata Dharma University, Yogyakarta academic 2015. It based on the results of the supporting factors of reading culture and reading comprehension tests. The aims of this study is to describe the strategy of reading culture development and improve reading comprehension for college Indonesia Education Department in fifth semester of Sanata Dharma University, Yogyakarta. The study used in this research is descriptive. This type of research is used to determine (1) the results of tests reading comprehension, (2) the factors supporting reading culture, and (3) The strategy of reading culture development. This study was conducting with 82 students of Indonesia Education Department in fifth semester Sanata Dharma University, Yogyakarta in October 2015. The reading culture development strategy is based on six aspects of reading comprehension, namely (1) captures the meaning of the term, (2) captures the explicit meaning, (3 ) captures implicit meaning, (4) resume content of reading, (5) predicts the author's intent, and (6) evaluating the readings. In addition to these six aspects, the strategy will adopt a reading culture development named MURDER techniques.

The results of the study were the test results explain of reading comprehension is low. The results obtain, after discover of the score of average test reading comprehension from respondents amounted to 21.60. The results of the supporting factors the reading culture is at the low category. It obtained from the data analysis which showing that factors supporting the formation of reading culture of the respondents only amounted to 34.28%. Therefore, strategies developed are, (1) the students have good skill to set a mood or feeling before reading activities, (2) the respondent is not to know the reading in the language, but also to know the contents of the reading in depth, (3) the students repeat for reading the known meaning of the parts that were previous unknown, (4) the students review the literature that has been read and re-read summaries that have been write, (5) the students try to develop information that has been obtained by informing to others, and (6) the students to repeat the form of summaries and presented with others. In brief, the strategy of reading culture development is expected to improve the reading culture and reading comprehension of students.


(3)

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA BACA MELALUI MEMBACA PEMAHAMAN

PADA MAHASISWA SEMESTER V ANGKATAN 2013 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Disusun Oleh: Eka Tanjung Pripambudi

111224003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

i

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA BACA MELALUI MEMBACA PEMAHAMAN

PADA MAHASISWA SEMESTER V ANGKATAN 2013 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Disusun Oleh: Eka Tanjung Pripambudi

111224003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

MELALUI MEMBACA PEMAHAMAN

PADA MAHASISWA SEMESTER V ANGKATAN 2013 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015

SKRIPSI

Oleh:

Eka Tanjung Pripambudi

Pembimbing

NIM: 111224003

Disetujui oleh:

Tanggal: 04 Februari 2016


(6)

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA BACA MELALUIMEMBACAPE~N

PADA MAHASISWA SEMESTER V ANGKATAN 2013 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA, YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2015

Dipersiapkan dan disusun oleh: Eka Tanjung Pripambudi

NIM : 111224003

Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd.

Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. Prof Dr. Pranowo, M.Pd.

Dr.B. Widharyanto, M.Pd.

Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 05 Febmari 2016

Dan dinyatakan memenuhi syarat Susunan Panitia Penguji

Anggota Ketua Anggota Anggota Sekretaris Nama

Yogyakarta, .05 Febma . 2016

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

/ ? --_llniversitas Sanata Dharma

" ~--J2)~k~n

flo' •..

'0",,--"" ,,:':i

...~~~;,~;~ .Jl

,_.~

..

~

•_~:::_I' -to'

.. rr- 4

Rohandi, Ph.D.


(7)

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 05 Februari 2016 Yang membuat pemyataan,

Eka Tanjung Pripambudi 111224003


(8)

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Eka Tanjung Pripambudi

Nomor Mahasiswa : 111224003

Demi kepentingan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul:

STRATEGIPENGEMBANGANBUDAYABACA MELALUIMEMBACAPEMAHAMAN

PADA MAHASISWA SEMESTER V ANGKATAN 2013 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015

Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta, 05 Februari 2016 Yang menyatakan,

Eka Tanjung Pripambudi


(9)

viii

ABSTRAK

Pripambudi, Eka Tanjung. 2016. Strategi Pengembangan Budaya Baca Melalui Membaca Pemahaman pada Mahasiswa Semester V Angkatan 2013 Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengkaji tentang strategi pengembangan budaya baca melalui membaca pemahaman pada mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Semester V Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015 berdasarkan hasil faktor pendukung budaya baca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan strategi pengembangan budaya baca dan meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia semester V Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Jenis penelitian tersebut digunakan untuk mengetahui (1) hasil tes kemampuan membaca pemahaman, (2) faktor-faktor pendukung budaya baca, dan (3) strategi pengembangan budaya baca. Penelitian ini dilaksanakan terhadap 82 mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Semester V Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta pada bulan Oktober 2015. Strategi pengembangan budaya baca berdasarkan enam aspek membaca pemahaman, yakni (1) menangkap arti kata istilah, (2) menangkap makna tersurat, (3) menangkap makna tersirat, (4) menarik kesimpulan isi bacaan, (5) memprediksi maksud penulis, dan (6) mengevaluasi bacaan. Selain enam aspek tersebut, strategi pengembangan budaya baca akan mengadopsi teknik MURDER.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil tes kemampuan membaca pemahaman dinyatakan rendah. Hasil tersebut didapat, setelah ditemukan nilai rata-rata tes kemampuan membaca pemahaman para responden sebesar 21,60. Hasil faktor pendukung budaya baca berada pada kategori rendah. Hasil tersebut didapat dari analisis data yang menunjukkan bahwa faktor pendukung pembentukan budaya baca para responden hanya sebesar 34,28%. Oleh karena itu, strategi yang dikembangkan adalah (1) para mahasiswa harus piawai mengatur suasana hati atau perasaan sebelum melakukan aktivitas membaca, (2) para responden tidak hanya sekedar mengerti bacaan secara kebahasaan saja, tetapi juga memahami isi bacaan secara mendalam, (3) para mahasiswa mengulangi membaca yang telah diketahui makna dari bagian-bagian yang sebelumnya belum diketahui, (4) para mahasiswa menelaah kembali bacaan yang telah dibaca dan membaca ulang rangkuman yang telah dibuat, (5) para mahasiswa mencoba mengembangkan informasi yang telah didapat dengan cara menginformasikan kepada orang lain, dan (6) para mahasiswa mengulang kembali dengan bentuk rangkuman dan dipresentasikan dengan orang lain. Jadi, strategi pengembangan budaya baca tersebut diharapkan dapat meningkatkan budaya baca dan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa.


(10)

ix

ABSTRACT

Pripambudi, Eka Tanjung. 2016. The Strategy of Reading Culture Development as Reading Comprehension on College Semester V (five) in year 2013 Indonesia Education Department Sanata Dharma University, Yogyakarta Academic Year 2015. Thesis. Yogyakarta: Indonesia Education Department, SanataDharma.

The research aims to find out The Strategy of Reading Culture Development a Reading Comprehension in college of Indonesia Education Department in fifth Semester, Sanata Dharma University, Yogyakarta academic 2015. It based on the results of the supporting factors of reading culture and reading comprehension tests. The aims of this study is to describe the strategy of reading culture development and improve reading comprehension for college Indonesia Education Department in fifth semester of Sanata Dharma University, Yogyakarta. The study used in this research is descriptive. This type of research is used to determine (1) the results of tests reading comprehension, (2) the factors supporting reading culture, and (3) The strategy of reading culture development. This study was conducting with 82 students of Indonesia Education Department in fifth semester Sanata Dharma University, Yogyakarta in October 2015. The reading culture development strategy is based on six aspects of reading comprehension, namely (1) captures the meaning of the term, (2) captures the explicit meaning, (3 ) captures implicit meaning, (4) resume content of reading, (5) predicts the author's intent, and (6) evaluating the readings. In addition to these six aspects, the strategy will adopt a reading culture development named MURDER techniques.

The results of the study were the test results explain of reading comprehension is low. The results obtain, after discover of the score of average test reading comprehension from respondents amounted to 21.60. The results of the supporting factors the reading culture is at the low category. It obtained from the data analysis which showing that factors supporting the formation of reading culture of the respondents only amounted to 34.28%. Therefore, strategies developed are, (1) the students have good skill to set a mood or feeling before reading activities, (2) the respondent is not to know the reading in the language, but also to know the contents of the reading in depth, (3) the students repeat for reading the known meaning of the parts that were previous unknown, (4) the students review the literature that has been read and re-read summaries that have been write, (5) the students try to develop information that has been obtained by informing to others, and (6) the students to repeat the form of summaries and presented with others. In brief, the strategy of reading culture development is expected to improve the reading culture and reading comprehension of students.


(11)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR SKEMA ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Batasan Istilah ... 4

1.6 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Penelitian yang Relevan ... 6


(12)

xiii

2.2.1 Hakekat Membaca... 8

2.2.2 Membaca Pemahaman ... 9

2.2.3 Tujuan Membaca Pemahaman ... 11

2.2.4 Faktor Pendukung Pembentukan Budaya Baca ... 14

2.2.5 Tes Kemampuan Membaca Pemahaman ... 21

2.2.6 Strategi Pengembangan Budaya Baca ... 22

2.3 Kerangka Berpikir ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Subjek Penelitian ... 33

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.4 Instrumen Penelitian... 36

3.5 Analisis Data Penelitian ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

4.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 43

4.2 Analisis Data ... 44

4.2.1 Analisis Data Tes Kemampuan Membaca Pemahaman ... 44

4.2.1.1 Menangkap Arti kata Istilah ... 46

4.2.1.2 Menangkap Makna Tersurat... 47

4.2.1.3 Menangkap Makna Tersirat ... 50

4.2.1.4 Kemampuan Menyimpulkan ... 54

4.2.1.5 Kemampuan Memprediksi ... 57

4.2.1.6 Kemampuan Mengevaluasi ... 59

4.2.2 Penentuan Kriteria Dengan Penghitungan Skala Empat ... 60

4.2.2.1 Penentuan Kriteria dengan Penghitungan Persentase untuk Skala Empat... 60

4.2.2.2 Penghitungan Jawaban Soal Secara Keseluruhan ... 63


(13)

xiv

4.2.3.1 Faktor Internal ... 65

4.2.3.2 Faktor Eksternal ... 91

4.2.4 Pengelompokkan Tingkatan Faktor Pendukung Pembentukan Budaya Baca dan Tes Kemampuan Membaca Pemahaman ... 106

4.2.4.1 Faktor Pendukung Pembentukan Budaya Baca ... 107

4.2.4.2 Tes Kemampuan Membaca Pemahaman ... 112

4.2.5 Perbandingan Teknik MURDER ... 121

4.3 Pembahasan ... 124

4.3.1 Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa PBSI ... 124

4.3.2 Faktor-faktor Pendukung Budaya Baca Mahasiswa PBSI ... 131

4.3.3 Strategi Pengembangan Budaya Baca Mahasiswa PBSI ... 135

BAB V KESIMPULAN ... 142

5.1 Kesimpulan Penelitian ... 142

5.2 Saran-saran ... 144

DAFTAR PUSTAKA ... 145


(14)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Faktor Pendukung Budaya Baca

Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Tabel 3.3 Kategori Faktor Membaca

Tabel 3.4 Penentuan Kriteria dengan Penghitungan Persentase untuk Skala Empat Tabel 4.1 Indeks Tingkat Kesulitan

Tabel 4.2 Hasil Indeks Tingkat Kesulitan

Tabel 4.3 Hasil Tes Kemampuan Aspek Menangkap Arti Kata Istilah Tabel 4.4 Hasil Kemampuan Menangkap Makna Tersurat

Tabel 4.5 Hasil Kemampuan Menangkap Makna Tersirat Tabel 4.6 Hasil Kemampuan Menyimpulkan

Tabel 4.7 Hasil Kemampuan Memprediksi Tabel 4.8 Hasil Kemampuan Mengevaluasi

Tabel 4.9 Penentuan Kriteria dengan Penghitungan Persentase untuk Skala Empat Tabel 4.10 Kriteria Penghitungan Persentase Untuk Skala Empat

Tabel 4.11Hasil Penghitungan Jawaban Soal Keseluruhan Tabel 4.12 Kategori Skala Likert

Tabel 4.13 Indikator Motivasi Membaca, Sikap, dan Minat Membaca Tabel 4.14 Aspek Kebiasaan Membaca

Tabel 4.15 Pengetahuan/Pengalaman Yang Dimiliki Sebelumnya Dan Pengetahuan Tentang Cara Membaca

Tabel 4.16 Kondisi Emosi Pembaca Dan Kesehatan Pembaca Tabel 4.17 Tingkat Intelegensi Pembaca

Tabel 4.18 Ketertarikan Terhadap Bacaan Dan Kebermanfaatan Bagi Pembaca Tabel 4.19 Latar Belakang Sosial Ekonomi Keluarga

Tabel 4.20 Indikator Suasana Lingkungan Dan Waktu Tabel 4.21 Indikator Teks


(15)

xvi

Pengaruh Media Elektronik

Tabel 4.23 Kategori Pembagian Kelompok Tinggi, Sedang, dan Rendah Tabel 4.24 Kriteria Dengan Penghitungan Persentase Untuk Skala Empat Tabel 4.25 Hasil Kriteria Penghitungan Persentase Skala Empat

Tabel 4.26 Perbandingan aspek-aspek strategi membaca Tabel 4.27 Tes Kemampuan Menangkap Arti Kata Istilah Tabel 4.28 Tes Kemampuan Menangkap Makna Tersurat

Tabel 4.29 Hasil Tes Kemampuan Membaca Aspek Menyimpulkan

Tabel 4.30 Hasil Tes Kemampuan Membaca Aspek Menangkap Makna Tersirat Tabel 4.31 Hasil Kemampuan Memprediksi


(16)

xvii

DAFTAR SKEMA


(17)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Hadir Mahasiswa USD PBSI Semester 5 Angkatan 2013 Kelas A dan B

Lampiran 2 Instrument Penelitian

Lampiran 3 Angket Tes Kemampuan Membaca Pemahaman

Lampiran 4 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Lampiran 5 Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman

Lampiran 6 Hasil Penghitungan Nilai Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Lampiran 7 Angket Faktor Pendukung Budaya Baca


(18)

1

Bab I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Perilaku manusia juga dibentuk dari bahasa, seperti pernyataan “Bahasa membentuk perilaku manusia” (Sapir, 1921). Bahasa memiliki 4 keterampilan, yakni

memahami, berbicara, membaca, dan menulis. Fokus penelitian ini ada pada keterampilan membaca, berkaitan dengan teori Sapir tadi, bila manusia dapat membaca dengan baik, maka akan mendapatkan informasi yang baik bagi kehidupan si pembaca. Akan tetapi, budaya baca di Indonesia masih sangat rendah dibanding dengan negara lain, tampak pada hasil survey Human Development Index yang dirilis UNDP, bahwa Indonesia berada di posisi 110 dari 173 negara, bahkan tahun 2009 turun satu peringkat berada di posisi 121 (kompasiana.com,18/6/2015). Kemudian indeks minat baca masyarakat Indonesia berdasarkan data dari UNESCO pada tahun 2012 berada pada indeks 0,001 yang artinya dari 1000 orang, hanya ada satu yang membaca. Bahkan, pada tahun 2009 berdasarkan hasil penelitian yang diumumkan Organisasi Pengembangan Kerja sama Ekonomi (OECD), budaya baca masyarakat Indonesia menempati posisi terendah dari 52 negara di kawasan Asia Timur. Di luar data minat baca UNESCO tersebut United Nations Development Programe (UNDP) atau Bada Program Pembangunan PBB, merilis bahwa angka melek huruf orang dewasa di Indonesia hanya 65,5%, jauh bila dibanding dengan negara tetangga Malaysia 86,4%. (kompasiana.com, diakses tgl. 18/06/2015).


(19)

Penelitian ini mengkaji tentang strategi pengembangan budaya baca melalui membaca pemahaman pada mahasiswa PBSI (Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia) semester V Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Mahasiswa PBSI memiliki aktivitas yang rutin dalam lingkup akademik kebahasaan. Para mahasiswa akan memasuki dunia kerja yang semakin maju oleh teknologi dan pengetahuan. Dalam rutinitas para mahasiswa PBSI yang selalu bergelut dengan ruang lingkup akademik membuat mereka dituntut untuk membaca dan para mahasiswa PBSI diharapkan juga dapat menyebarkan budaya baca terhadap peserta didiknya nanti.

Melihat kenyataan tentang kemampuan membaca penduduk Indonesia yang rendah, dikhawatirkan akan membawa dampak buruk bagi perkembangan Negara Indonesia, seperti tingkat kebodohan, kriminal, hingga tingkat kemiskinan yang terus meningkat. Maka dari itu, untuk melaksanakan suatu teknik dan berbagai strategi dalam membaca pemahaman, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman mahasiswa PBSI, sehingga dapat dikembangkan bagaimana meningkatkan strategi-strategi yang akan dikembangkan dalam tingkat membaca pemahaman.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Seberapa tinggi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa PBSI angkatan 2013


(20)

2. Apa saja faktor pendukung budaya baca mahasiswa PBSI angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

3. Apa strategi pengembangan budaya baca yang sesuai pada mahasiswa PBSI angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diambil tujuan peneltian sebagai berikut: 1. Menemukan tingkat kemampuan membaca pemahaman mahasiswa PBSI angkatan

2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Menemukan faktor-faktor pendukung budaya baca mahasiswa PBSI angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Menggambarkan strategi pengembangan budaya baca bagi mahasiswa PBSI angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

1.4Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan di atas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun teoritis sebagai berikut:

a) Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat membantu mengembangkan budaya membaca mahasiswa PBSI melalui membaca pemahaman.


(21)

b) Manfaat teoretis

Setelah diketahui faktor-faktor pendukung budaya baca dan tingkat kemampuan membaca pemahaman mahasiswa PBSI, peneliti dapat menemukan strategi-strategi peningkatan kemampuan membaca pemahaman untuk menciptakan keadaan budaya membaca bagi mahasiswa PBSI.

1.5Batasan Istilah

Batasan istilah ini bertujuan untuk menghindari perbedaan tanggapan terhadap istilah dalam penelitian. Batasan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Membaca

Somadayo (2011: 4) membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tulis.

b. Kemampuan Membaca Pemahaman

Kemampuan atau kesanggupan pembaca untuk menghubungkan informasi baru dengan informasi lama dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru (Smith, 1982: 45) dalam Somadayo (2011: 9)

c. Strategi Pengembangan Budaya Baca

Siasat yang terencana dan sistematis guna mengembangkan keadaan budaya membaca.


(22)

1.6Sistematika Penelitian

Penelitian ini terdiri dari V bab, yaitu (I) pendahuluan, (II) landasan teori, (III) metodologi penelitian, (IV) analisis data, dan (V) penutup. Pada bab I berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penelitian. Pada bab II mengulas mengenai studi kepustakaan yang terdiri atas hasil penelitian terdahulu, teori yang relevan dengan penelitian, dan kerangka berpikir. Lalu pada bab III berisi mengenai metodologi penelitian yang berisi jenis penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan analisis data penelitian. Bab IV berisi pembahasan yang berisikan deskripsi data, hasil penelitian, dan pembahasan. Pada bab V berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran.


(23)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan mengenai membaca pemahaman ada banyak sekali, namun hanya dua yang peneliti relevankan. Pertama, penelitian dari Sheila Prima Ramadhani tahun 2013 yang berjudul Hubungan antara Minat Baca dengan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas XI Animasi SMK Negeri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Hasil temuan dalam penelitian ini adalah minat baca dari para siswa adalah cukup, sehingga pada hasil tes kemampuan membaca pemahaman siswa adalah kategori cukup hingga kategori mampu. Pada bagian mengorelasikan antara angket minat baca dengan tes kemampuan membaca pemahaman, peneliti menggunakan rumus product moment. Setelah dikorelasikan antara minat baca siswa dengan tes kemampuan membaca pemahaman, dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi minat baca seseorang, maka semakin tinggi pula kemampuan membaca pemahaman orang tersebut, sebaliknnya semakin rendah minat baca siswa, maka semakin rendah pula hasil kemampuan membaca pemahamannya. Dari penelitian ini, menunjukkan bahwa pembaca akan semakin tinggi kemampuan membaca pemahamannya bila memiliki minat baca yang tinggi pula. Maka dari itu


(24)

mengenai minat baca terhadap pelajar, mahasiswa, dan umum sangatlah penting demi meningkatkan kemampuan membaca pemahaman.

Kedua, Paulinus Mulat Dwi Prihanto tahun 2006 yang berjudul Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas II SMA Pangudi Luhur Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah Tahun Ajaran 2004/2005, dan Faktor yang Mempengaruhinya. Pada penelitian ini berfokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi membaca pemahaman dari para siswa, baik dari lingkungan keluarga dan sekolah. Beberapa hasil yang muncul dari penelitian Paulinus adalah, 1) Orang tua kurang maksimal membantu kesulitan, perhatian, dan memberikan motivasi anak dalam kegiatan membaca, 2) Para siswa kurang memiliki minat yang tinggi untuk melakukan kegiatan membaca selain buku pelajaran, seperti novel, majalah, dan komik, 3) Anak kurang komunikatif dengan orangtua dalam menyampaikan kesulitan membaca, 4) Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di keluarga masih rendah. Secara garis besar, faktor komunikasi dan sosial di lingkungan seseorang akan mempengaruhi kemampuan membaca pemahamannya, semakin kondusif dan memenuhi unsur-unsur mendukung proses membaca, maka semakin tinggi kemampuan membaca seseorang. Sebaliknya, semakin lingkungan tidak mendukung baik fasilitas maupun dorongan membaca, maka akan semakin rendah kemampuan membaca pemahaman. Akan tetapi, dorongan atau motivasi diri sendiri sangat berpengaruh dalam aktivitas membaca, semakin besar kesadaran membaca seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan membaca pemahamannya.


(25)

Dari dua penelitian di atas, dapat ditemukan bagaimana cara mengorelasikan antara hasil angket minat baca dengan hasil tes kemampuan membaca pemahaman, yakni menggunakan rumus product moment. Penelitian pertama, lebih fokus pada hubungan hasil minat baca dengan tes hasil kemampuan membaca pemahaman, sehingga ditemukan bahwa semakin tinggi minat baca, maka semakin tinggi pula kemampuan membaca pemahaman pembaca, sedangkan semakin rendah minat baca, maka semakin rendah pula kemampuan membaca pemahaman yang dimilikinya. Pada penelitian kedua lebih fokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman. Hal tersebut memberi gambaran, bahwa semakin banyak faktor-faktor pendukung dalam meningkatkan minat baca, maka kemampuan membaca pemahaman akan meningkat, sebaliknya semakin rendah atau kurang dalam dorongan untuk meningkatkan minat baca, maka semakin rendah kemampuan membaca pemahamannya.

2.2Kajian Teori

2.2.1 Hakikat Membaca

Membaca adalah satu dari empat kemampuan bahasa pokok dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan (Tampubolon, 1987: 5). Dalam komunikasi tulisan berisi lambang-lambang maupun simbol-simbol huruf yang akan ditelaah menggunakan kemampuan membaca. Gibbon dalam Suyono (2010: 41) bahwa membaca adalah proses untuk memperoleh makna dari cetakan. Makna dari


(26)

cetakan yang dimaksud tidak hanya pengetahuan tata tulis saja, melainkan dari arti kata, makna tersurat, makna tersirat, prediksi bacaan, hingga pengetahuan dan pengalaman responden ke dalam bacaan tersebut. Pembaca yang dimaksud sudah memiliki kemampuan dalam taraf memahami. Selain memahami isi bacaan, pembaca harus memahami informasi yang dimaksud oleh penulis dalam tulisannya. Oleh karena itu, dalam taraf membaca pemahaman, pembaca harus memahami dua unsur makna yang terkandung dalam tulisan dan cara-cara penyajian pikiran dalam karangan. Tampubolon (1987: 5) menyatakan bahwa dalam membaca pemahaman, pembaca dapat memperoleh dua jenis pengetahuan, yaitu informasi-informasi baru dari bacaan dan cara-cara penyajian pikiran dalam karangan.

Pada dasarnya membaca adalah penerimaan suatu teks tertulis agar dipahami isinya. Richards dan Schmidt (2002:443) membaca adalah perceiving written text in order to understand its contents. Senada dengan Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 246) bahwa membaca adalah kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks. Hal ini menunjukkan bahwa proses membaca tidak hanya mengetahui informasi luaran saja seperti dalam pernyataan melainkan memahami isi secara mendalam baik dari segi kebahasaan dan makna-makna yang ada dalam bacaan, baik makna tersirat dan tersuratnya.

2.2.2 Membaca Pemahaman

Tampubolon (1987: 5) menyatakan bahwa dalam membaca pemahaman, pembaca dapat memperoleh dua jenis pengetahuan, yaitu informasi-informasi baru dari


(27)

bacaan dan cara-cara penyajian pikiran dalam karangan. Jadi, selain memahami isi bacaan, pembaca harus memahami informasi yang dimaksud oleh penulis dalam tulisannya. Oleh karena itu, dalam taraf membaca pemahaman, pembaca harus memahami dua unsur makna yang terkandung dalam tulisan dan cara-cara penyajian pikiran dalam karangan. Somadayo (2011: 4) membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tulis. Dalam gagasan tersebut terdapat kata interaktif, sehingga menimbulkan spekulasi mengenai terjadinya proses penyampaian aktif dua arah yakni antara pembaca dengan penulis, penulis menggunakan media tulis untuk memberikan informasi terhadap pembaca. Proses interaksi antara penulis dengan pembaca melalui media tulis juga didukung oleh Harjasujana (1987: 13) dalam Somadayo (2011: 5) yang menyatakan bahwa membaca adalah suatu kegiatan komunikasi interaktif yang memberikan kesempatan kepada pembaca dan penulis untuk membawa latar belakang dan hasrat masing-masing.

Membaca pemahaman tidak hanya mengerti makna lambang dan simbol huruf dalam bacaan, namun juga gagasan tulisan, konten-konten yang lebih detail dalam tulisan, hingga memahami jalan pikiran dari pengarang tulisan tersebut. Hal tersebut senada dengan Rubin (1982: 106) dalam Somadayo (2011: 7) bahwa membaca pemahaman adalah proses intelektual yang kompleks yang mencakup dua kemampuan utama, yaitu penguasaan makna kata dan kemampuan berpikir tentang konsep verbal. Sejalan dengan teori Thuts Nuttal (1982) dalam buku Urquhart (1998: 17) having considered definitions of reading in terms of reading aloud, or decoding, settles for the


(28)

extraction of meaning from written messages. Hal itu menunjukkan bahwa dalam proses membaca, tidak hanya mengubah secara struktur dari tulisan ke dalam bentuk suara, namun ada proses memaknai isi dari tulisan tersebut.

Membaca pemahaman juga memiliki suatu cakupan mengenai pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki oleh pembaca untuk mengorelasikan pada makna tulisan yang dibaca, sehingga pembaca menjadi aktif dalam menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru yang berasal dari bacaannya. Hal tersebut didukung oleh teori Smith (1982: 45) dalam Somadayo (2011: 9) menyatakan membaca pemahaman adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh pembaca untuk menghubungkan informasi baru dengan informasi lama dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru. Jadi, proses membaca pemahaman yang dilakukan oleh pembaca selain memaknai kata penulis, pembaca juga mengorelasikan informasi baru dengan informasi lama yang dimiliki sebelumnya, hal ini dilakukan untuk mendapatkan suatu pengetahuan yang baru.

2.2.3 Tujuan Membaca Pemahaman

Dalam membaca pemahaman terdapat tingkatan, menurut Anderson dalam Tarigan (1986) yakni meliputi (1) mengidentifikasi arti kata istilah, (2) menangkap makna tersurat dan tersirat, (3) menyimpulkan, (4) memprediksi, (5) mengevaluasi. Burns, dkk menyatakan bahwa ada tiga tingkatan dalam membaca pemahaman, antara


(29)

lain membaca literal (literal reading), membaca interpretatif (interpretatif reading), dan membaca kritis (critical reading).

Kegiatan membaca pemahaman memiliki beberapa tujuan, seperti diungkap oleh Anderson (1972: 208) dalam Somadayo (2011: 12) yang menyatakan bahwa membaca pemahaman memiliki tujuan untuk memahami isi bacaan dalam teks. Tujuan tersebut antara lain:

(1) Membaca untuk memeroleh rincian-rincian dan fakta (2) Membaca untuk mendapatkan ide pokok

(3) Membaca untuk mendapatkan urutan organisasi teks (4) Membaca untuk mendapatkan kesimpulan

(5) Membaca untuk mendapatkan klasifikasi, dan

(6) Membaca untuk membuat perbandingan atau pertentangan

Dapat dipahami bahwa dalam membaca pemahaman selain mendapatkan informasi yang dibutuhkan, membaca pemahaman juga menganalisis tentang tata bahasa yang digunakan oleh penulis. Akan tetapi tidak hanya tata bahasa saja, melainkan juga menghubungkan pengalaman dari pembaca dengan makna yang terkandung dalam tulisan dan mengevaluasi dalam suatu tulisan. Didukung oleh Tarigan (1986: 9) yang menyatakan bahwa tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi mencakup isi, serta memahami makna bacaan. Berikut ini dikemukakan beberapa tujuan membaca, mencakup:


(30)

(1) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan, membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh rincian atau fakta-fakta (reading for detail or facts).

(2) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).

(3) Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada bagian cerita, membaca seperti ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization).

(4) Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara itu, membaca seperti ini disebut membaca untuk menyimpulkan inferensi (reading for inference).

(5) Membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasi (reading to classify). (6) Membaca untuk menilai atau membaca untuk mengevaluasi (reading to evaluate). (7) Membaca untuk membandingkan atau membaca untuk mempertentangkan

(reading to compare or contrast).

Dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut, pembaca akan menempuh berbagai tahapan dalam membaca pemahaman, sehingga akan terpikirkan apakah tujuan yang hendak dicapai telah tercapai atau belum. Oleh karena itu, beberapa indikator yang dapat memberikan tanda pada pembaca, seperti telah memahami secara keseluruhan bacaan secara kontekstual dan mengetahui arti kata, kalimat, maupun setiap paragraf,


(31)

baik makna tersurat atau tersirat. Selanjutnya dapat dikaji dari pengalaman atau pengetahuan dari pembaca terhadap pengetahuan dari makna bacaan. Menurut Turner (1988: 159) dalam Somadayo (2011: 10) mengungkapkan bahwa seorang pembaca dikatakan memahami bahan bacaan secara baik apabila pembaca dapat:

(1) Mengenal kata-kata atau kalimat yang ada dalam bacaan dan mengetahui maknanya, (2) Menghubungkan makna dari pengalaman yang dimiliki dengan makna yang ada

dalam bacaan,

(3) Memahami seluruh makna secara kontekstual, dan

(4) Membuat pertimbangan nilai isi bacaan berdasarkan pengalaman membaca.

2.2.4 Faktor Pendukung Pembentukan Budaya Baca

Pembahasan selanjutnya adalah tentang faktor pendukung pembentukan budaya baca. Hal ini terlihat jelas pada beberapa orang yang sangat mudah untuk melakukan aktivitas membaca, sehingga dapat memahami isi atau makna bacaan dengan cepat. Akan tetapi, ada sebagian orang yang sangat sulit untuk membaca atau memahami isi maupun makna dari suatu bacaan. Hal itu ternyata dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti dari lingkungan masyarakat, keluarga, dan sekolah bila dilihat dari keadaan luar pembaca, namun faktor intelegensi, emosi, dan psikologis turut mempengaruhi kemampuan membaca seseorang. Hal ini senada dengan Lamb dan Arnol (1976: 24) dalam buku Somadayo (2011: 27) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses membaca adalah (1) faktor-faktor lingkungan, (2)


(32)

intelektual, (3) psikologis, dan (4) faktor fisiologis, faktor ini mencakup, kesehatan fisik, pertimbangan biologis, dan jenis kelamin. Dari faktor-faktor tersebut dipaparkan bahwa :

(1) Faktor lingkungan: latar belakang, pengalaman, serta sosial ekonomi

(2) Faktor intelektual: metode mengajar guru, prosedur kemampuan siswa dan guru (3) Faktor psikologis: motivasi, minat, kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri (4) Faktor fisiologis: kesehatan fisik dan pertimbangan neurologis

Selain faktor-faktor di atas, terdapat faktor yang berasal dari budaya atau suatu kebiasaan sekelompok masyarakat tertentu yang mempengaruhi kemampuan membaca khususnya membaca pemahaman di Indonesia. Menurut Somadayo (2011: 29) faktor penyebab rendahnya kemampuan membaca seseorang dalam konteks Indonesia adalah (1) tradisi kelisanan (orality), seperti kita ketahui bahwa secara historis kultur masyarakat kita mengantongi warisan budaya lisan atau budaya tutur yang memfosil dan (2) sistem persekolahan kita yang kurang memberikan peluang yang cukup bagi hadirnya tradisi keberaksaraan (literacy) atau tradisi membacakan bacaan kepada peserta didik, seperti guru terlalu banyak menjadi pembicara dan murid terlalu banyak menjadi pendengar. Dari teori tersebut semakin dipertegas bagaimana kebiasaan yang telah terjadi secara turun temurun turut mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman, diilutrasikan dengan kegiatan yang lebih banyak beretorika.

Faktor-faktor mengenai membaca dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari


(33)

dalam diri seseorang atau pembaca, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang timbul dari luar atau lingkungan seseorang atau pembaca. Hal tersebut didasari oleh Pearson dalam buku Somadayo (2011: 30) yaitu faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca dapat diklasifikasikan ke dalam dua faktor (1) faktor yang bersifat eksternal (yang berasal dari luar pembaca) dan (2) faktor yang bersifat internal (yang berasal dari dalam diri pembaca). Dua kelompok faktor tersebut mengandung beberapa faktor, yakni:

(1) Faktor internal: minat, motivasi, dan kemampuan membacanya. (2) Faktor eksternal:

a. Unsur yang berasal dari dalam teks bacaan b. Unsur yang berasal dari luar lingkungan baca

Dari beberapa faktor di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pembaca memiliki kemampuan yang berbeda-beda, hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dibawanya, bisa dari faktor internal yang berasal dari dalam diri pembaca seperti minat, motivasi diri, tingkat kemampuan membaca, emosi, psikologis, dan intelegensi pembaca. Kemudian, selain faktor internal yang terdapat dalam faktor kemampuan membaca pemahaman yang menjadi penentu kemampuan membaca pemahamannya, terdapat faktor eksternal yang mencakup lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah atau tempat bekerja, serta dari segi tulisan yang dibaca.


(34)

Secara eksplisit beberapa masalah membuat orang-orang enggan untuk membaca suatu buku. Menurut Winarno (2012: 35) terdapat beberapa alasan mengapa orang-orang kurang berminat membaca buku, yakni:

a. Tingginya susunan bahasa yang dipakai penulis untuk mengungkapkan isi. Seperti kebanyakan buku-buku klasik yang ditulis oleh para ulama masa lampau yang mulia.

b. Tidak memahami istilah yang diulang-ulang dalam buku itu, sehingga terjadi pertentangan antara pemahaman dan bacaan.

c. Cepat bosan, kurang sabar, dan tidak betah duduk sebagaimana yang dituntut dalam membaca. Fenomena ini sangat tampak pada orang-orang lapngan yang suka berpergian, jalan-jalan, gerakan fisik dan tidak kuat duduk di satu tempat dalam waktu yang lama.

d. Tidak mengetahui nilai membaca dan keutamaannya. Manusia adalah musuh dari apa yang tidak diketahuinya.

e. Pikiran menerawang dan tidak konsentrasi. Ini adalah problem yang banyak

dikeluhkan oleh para pembaca, dimana sering mereka berkata “Kami sudah selesai

membaca satu halaman, akan tetapi tidak memahami apa-apa”. Menurut kami, hal -hal semacam itu terjadi dikarenakan pikiran mereka melayang dan tidak konsentrasi.

f. Karena cita-cita yang rendah dan rela kepada cita-cita rendah tersebut, seakan-akan dia diciptakan hanya untuk makan, minum, dan tidur. Dia tidak mengetahui


(35)

buku-buku kecuali hanya bentuknya, tidak memahami bacaan kecuali hanya lewat begitu saja.

g. Panjangnya pembahasan atau judul kajian

h. Salah memulai, yaitu membaca buku-buku klasik dalam bidang tertentu sebelum membaca buku-buku yang mudah atau dasar.

i. Tidak adanya teman yang memberikan semangat kepada sesama temannya untuk membaca, atau malahan adanya teman-teman yang menghalanginya untuk belajar ilmu.

j. Mengubah gizi dengan lemak atau sibuk membaca buku-buku yang membahayakan seperti majalah-majalah yang tidak ada manfaatnya.

k. Tidak adanya dorongan dari masyarakat untuk membaca dan keterbatasan pelajar dalam membaca hanya pada buku-buku wajib saja.

l. Keliru meminta nasihat atau meminta nasihat kepada orang yang bukan ahlinya. m. Tidak memakai kaidah bahasa dan minimnya kemampuan dalam memahami

kalimat-kalimatnya serta kurangnya pengetahuan tentang susunan kalimat yang mengandung makna kiasan.

n. Sibuk dengan dunia hiburan seperti menonton film, drama, sinetron, aktifitas yang menghabiskan waktu, mengikuti lomba-lomba olahraga secara berlebihan, bermain kartu, dan duduk-duduk yang tidak ada gunanya.

Dari daftar di atas, tampak berbagai permasalahan nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari mengenai hambatan-hambatan untuk melakukan aktifitas


(36)

membaca. Hal ini tentu harus segera diubah paradigma orang-orang atau pelajar, sehingga budaya membaca semakin terbangun.

Faktor pendukung pembentukan budaya baca juga turut ikut andil dalam memengaruhi kecepatan membaca. Berikut ini beberapa faktor yang memengaruhi membaca khususnya dalam kecepatan membaca menurut Widiatmoko (2011: 28):

a. Pengalaman

Membaca adalah hal yang kompleks, yang membutuhkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah. Dalam membaca, orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati dan mengingat-ingat.

b. Bahasa

Bahasa sangatlah berperan penting dalam suatu bacaan. Contoh, bila Anda membaca buku atau majalah yang tulisannya menggunakan bahasa-bahasa asing, misalnya bahasa Inggris, Perancis, Italia, dan sebagainya, apa yang terjadi?

c. Metode

Satu lagi yang perlu dijadikan modal dalam membaca yaitu metode membaca. Tanpa menggunakan metode, membaca satu buah buku akan memakan waktu yang lama untuk menghabiskannya, bisa seharian, mingguan, atau bahkan sampai berganti bulan.


(37)

d. Tujuan

Dan yang paling penting dalam modal membaca adalah tujuan dari membaca. Apa yang menjadi tujuan Anda untuk membaca buku ini atau sebuah buku tertentu.

Beberapa faktor di atas menandakan bahwa dalam kegiatan membaca, calon pembaca harus memperhatikan berbagai aspek penting dalam menunjang aktifitas membaca tersebut. Seperti suatu pengalaman membaca, sebagai pembaca akan merasakan kesulitan ketika harus mencerna isi bacaan, bila pengalaman membaca belum ada. Di sisi lain, yakni mengenai bahasa, sebagai aspek komunikasi, bahasa memegang peran penting dalam kegiatan membaca. Hal ini tampak ketika pembaca menemukan istilah-istiah asing, baik istilah latin maupun bahasa asing, sehingga kecepatan membaca dan pemahaman mengenai isi bacaan akan rendah. Kemudian metode yang digunakan untuk membaca juga berperan penting dalam meningkatkan kecepatan dan keefektifan dalam membaca, semisal membaca tanpa metode-metode membaca, pembaca akan mengalami ketidakefektifan membaca, mulai dari tenaga, konsentrasi, dan waktu. Hal ini membutuhkan pengetahuan mengenai metode-metode membaca yang kini telah semakin berkembang. Kemudian pada aspek tujuan membaca, pembaca harus memiliki suatu tujuan mengapa Ia harus membaca buku tersebut, sehingga akan memudahkan pembaca untuk menyelesaikan bacaan dan memahami isi bacaan dengan cepat.


(38)

2.2.5 Tes Kemampuan Membaca Pemahaman

Tes merupakan aktivitas untuk mengukur seberapa tinggikah level kemampuan sample, berupa soal dan menghasilkan angka-angka. Hal ini didukung oleh Nurgiyantoro (2010: 7) bahwa Tes merupakan sebuah instrument atau prosedur yang sistematis untuk mengukur suatu sampel tingkah laku, misalnya untuk menjawab

pertanyaan “seberapa baik (tinggi) kinerja seseorang” yang jawabnya berupa angka.

Tes sendiri terdapat berbagai macam, tes uraian, tes objektif, tes uraian objektif, serta tes lisan dan kinerja.

Menurut Tampubolon (1990: 7) kemampuan membaca ialah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan. Dari pernyataan tersebut, dapat dimaknai bila suatu kemampuan membaca individu dapat diamati melalui kecepatan dan juga pemahaman isi bacaan yang telah dibaca. Semakin cepat dan semakin paham mengenai isi bacaan, maka pembaca memiliki kemampuan membaca yang bagus. Sebaliknya, bila kecepatan dan pemahaman mengenai isi bacaannya lambat atau rendah, maka kemampuan membaca pembaca tersebut buruk. Kemampuan membaca sejatinya dapat dilihat dari pemahaman pembaca mengenai informasi di dalam wacana atau bacaan yang dibaca. Secara koginitif, kemampuan membaca individu dapat diamati dari tingkatannya. Hal ini mengacu pada tingkatan membaca dalam penerapan teori Bloom, yakni C1 (tingkatan mengingat), C2 (tingkatan pemahaman), C3 (tingkatan penerapan), C4 (tingkatan analisis), C5 (tingkatan sintesis), dan C6 (tingkatan evaluasi). Setelah mengetahui pengertian tes dan kemampuan membaca, maka dapat dipahami bahwa tes kemampuan membaca adalah aktivitas mencari tingkat


(39)

atau level kemampuan membaca dari seseorang melalui pertanyaan. Melalui tes, kemampuan membaca seseorang dapat diketahui tingkatan atau levelnya, apakah sebatas mengingat, memahami, penerapan, menganalisis, sintesis, atau bahkan tahap evaluasi.

2.2.6 Strategi Pengembangan Budaya Baca

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Strategi memiliki arti cara yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Hal ini dapat dimaknai sebagai sesuatu cara yang terencana dan sistematis guna mencapai tujuan yang akan dicapai. Bila dihubungkan dengan kegiatan membaca tentu tujuan utama pembaca adalah memahami isi atau informasi yang terdapat dalam bacaan. Akan tetapi, tujuan-tujuan yang hendak dicapai mengalami hambatan apabila pembaca kurang memiliki minat atau motivasi untuk membaca.

Pada dasarnya individu memiliki kemampuan untuk membaca, akan tetapi belum menjadi sebuah budaya bagi individu tersebut. Berbagai faktor-faktor menjadi penyebab budaya baca menjadi rendah di kalangan masyarakat seperti telah dijelaskan pada bab 1. Menurut Putra (2008: 107) dalam Sareb (2008) Budaya baca tidaklah linear, yang diawali dari seseorang mulai mengenal huruf dan dapat membaca, sampai jadi kutu buku, dan hingga Ia merasa buku benar-benar menjadi bagian dari kehidupannya. Dari pernyataan tersebut, budaya baca tidaklah lahir dari awal seseorang dapat membaca, melainkan pada momentum tertentu seseorang mulai


(40)

tertarik dan menyukai aktivitas untuk membaca. Budaya membaca juga mengalami proses dan waktu yang sangat lama.

Setiap individu memiliki teknik yang berbeda dalam membaca, ada yang hanya membaca awal paragrafnya saja, ada yang membaca inti wacananya saja tanpa membaca keseluruhan teks, dan ada yang membaca keseluruhan teks beserta menyiapkan pertanyaan-pertanyaan isi bacaan yang hendak dibaca. Berikut adalah macam-macam teknik membaca:

a. SQ3R

SQ3R merupakan singkatan dari Survey, Question, Read, Recite/ Recall, Review, teknik tersebut dikemukakan oleh Francis P. Robinson tahun 1941. Menurut Tarigan (1994: 35) metode SQ3R merupakan suatu rencana membaca yang terdiri atas mensurvei isi, membuat pertanyaan, membaca isi, menceritakan isi bacaan dan meninjau kembali bacaam. SQ3R terdiri urutan atau langkah-langkah Survey, Question, Read, Recite/ Recall, Review dalam membaca, yakni sebelum membaca pembaca melakukan survei pada bacaan yang akan dibaca, tujuannya untuk menemukan gagasan secara umum yang akan dibaca. Survei atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi dan ihktisar umum yang akan dibaca (Soedarso, 2000: 60). Survei dilakukan untuk mempercepat menangkap arti, mendapat abstrak, mengetahui ide-ide yang penting, melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut, mendapatkan minat


(41)

perhatian yang saksama terhadap bacaan, dan memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah.

Seiring dengan survei, pembaca membuat pertanyaan-pertanyaan atau question mengenai isi bacaan yang disurvei. Bersamaan pada saat survei, ajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya tentang isi bacaan itu, dengan mengubah judul dan subjudul serta sub dari subjudul menjadi suatu pertanyaan. Gunakan kata-kata siapa, apa, kapan, di mana, atau mengapa (Soedarso, 2000: 63). Hal itu akan membantu pembaca untuk lebih aktif dan lebih mudah dalam memahami isi bacaan secara sistematis.

Pada tahap selanjutnya, Pembaca baru melakukan aktivitas membaca atau read. Pembaca akan digiring dalam pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya, sehingga pembaca akan secara cepat menemukan gagasan yang diungkapkan oleh bacaan tersebut. Menurut Soedarso (2000: 63) pada tahap ini (read) konsentrasikan pada penguasaan ide pokok serta detail yang penting, yang mendukung ide pokok. Beberapa hal yang jangan dilakukan pada tahap membaca ini adalah jangan membuat catatan-catatan, hal ini akan memperlambat dalam membaca dan jangan membuat tanda-tanda seperti garis bawah pada kata maupun frasa tertentu, hal ini dapat membuat pembaca selesai membaca merasa terjadi kekeliruan dalam menandai.

Tahap selanjutnya adalah Recite atau Recall, pada tahap ini pembaca akan mengutarakan bahasan-bahasan yang telah dibaca berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat. Menurut Soedarso (2000: 64) tahap mengutarakan kembali hal-hal penting itu jangan dilewatkan agar tidak mudah dilupakan. Dari pertanyaan tersebut juga didukung mengenai aktivitas mengulang kembali membaca, Soedarso


(42)

menambahkan bahwa menyediakan waktu setengah dari waktu membaca kembali sangat penting pada tahap ini.

Tahap terakhir dalam teknik SQ3R ini adalah tahap review atau menelusuri ulang bagian-bagian penting dalam bacaan. Tahap ini selain membantu daya ingat dan memperjelas pemahaman juga untuk mendapatkan hal-hal penting yang barangkali terlewati sebelumnya (Soedarso 2000: 64). Hal ini merupakan bagian pembaca mengulas ulang bahkan menelusuri ulang bacaan untuk mengonfirmasi info yang didapat sekaligus mengoreksi apakah info atau ide-ide dalam bacaan telah didapatkan secara lengkap.

b. Skimming

Menurut Soedarso (2000: 88) Skimming adalah mencari hal-hal yang penting dari bacaan itu, yaitu ide pokok dan detail yang penting yang dalam hal ini tidak selalu di permukaan (awal) tetapi terkadang di tengah atau di dasar (bagian akhir). Teknik skimming ini mengutamakan keefisienan dalam membaca, karena hanya berpusat mencari gagasan-gagsan penting dalam membaca. Secara umum, Soedarso (2000: 88) membagi beberapa tujuan dari teknik skimming ini, yaitu (1) untuk mengenali topik bacaan, biasanya skimming untuk melihat bahan yang akan dibaca, sekadar untuk memilih artikel di majalah atau surat kabar; (2) untuk mengetahui pendapat orang (opini), di sini pembaca biasanya langsung mencari di paragraf awal atau akhir saja, karena opini sudah jelas masalahnya dan biasanya gagasan penulis berada di awal atau akhir paragraf; (3) untuk mendapatkan bagian penting yang kita perlukan tanpa


(43)

membaca seluruhnya. Di sini pembaca melihat semua bahan tersebut untuk memilih ide yang bagus, tetapi tidak membaca secara lengkap; (4) untuk mengetahui organisasi penulisan, urutan ide pokok dan cara semua itu disusun dalam kesatuan pikiran dan mencari hubungan antarbagian bacaan itu. Hal ini sama seperti proses survey dalam SQ3R yakni memilih bahan yang perlu dipelajari dan diingat; (5) untuk penyegaran apa yang pernah dibaca, tahap ini seperti pada tahap review dalam SQ3R yakni meninjau kembali bacaan yang telah diinvestigasi gagasan-gagasan pentingnya.

c. Scanning

Scanning adalah suatu teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi tanpa membaca yang lain-lain; jadi langsung ke masalah yang dicari, yaitu fakta khusus dan informasi tertentu (Soedarso, 2000: 89). Aktivitas scanning biasanya digunakan dalam mencari nomor telepon, mencari kata pada kamus, mencari entri pada indeks, mencari angka-angka statistik, melihat acara siaran TV, dan melihat daftar perjalanan. Teknik scanning lebih mengutamakan pada kecepatan dalam menemukan informasi.

d. Menggaris-bawahi

Teknik ini menggabungkan beberapa aktifitas membaca, yakni membaca sendiri dan aktifitas fisik berupa menggaris bawahi tulisan yang dibaca. Tujuan dari teknik ini adalah ketika akan membaca yang kedua atau ketiga akan mudah


(44)

menemukan gagasan/ ide pokok tulisan. Didukung oleh Nuriadi (2008: 78) Ketika Anda membaca kedua atau ketiga kalinya Anda sudah mampu menentukan bagian-bagian mana saja yang seharusnya Anda baca dan pelajari. Hal itu memanfaatkan aktifitas pembaca membaca pertama kali suatu bacaan dengan menggaris bawahi kata kunci dalam bacaan tersebut. Langkah-langkah menggarisbawahi diawali dengan membaca dahulu, lalu menggarisbawahi, kemudian menebalkan bagian heading, setelah membaca seluruh bagian bacaan, lalu kembali lagi membaca dan mencoba menggaris bawahi bagian-bagian yang dianggap penting. Nuriadi (2008:81) menambahkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggaris bawahi, yakni (1) garis bawahi secara proporsional saja; (2) garis bawahi dengan konsisten; (3) garis bawahi secara akurat; dan (4) hal yang digaris bawahi benar-benar menggambarkan isi dari teks bacaan.

e. P2R

Wainwright (2007: 79) menyatakan bahwa teknik P2R digunakan oleh sebagian besar pembaca cepat dan efisien. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam teknik membaca P2R,

1) Preview- membaca sepintas lalu untuk mengenali struktur bacaan, pokok-pokok pikiran, relevansi, dsb.

2) Read- membaca secepat mungkin sesuai dengan tujuan dan materi bacaan.

3) Review- membaca sepintas lalu untuk memastikan tidak ada yang terlewatkan dan/atau untuk memperkuat pokok-pokok pikiran yang harus diingat.


(45)

Teknik P2R merupakan teknik yang fleksibel dan tidak kaku. Pembaca dapat melakukan langkah-langkah tersebut secara berurutan maupun menghilangkan langkah kedua, yakni read. Pada dasarnya teknik ini menonjolkan sikap membaca pada struktur bacaan, pokok-pokok pikiran dan relevansinya atau preview kemudian melakukan review aktivitas pengecekan ulang bacaan.

f. S-D4

Berikut adalah langkah-langkah teknik S-D4:

1) Survei, membaca sepintas lalu dengan cepat untuk mengidentifikasi struktur dan pokok-pokok pikiran utama bacaan tersebut.

2) Decide, memutuskan untuk melakukan salah satu hal berikut: a) Skip, artinya mengabaikan atau sama sekali tidak membacanya

b) Membaca sepintas lalu, mungkin dengan kecepatan yang lebih lambat daripada biasanya.

c) Membaca dengan kecepatan wajar

d) Mempelajari materi bacaan. (Wainwright, 2007:80)

g. PACER

Teknik membaca selanjutnya adalah PACER. Taknik ini mirip dengan P2R, namun langkah-langkahnya lebih banyak, yakni:


(46)

1) Preview (meninjau)- seperti penjelasan sebelumnya. Membaca sepintas lalu untuk mengenal struktur bacaan pokok-pokok pikiran, relevansi, dsb.

2) Assess (menaksir)- tujuan membaca dan materi bacaan

3) Choose (mempercepat)-peringatan untuk meningkatkan kembali kecepatan membaca setelah tertahan bagian yang sulit.

4) Review (meninjau ulang) seperti penjelasan sebelumnya. Membaca sepintas untuk memastikan tidak ada yang terlewatkan dan/atau untuk memperkuat pokok-pokok pikiran yang harus diingat.

h. Teknik MURDER

Teknik MURDER adalah suatu strategi belajar yang diambil dari buku karya Bob

Nelson “The Complete Problem Solver”. Teknik MURDER terdiri atas (1) Mood, yakni

membahas mengenai suasana hati. Pada aspek ini berkonsentrasi tentang kondisi hati seseorang untuk melakukan suatu aktivitas seperti belajar atau dikhususkan membaca. (2) Understand (pemahaman) menurut kamus besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pemahaman adalah mengerti benar atau mengetahui benar. (3) Recall (pengulangan), mengulang adalah usaha aktif untuk memasukkan informasi ke dalam ingatan jangka panjang. (4) Digest (Penelaahan), keberhasilan suatu proses pengajaran diukur sejauh mana pembelajar dapat menguasai materi yang disampaikan oleh pengajar. (5) Expand (Pengembangan), melalui pengembangan diharapkan lebih banyak mengetahui tentang hal-hal yang berhubungan


(47)

dengan materi. (6) Review (pelajari kembali), materi kembali dipelajari. Proses tersebut akan berlangsung dengan efektif apabila informasi yang dipelajari dapat diingat dengan baik dan terhindar lupa. (http://id.scribd.com/doc/, dikutip pada pukul 06:08 WIB, tanggal 25 Januari 2016)

2.3 Kerangka Berpikir

Bagan kerangka penelitian

Membaca pemahaman adalah suatu keterampilan membaca intensif, selain memahami tulisan, pembaca juga harus mampu memprediksi dan mengritisi suatu tulisan. Hal itu tentu tidak mudah untuk dilakukan, banyak pelajar dan mahasiswa yang belum mencapai tataran tersebut. Maka dari itu, dalam menjawab rumusan masalah

Budaya Membaca

Tes Kemampuan Membaca Pemahaman

Angket Faktor pendukung pembentukan

budaya baca Pemahaman Kemampuan Membaca

Pemahaman

Strategi Pengembangan Budaya Membaca Melalui Membaca


(48)

mengenai faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman mahasiswa PBSI semester V Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dibutuhkan angket faktor pendukung pembentukan budaya baca pemahaman dan tes membaca pemahaman. Angket faktor pendukung pembentukan budaya baca pemahaman berisi pernyataan-pernyataan mengenai faktor yang mempengaruhi tinggi atau rendanhya minat membaca para mahasiswa PBSI semester V Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Hal tersebut berkaitan mengenai faktor internal dan faktor eksternal dari kehidupan sehari-hari responden. Setelah mengisi angket faktor kemampuan membaca pemahaman, para responden akan mengerjakan tes kemampuan membaca pemahaman, dalam tes tersebut berisi soal pilihan ganda yang akan mengukur tingkat kemampuan membaca para mahasiswa PBSI semester V Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Setelah mendapatkan hasil angket faktor kemampuan membaca pemahaman dan jawaban tes kemampuan membaca pemahaman, maka peneliti akan mengorelasikan kedua tes tersebut. Hal itu dilakukan untuk mengetahui apa saja faktor kemampuan membaca pemahaman yang dialami oleh mahasiswa PBSI berkaitan dengan tinggi atau rendanhya kemampuan membaca pemahaman mereka. Setelah mendapatkan hasil dari angket dan tes kemampuan membaca pemahaman, peneliti akan mengembangkan teknik budaya membaca melalui membaca pemahaman bagi mahasiswa PBSI semester V Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.


(49)

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini, peneliti memaparkan mengenai (1) jenis penelitian, (2) subjek penelitian, (3) teknik pengumpulan data, (4) instrumen penelitian, dan (5) analisis data penelitian, kelima hal tersebut diuraikan sebagai berikut:

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini mempelajari kasus-kasus yang terdapat di masyarakat beserta situasi-situasi penyebabnya baik dari sikap, pandangan, dan proses yang sedang berlangsung. Hal ini didukung oleh Whitney (1960) dalam buku M. Nazir (2005:54) bahwa penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Menurut Mudrajat Kuncoro (2003: 8), penelitian deskriptif ialah penelitian yang berusaha mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan subjek penelitian untuk kemudian diuji guna menjawab pertanyaan mengenai kondisi nyata dari subjek penelitian tersebut. Pernyataan tersebut sama dengan tujuan dari penelitian ini, dimana


(50)

peneliti mengumpulkan data-data dari responden atau subjek guna menjawab pertanyaan kasus yang terjadi terhadap subjek.

Alasan peneliti menggunakan penelitian jenis deskriptif adalah kemutakhiran dan sumbangsih yang banyak terhadap ilmu pengetahuan, sehingga penelitian ini dapat membantu mengidentifikasi berbagai faktor-faktor dan informasi dalam suatu kondisi kelompok masyarakat. Alasan ini didukung oleh Sevilla (1993: 73) yang menyatakan bahwa metode deskriptif banyak memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan melalui pemberian informasi keadaan mutakhir dan dapat membantu kita dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang berguna untuk pelaksanaan percobaan.

3.2Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah para mahasiswa PBSI (Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia) semester V Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta beralamat di Mrican Tromolpos 29 Yogyakarta 55022. Waktu pelaksanaan penelitian akan dilakukan pada hari Jum’at, 9 Oktober 2015. Penelitian ini akan dimulai dengan memberikan tes kemampuan membaca pemahaman, kemudian akan diberikan angket faktor pendukung budaya baca kepada responden.


(51)

3.3Teknik Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian dibutuhkan data sebagai bukti yang akurat. Oleh karena itu dibutuhkan teknik pengumpulan data berupa tes dan nontes. Adapun penjabarannya sebagai berikut:

3.3.1 Tes

Tes “hanyalah” merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi

(kemampuan) tentang responden (Nurgiantoro, 2010:6). Gronlund dalam (Nurgiantoro, 2010:6-7) mengatakan bahwa tes merupakan sebuah instrumen atau prosedur yang sistematis untuk mengukur suatu sampel tingkah laku, misalnya untuk

menjawab pertanyaan “seberapa baik (tinggi) kinerja seseorang” yang jawabanya

berupa angka. Menurut Arikunto dalam (Sunendar dan Iskandar wassid, 2008:179) tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.

3.3.2 Nontes

Pada teknik pengumpulan data berupa Nontes berikut berupa kuisioner dan dokumentatif. Kuisioner adalah suatu alat pengumpulan informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab secara tertulis pula oleh responden (Margono, 2007:167). Kuisinoner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan


(52)

tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variable yang akan diukur dan tahu apa yang dapat diharapkan dari responden. Selain itu kuisioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuisioner dapat berupa pertanyaan /pernyataan tertutup dan terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet (Sugiyono, 2010:199). Penelitian ini, menggunakan teknik pengumpulan data kuisioner untuk mengetahui sejauh mana budaya baca mahasiswa dan tingkat keterbacaan yang sesuai dengan mahasiswa. Kuisioner ini akan disebarkan ke sejumlah mahasiswa semester V PBSI angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Selain kuisioner, peneliti juga akan menggunakan metode dokumentatif. Secara harafiah, menurut Sugiyono (2007: 82) dalam Ghony (2014: 199) bahwa dokumen merupakan setiap bahan tertulis atau film yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang peneliti sedang record ialah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa. Apabila hal tersebut diperinci lagi, yakni metode pengumpulan data dokumentatif juga sering disebut dengan studi dokumentasi. Menurut Hasan (2002: 87) studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui dokumen. Metode dokumentatif berarti salah satu cara yang peneliti gunakan untuk menganalisis strateg-strategi membaca yang sudah ada dari hasil para pakar. Oleh karena itu, nanti akan dilakukan studi dokumentatif strategi-strategi membaca.


(53)

3.4Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua instrumen, yakni tes dan nontes. Instrumen tes digunakan oleh peneliti untuk mengukur kemampuan membaca pemahaman mahasiswa, sedangkan instrumen nontes berupa angket faktor pendukung budaya baca untuk mengetahui sikap mahasiswa terhadap aktivitas membaca. Oleh karena itu dalam hal ini akan dijabarkan instrumen penelitian sebagai berikut.

3.4.1 Tes

Tes yang diberikan kepada para responden adalah tes kemampuan membaca pemahaman yang berupa pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban pilihan ganda. Jumlah butir soal yang dihadirkan berjumlah 42 soal dan akan dikerjakan oleh 82 responden. Pedoman pembuatan soal tes kemampuan membaca pemahaman terdapat pada lampiran 2

3.4.2 Angket

Angket digunakan oleh peneliti berisi pernyataan-pernyataan tertulis yang ditujukan kepada responden. Angket menurut Nurgiyantoro (2010: 91) adalah serangkaian pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada peserta didik (dalam penelitian: responden) mengenai masalah-masalah tertentu, yang bertujuan untuk mendapat tanggapan dari peserta didik (responden) tersebut. Angket penelitian ini terdapat 100 pernyataan yang dijawab oleh 66 responden. Adapun ketentuannya terdapat pada lampiran 2.


(54)

3.5Analisis Data Penelitian

Analisis data ini akan digunakan untuk menganalisis data penelitian yang telah didapat melalui data angket Faktor pendukung budaya baca pemahaman dan data tes kemampuan membaca pemahaman.

3.5.1 Analisis Data Angket Faktor pendukung budaya baca

Pada tahap analisis data angket Faktor pendukung budaya baca, peneliti akan menggunakan skala Likert. Menurut Riduwan (2002:15) untuk dapat menginterpretasi hasil nilai faktor membaca maka perlu mencari total skor angket skor faktor membaca dengan rumus :

T x Pn

T = Total jumlah responden yang memilih Pn = Pilihan angka skor Likert

Apabila total skor telah diketahui, selanjutnya adalah tahap interpretasi skor perhitungan. Akan tetapi sebelum tahap interpretasi skor perhitungan, harus menentukan skor ideal (X) dan skor rendah (Y). Berikut ini rumus menentukan penilaiannya: Skor ideal (X) = skor tertinggi Likert x jumlah responden


(55)

Setelah menentukan skor ideal dan skor rendah, agar memudahkan dalam menginterpretasi hasil nilai faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca mahasiswa diperlukan rumus index %, yaitu menggunakan rumus :

Index % = o a o

o i a x 100

Sebelum pada langkah menginterpretasi, peneliti harus mengetahui interval dan interpretasi persen agar mengetahui penilaian dengan metode mencari interval skor persen ( I ). Berikut ini adalah rumus menentukan interval ( I ) :

I =

5 = 20

Setelah mengetahui Interval skor, maka dapat dibuat tabel kategori interpretasi berdasarkan skor faktor pendukung budaya baca:

Tabel 3.3 Kategori Faktor Membaca

Rentang Skor Kategori

81 % - 100 % Sangat Tinggi 61 % - 80 % Tinggi

41 % - 60 % Cukup 21 % - 40 % Rendah 0 % - 20 % Rendah Sekali I =


(56)

3.5.2 Analisis Data Tes Kemampuan Membaca Pemahaman

Agar dapat mengetahui hasil tes kemampuan membaca pemahaman para responden, peneliti akan melakukan penilaian dengan memberikan skor satu (1) bila jawaban responden benar dan skor nol (0) untuk jawaban responden yang salah. Jumlah jawaban yang benar dalam satu tes setiap responden menjadi jumlah nilai keseluruhan. Setelah mengetahui nilai masing-masing responden, selanjutnya menghitung rata-rata (mean) menurut rumus Nurgiyantoro (2012: 219) di bawah ini:

X

=

∑�

Keterangan

:

X

= Rata-rata (mean) Dicari

∑x = Jumlah skor seluruh responden 1772

N = Jumlah responden 82

a. Penghitungan rata-rata (mean)

X

=

∑�

X

=

= 21, 60

X

= 21


(57)

Setelah mengetahui nilai rata-rata mahasiswa, peneliti melakukan perhitungan indeks tingkat kesulitan (ITK) butir soal dengan rumus jawaban benar dibagi jumlah responden. Adapun rumus ITK (Nurgiyantoro, 2012:196):

ITK = ��

ITK = Indeks tingkat kesulitan yang dicari FK = Jumlah jawaban benar

N = Jumlah responden

Menurut Oller (dalam Nurgiyantoro, 2012:195) semua butir soal dinyatakan layak jika indeks tingkat kesulitannya berkisar antara 0,15 sampai dengan 0,85. Akan tetapi, rentangan pada interval tersebut masih terlalu luas, sehingga indeks 0,15 sampai dengan 0,85 masih terlihat jelas sulit dan mudah. Maka dari itu, ITK yang dapat ditoleransi adalah berkisar 0,20 sampai dengan 0,80. ITK 0 – 20 adalah butir soal yang berkategori sangat sulit, selanjutnya 0,21 – 0,40 adalah butir soal yang berkategori sulit, selanjutnya 0,41 – 0,60 berkategori sedang, dan 0,61 – 0,80 berkategori mudah, dan 0,81 – 0,100 termasuk dalam kategori sangat mudah.

b. Penentuan Kriteria Dengan Penghitungan Persentase Untuk Skala Empat

Setelah mengetahui persentase setiap aspek membaca pamahaman dalam soal tes kemampuan membaca pemahaman. Selanjutnya adalah penentuan kriteria dengan penghitungan persentase untuk skala empat. Penghitungan tersebut menggunakan teori dari Burhan Nurgiyantoro responden dengan persentase (2010: 253). Pada tahap ini,


(58)

akan dilakukan penghitungan persentase tingkat penguasaan terlebih dahulu, yakni dengan rumus berikut, (skor responden : Jumlah Soal) x 100% . Kemudian hasil tersebut akan dimasukkan dalam interval persentase tingkat penguasaan sesuai dengan hasil yang diperoleh.

Tabel 3.4 Penentuan Kriteria dengan Penghitungan Persentase untuk Skala Empat

Interval Persentase Tingkat Penguasaan (%)

Nilai Ubahan Skala Empat

Keterangan 1 - 4 D - A

86 - 100 4 A Sangat Baik

76 - 85 3 B Baik

56 – 74 2 C Sedang

10 - 55 1 D Kurang

3.5.3 Uji Coba Terpakai

Uji coba terpakai dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan tersebut benar-benar sahih dan handal (valid dan reliabel) yaitu sejauh mana suatu alat ukur mampu memberikan hasil pengukuran yang konsistensi dalam waktu dan tempat yang berbeda juga untuk melihat sampai sejauh mana responden dapat memahami butir-butir pertanyaan. Penelitian ini menggunakan uji coba terpakai, sehingga responden uji coba termasuk dalam penelitian sesungguhnya. Senada dengan Hadi (200:97) dalam Lestyana (2012: 51) bahwa try out atau uji coba terpakai hasil uji cobanya langsung digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dan tentu saja hanya


(59)

data dari butir-butir yang sahih saja yang dianalisis. Berdasarkan hasil perhitungan ITK itulah diketahui butir soal mana saja yang layak (valid dan reliabel) dan butir soal mana yang tidak digunakan.


(60)

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 09 Oktober 2015 bertempat di Kampus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Mrican Tromolpos 29, Yogyakarta. Ruang penelitian dilaksanakan di ruang K.22 pada pukul 07.00 WIB – 11.00 WIB. Subjek penelitian ini adalah para mahasiswa semester V kelas A dan B Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia angkatan 2013. Jumlah total mahasiswa kelas A dan B berjumlah 98 mahasiswa. Akan tetapi hanya 82 mahasiswa yang hadir, sehingga sebanyak 82 mahasiswa yang menjadi responden penelitian ini.

Para responden diberikan 2 paket yang berisi soal tes kemampuan membaca pemahaman dan angket faktor pendukung pembentukan budaya baca. Pada sesi pertama, para responden diberikan soal tes membaca pemahaman yang terdiri atas 42 soal pilihan ganda untuk dikerjakan di kelas dalam waktu 2x60 menit. Setelah selesai mengerjakan tes kemampuan membaca pemahaman, para responden diberikan angket faktor pendukung pembentukan budaya baca yang terdiri atas 100 pernyataan untuk diisi di rumah atau kos responden. Angket tersebut dikumpulkan pada hari Senin atau


(61)

Selasa, namun hanya 66 responden yang mengembalikan angket faktor pendukung pembentukan budaya baca kepada peneliti.

4.2 Analisis Data

Analisis data ini akan fokus pada analisis hasil tes kemampuan membaca pemahaman dan hasil angket faktor pendukung pembentukan budaya baca. Berikut rincian analisis data tersebut.

4

.2.1 Analisis Data Tes Kemampuan Membaca Pemahaman

Sebelum masuk dalam analisis data tes kemampuan pemahaman, akan dipaparkan hasil penghitungan indeks tingkat kesulitan untuk mengetahui layak atau tidak layaknya butir soal. Maka dari itu, berikut indikator sulit, sedang, sulit seperti dalam tabel:

Tabel 4. 1 Indeks Tingkat Kesulitan Kategori Rentang Indeks Sangat Sulit 0 – 0,20

Sulit 0, 21 – 0,40

Sedang 0,41 – 0,60

Mudah 0, 61 – 0, 80 Sangat Mudah 0, 81 – 1,00


(62)

Setelah dilakukan penghitungan indeks tingkat kesulitan, maka didapatkan butir-butir soal yang layak dan tidak layak seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 4. 2 Hasil Indeks Tingkat Kesulitan

Kategori Rentang Indeks

Butir Soal

Sangat Sulit 0 – 0,20 5,8,32,37

Sulit 0, 21 – 0,40 2,7,9,13,18,22,26,28,34,36,38 Sedang 0,41 – 0,60 4,12,21,23,24,25,27,35,39 Mudah 0, 61 – 0, 80

3,6,10,11,14,15,16,17,19,20,29,31, 33,40,41

Sangat Mudah 0, 81 – 1,00 1,30,42

Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat kesulitan tiap butir soal berbeda-beda. Oller (dalam Nurgiyantoro, 2012:195) mengatakan bahwa soal yang dianggap layak adalah soal dengan rentangan skala 0,15 – 0,80, namun skala tersebut masih dianggap sulit. Oleh karena itu, peneliti memerlukan toleransi untuk tingkat kesulitan soal, yakni soal yang dianggap layak adalah soal dengan rentang skala 0,21 – 0,80. Butir soal yang berada dalam kategori sangat sulit adalah 5, 8, 32, dan 37. Butir soal yang berkategori sangat mudah adalah 1, 30, dan 42. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat 7 butir soal termasuk dalam kategori tidak layak, sedangkan 35 butir soal dinyatakan layak.


(63)

Tes kemampuan membaca pemahaman ini terdiri atas 42 soal pilihan ganda. Soal-soal tersebut terdiri atas 6 aspek membaca pemahaman, yakni (1) menangkap arti kata istilah, (2) kemampuan menangkap makna tersurat, (3) kemampuan menangkap makna tersirat, (4) kemampuan menyimpulkan, (5) kemampuan memprediksi, (6) kemampuan mengevaluasi.

4.2.1.1Menangkap Arti Kata Istilah

Kemampuan membaca pemahaman memiliki aspek menangkap arti kata istilah dalam suatu bacaan. Berikut tabel dan penjelasan mengenai aspek menangkap arti kata istilah dalam soal tes kemampuan membaca pemahaman.

Tabel 4.3 Hasil Tes Kemampuan Aspek Menangkap arti kata istilah

Aspek No.

Soal

Jumlah Jawaban

Benar

Persentase

Jumlah Jawaban

Salah

Persentase Jumlah

Responden

Menangkap arti kata/

istilah

1 66 80,49 % 16 19,51 %

82

2 31 37,81 % 51 62,19 %

3 97 59,14 % 67 40,86 % 164

Sebanyak 82 responden mengikuti tes kemampuan membaca pemahaman yang berjumlah 42 butir soal. Tes kemampuan membaca pemahaman tersebut berbentuk


(64)

pilihan ganda yang mengandung 6 aspek kemampuan membaca pemahaman. Aspek menangkap arti kata/istilah terdapat 2 butir soal, yakni butir soal nomor 1 dan butir soal nomor 2. Pada butir soal nomor 1, para responden berhasil menjawab soal sejumlah 66 responden dengan persentase 80,48% jawaban benar dan 16 responden dengan persentase 19,52% soal lainnya jawaban salah. Akan tetapi, pada soal nomor 2, para responden tidak dapat mempertahankan hasil yang baik, karena hanya 31 responden dengan persentase 37,80% jawaban benar dan sebanyak 51 responden dengan persentase 62,20% jawaban salah. Hal tersebut belum dapat dijadikan acuan secara menyeluruh dari aspek kemampuan menangkap arti kata istilah. Akan tetapi, dari kalkulasi 2 butir soal tes kemampuan membaca pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan menangkap arti kata istilah, para responden dinilai memiliki kemampuan yang cukup.

4.2.1.2Menangkap Makna Tersurat

Aspek kemampuan membaca selanjutnya adalah menangkap makna tersurat dalam suatu bacaan. Berikut tabel dan penjelasan mengenai aspek menangkap makna tersurat dalam soal tes kemampuan membaca pemahaman.


(65)

Tabel 4.4 Hasil Kemampuan Menangkap Makna Tersurat

Aspek No. Soal

Jumlah Jawaban

Benar

Persentase

Jumlah Jawaban

Salah

Persentase Jumlah Responden

Menangkap Makna Tersurat

3 65 79,26 % 17 20,74 %

82

4 39 47,57 % 43 52,43 %

6 56 68,29 % 26 31,71 %

7 23 28,05 % 59 71,95 %

8 15 18,30 % 67 81,70 %

19 53 64,63 % 29 35,37 %

22 33 40,25 % 49 59,75 %

33 54 65,85 % 28 34,15 %

34 33 40,25 % 49 59,75 %

Total 9 371 50,27% 367 49,73 % 738

Sebanyak 82 responden mengikuti tes kemampuan membaca pemahaman yang berjumlah 42 butir soal. Tes kemampuan membaca pemahaman tersebut berbentuk pilihan ganda yang mengandung 6 aspek kemampuan membaca pemahaman. Aspek kemampuan menangkap makna tersurat berjumlah 9 butir soal, yakni butir soal nomor 3, 4, 6, 7, 8, 19, 22, 33, dan 34. Dari butir-butir soal tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yakni kelompok responden yang memiliki jumlah soal benar


(66)

lebih tinggi daripada jumlah soal yang dijawab salah dan jumlah soal salah lebih tinggi daripada jumlah soal yang dijawab benar.

Jumlah soal yang dijawab benar lebih tinggi yakni nomor 3, 6, 19, dan 33. Pada soal nomor 3, sebanyak 65 responden dengan persentase 79,26% berhasil menjawab soal dengan benar, sedangkan sebanyak 17 responden dengan persentase 20,74% menjawab soal dengan salah. Berikutnya pada soal nomor 6, sebanyak 56 responden dengan persentase 68,29% menjawab soal dengan benar, sedangkan sebanyak 26 responden dengan persentase 31,71% menjawab soal dengan salah. Selanjutnya pada butir soal nomor 19, sebanyak 53 responden dengan persentase 64,63% berhasil menjawab soal dengan benar, sedangkan sisanya yang berjumlah 29 responden dengan persentase 35,37% menjawab soal dengan salah. Kemudian untuk butir soal nomor 33, sebanyak 54 responden dengan persentase 65,85% menjawab soal dengan benar, sedangkan sebanyak 28 responden dengan persentase 34,15% menjawab soal dengan salah.

Jumlah soal yang dijawab salah lebih tinggi yakni nomor 4, 7, 8, 22, dan 34. Pada soal nomor 4, sebanyak 39 responden dengan persentase 47,57% menjawab soal dengan benar, sedangkan sebanyak 43 responden dengan persentase 52,43% menjawab soal dengan salah. Berikutnya pada butir soal nomor 7, hanya sebanyak 23 responden dengan persentase 28,05% menjawab soal dengan benar, sedangkan sebanyak 59 responden dengan persentase 71,95% menjawab soal dengan salah. Selanjutnya pada nomor 8, sebanyak 15 responden dengan persentase 18,30% menjawab soal dengan


(67)

benar, sedangkan sebanyak 67 responden dengan persentase 81,70% menjawab soal dengan salah. Pada soal nomor 22, sebanyak 33 responden dengan persentase 40,25% menjawab soal dengan benar, sedangkan sebanyak 49 responden dengan persentase 59,75% menjawab soal dengan salah. Berikutnya pada nomor 34 menghasilkan hasil yang sama dengan butir soal nomor 22, yakni sebanyak 33 responden dengan persentase 40,25% menjawab soal dengan benar, sedangkan sebanyak 49 responden dengan persentase 59,75% menjawab soal dengan salah.

Jadi, dari hasil perhitungan di atas, jumlah butir soal yang dijawab salah lebih banyak dibanding dengan jumlah soal yang dijawab benar oleh 82 responden, dengan perbandingan 4:5. Akan tetapi hasil tersebut belum menjadi acuan bahwa responden memiliki kemampuan menangkap makna tersurat yang rendah. Hal itu didasarkan pada kalkulasi selanjutnya, yakni hasil keseluruhan yang menunjukkan bahwa seluruh responden memiliki kemampuan menangkap makna tersurat yang rendah.

4.2.1.3Menangkap Makna Tersirat

Aspek kemampuan membaca selanjutnya adalah menangkap makna tersurat dalam suatu bacaan. Berikut tabel dan penjelasan mengenai aspek menangkap makna tersirat dalam soal tes kemampuan membaca pemahaman.


(1)

193

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

194

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

195

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

196

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

197

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

198

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Strategi pengembangan budaya baca melalui membaca pemahaman pada mahasiswa kelas A semester IV Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2016.

0 0 2

Faktor - faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester V program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 3 172

Pengembangan strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa kelas B semester IV program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 2 228

Pengembangan modul pembelajaran membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016.

3 31 446

Pengembangan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa semester VI Pprogram Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016.

1 16 334

Strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra indonesia semester VI Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

0 7 265

Strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis pada mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

0 7 241

Strategi kemampuan membaca pemahaman berdasrakan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2014/2015.

0 0 229

Strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2

0 1 239

MANAJEMEN WAKTU MAHASISWA TERHADAP KURIK

0 1 17