Strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis pada mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

(1)

ABSTRAK

Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis Pada Mahasiswa Semester VI Kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2015. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.

Penelitian ini mengkaji strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis mahasiswa Semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015 berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis, yang berjumlah 33 mahasiswa.

Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data adalah tes kemampuan membaca kritis dan nontes berupa observasi, angket faktor membaca, dan wawancara. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Jenis penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan (1) observasi kelas, (2) faktor membaca, (3) tes kemampuan membaca kritis, (4) wawancara, dan (5) strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis. Faktor membaca dianalisis berdasarkan faktor internal dan faktor eksternal kemudian dianalisis berdasarkan SWOT. Tes kemampuan membaca kritis dianalisis berdasarkan tujuh aspek membaca kritis, yakni (1) mengenali dan mengingat, (2) memahami isi bacaan, (3) menerapkan konsep-konsep, (4) menganalisis, (5) membuat kesimpulan, (6) menilai, dan (7) memproduksi. Ketujuh aspek tersebut kemudian dikaitkan dengan analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis dibuat berdasarkan hasil analisis data observasi, faktor membaca dengan analisis SWOT, hasil tes kemampuan membaca kritis dan keterkaitannya dengan analisis SWOT, dan wawancara.

Hasil penelitian ini diketahui faktor membaca masuk dalam kriteria tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan peroleh persentase dari hasil klasifikasi tiap indikator sebesar 69,01%. Tes kemampuan membaca kritis berada pada kategori kemampuan membaca kritis kurang. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata mahasiswa adalah 21,94. Berdasarkan data tersebut menguatkan peneliti untuk membuat Strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis yakni (1) mahasiswa diminta untuk menulis kata asing beserta arti dan konteksnya, (2) memberi tugas membaca, (3) mengembangkan daya pikir mahasiswa, (4) memberi mahasiswa dua teks dengan satu tema, (5) membuat daftar pertanyaan sebelum membaca, (6) memberi kritikan, dan (7) menyusun kerangka dan memproduksi. Jadi, strategi pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca kritis mahasiswa PBSI semester VI kelas A Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(2)

ABSTRACT

Astutik, Rugi. 2015. Critical Reading Skill Learning Strategy Based on the Reading Factors and the Result of Critical Reading Skill Test Semester VI Class A, on Program Study Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Students, Sanata Dharma University, Yogyakarta, 2015 Academic Year. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.

This research analyzes critical reading skill learning strategy Semester VI class A of Program StudyPendidikan Bahasa Sastra Indonesia students, , Sanata Dharma University, Yogyakarta 2015 academic year, based on the reading factor and the result of the critical reading skill test. The purpose of this research is to describe the critical reading skill learning strategy Semester VI class A of Program Study Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia students, Sanata Dharma University, Yogyakarta, based on the reading factors and the result of the critical reading skill test, which consist of 33 students.

The instruments which were used to collect the data were critical reading skill test and non-test in a form observation, reading factors questionnaires, and interview. This research used descriptive research. It was used to describe (1) reading factor, (2) critical reading skill, and (3) critical reading skill learning strategy, (4) interview and (5) critical reading skill learning strategy. The reading factors were analyzed based on the internal and external factor. After that, it was analyzed based on SWOT. Critical reading skill test was analyzed based on seven aspects of critical reading; they are (1) recognizing and remembering, (2) comprehending the content of the reading passage, (3) implementing concepts, (4) analyzing, (5) creating conclusion, (6) assessing, and (7) producing. Those aspects were related to the SWOT analysis to understand the strength, weakness, opportunity, and threat. Critical reading skill learning strategy was made according to the result of observation data analysis, reading factors and SWOT analysis, the result of critical reading skill test and its relation to SWOT analysis and interview.

The result of this research showed that the reading factors were high. It was proven with the percentage of the classification result for each indicator, which was 69,01%. The critical reading test on the critical reading skill category waslow. It was proven with the students’ average score, which was 21,94. Those data convinced the researcher to create critical reading skill learning strategy, which were (1) asking the students to write down unfamiliar words with its meaning and context, (2) giving them reading task, (3) developing students’ thought, (4) giving them two texts in one theme, (5) writing down list of questions before reading, (6) giving critic, and (7) creating framework and producing. Therefore, this learning strategy is expected to be able to increase the critical reading skill Semester VI class A, of Program Study Pendidikan Bahasa Sastra Indonesiastudents, Sanata Dharma University, Yogyakarta.


(3)

STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS BERDASARKAN FAKTOR MEMBACA DAN HASIL TES KEMAMPUAN

MEMBACA KRITIS PADA MAHASISWA SEMESTER VI KELAS A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Disusun oleh : Rugi Astutik

111224032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

i

STRATEGI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS BERDASARKAN FAKTOR MEMBACA DAN HASIL TES KEMAMPUAN

MEMBACA KRITIS PADA MAHASISWA SEMESTER VI KELAS A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Disusun oleh : Rugi Astutik

111224032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(5)

(6)

(7)

iv MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Qs. Alam Nasryroh:6)

“Buat apa hidup kita jika tidak untuk mempermudah hidup orang lain??? Hidup harus bermanfaat bagi keluarga dan orang lain.”


(8)

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Allah SWT yang selalu memberi kesehatan, kemudahan, dan kelancaran dalam menyelesaikan segala urusanku

Kedua orang tuaku: Tuko Diyatno Suwito dan Panti

Inspirasiku : Budi Susanto, S.Pd.

Kakakku tercinta Karsini, Suparno, Tugirah, Sukim, Tugiran, Tri Mantari, dan Yusniar Amry Fahmi.

Sahabat-sahabatku seperjuangan dan seluruh teman terbaik PBSI 2011

Skripsi ini saya persembahkan sebagai tanda terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan yang telah diberikan selama ini.


(9)

(10)

(11)

viii ABSTRAK

Astutik, Rugi. 2015. Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis Pada Mahasiswa Semester VI Kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2015. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.

Penelitian ini mengkaji strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis mahasiswa Semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015 berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis, yang berjumlah 33 mahasiswa.

Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data adalah tes kemampuan membaca kritis dan nontes berupa observasi, angket faktor membaca, dan wawancara. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Jenis penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan (1) observasi kelas, (2) faktor membaca, (3) tes kemampuan membaca kritis, (4) wawancara, dan (5) strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis. Faktor membaca dianalisis berdasarkan faktor internal dan faktor eksternal kemudian dianalisis berdasarkan SWOT. Tes kemampuan membaca kritis dianalisis berdasarkan tujuh aspek membaca kritis, yakni (1) mengenali dan mengingat, (2) memahami isi bacaan, (3) menerapkan konsep-konsep, (4) menganalisis, (5) membuat kesimpulan, (6) menilai, dan (7) memproduksi. Ketujuh aspek tersebut kemudian dikaitkan dengan analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis dibuat berdasarkan hasil analisis data observasi, faktor membaca dengan analisis SWOT, hasil tes kemampuan membaca kritis dan keterkaitannya dengan analisis SWOT, dan wawancara.

Hasil penelitian ini diketahui faktor membaca masuk dalam kriteria tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan peroleh persentase dari hasil klasifikasi tiap indikator sebesar 69,01%. Tes kemampuan membaca kritis berada pada kategori kemampuan membaca kritis kurang. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata mahasiswa adalah 21,94. Berdasarkan data tersebut menguatkan peneliti untuk membuat Strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis yakni (1) mahasiswa diminta untuk menulis kata asing beserta arti dan konteksnya, (2) memberi tugas membaca, (3) mengembangkan daya pikir mahasiswa, (4) memberi mahasiswa dua teks dengan satu tema, (5) membuat daftar pertanyaan sebelum membaca, (6) memberi kritikan, dan (7) menyusun kerangka dan memproduksi. Jadi, strategi pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca kritis mahasiswa PBSI semester VI kelas A Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(12)

ix ABSTRACT

Astutik, Rugi. 2015. Critical Reading Skill Learning Strategy Based on the Reading Factors and the Result of Critical Reading Skill Test Semester VI Class A, on Program Study Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Students, Sanata Dharma University, Yogyakarta, 2015 Academic Year. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.

This research analyzes critical reading skill learning strategy Semester VI class A ofProgram Study Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia students, , Sanata Dharma University, Yogyakarta 2015 academic year, based on the reading factor and the result of the critical reading skill test. The purpose of this research is to describe the critical reading skill learning strategy Semester VI class A of Program Study Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia students, Sanata Dharma University, Yogyakarta, based on the reading factors and the result of the critical reading skill test, which consist of 33 students.

The instruments which were used to collect the data were critical reading skill test and non-test in a form observation, reading factors questionnaires, and interview. This research used descriptive research. It was used to describe (1) reading factor, (2) critical reading skill, and (3) critical reading skill learning strategy, (4) interview and (5) critical reading skill learning strategy. The reading factors were analyzed based on the internal and external factor. After that, it was analyzed based on SWOT. Critical reading skill test was analyzed based on seven aspects of critical reading; they are (1) recognizing and remembering, (2) comprehending the content of the reading passage, (3) implementing concepts, (4) analyzing, (5) creating conclusion, (6) assessing, and (7) producing. Those aspects were related to the SWOT analysis to understand the strength, weakness, opportunity, and threat. Critical reading skill learning strategy was made according to the result of observation data analysis, reading factors and SWOT analysis, the result of critical reading skill test and its relation to SWOT analysis and interview.

The result of this research showed that the reading factors were high. It was proven with the percentage of the classification result for each indicator, which was 69,01%. The critical reading test on the critical reading skill category was low. It was proven with the students’ average score, which was 21,94. Those

data convinced the researcher to create critical reading skill learning strategy, which were (1) asking the students to write down unfamiliar words with its meaning and context, (2) giving them reading task, (3) developing students’ thought, (4) giving them two texts in one theme, (5) writing down list of questions before reading, (6) giving critic, and (7) creating framework and producing. Therefore, this learning strategy is expected to be able to increase the critical reading skill Semester VI class A, of Program Study Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia students, Sanata Dharma University, Yogyakarta.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya dan berkat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis Pada Mahasiswa Semester VI Kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2015 dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini berhasil diselesaikan karena bantuan, dukungan, bimbingan, doa, nasihat,dan kerjasama dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

2. P. Kuswandono, Ph.D. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Sanata Dharma.

3. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

4. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

5. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar, teliti dalam membimbing, mengarahkan, memotivasi, dan memberikan berbagai masukan yang sangat berharga bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Seluruh dosen prodi PBSI yang memiliki karakteristik masing-masing telah

membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan yang penulis butuhkan. 7. Robertus Marsidiq, selaku karyawan sekretariat prodi PBSI yang dengan sabar

memberikan pelayanan administratif kepada penulis dalam menyelesaikan berbagai urusan administrasi.


(14)

xi

8. Seluruh mahasiswa semester VI kelas A program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

9. Bapak Tuko Diyatno Suwito dan Ibu Panti selaku orangtua penulis yang telah memberi kasih sayang dan doa untuk kelancaran dalam menyelesaikan skripsi. 10.Kakakku Karsini, Suparno, Tugirah, Sukim, Tugiran, dan Tri Mantari yang

menjadi semangat, dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi.

11.Budi Susanto, S.Pd. selaku guru, orang tua, sekaligus sahabat yang selalu memberi inspirasi bagi penulis dan memberi motivasi dalam menyelesaikan skripsi.

12.Yusniar Amry Fahmi, partner yang telah menemani penulis hingga saat ini, mendukung dan selalu memberi motivasi kepada penulis agar skripsi selesai tepat waktu.

13.Sahabat seperjuangan Maria Dwi Rianti, Fransiska Ambar Widhiyan Rini, dan semua teman terbaik PBSI 2011 selalu bersama dalam membantu, memberi motivasi, dan tawa serta yang selalu berjuang bersama dengan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

14.Reni Suryandari, S.Pd., sahabat penulis yang telah memberi motivasi untuk menyelesaikan skripsi

15.Theodorus Adhicahya, sahabat penulis yang telah membantu membuat

abstract dan memberi kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini.

16.Semua pihak yang belum disebutkan yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas kehadiran kalian yang telah memberikan pengalaman luar biasa untuk penulis.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak sekali kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan memberikan inspirasi bagi penelitian selanjutnya.

Yogyakarta, 14 Juli 2015


(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... ... iii

MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii ABSTRAK... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR SKEMA... xvii

DAFTAR GRAFIK... xviii

DAFTAR LAMPIRAN... xix

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 6

1.3 Tujuan Penelitian... 6

1.4 Manfaat Penelitian... 7

1.5 Batasan Istilah... 8

1.6 Sistematika Penulisan... 8

BAB II KAJIAN TEORI... 10

2.1 Penelitian yang Relevan... 10

2.2 Kajian Teori... 12


(16)

xiii

2.2.2 Faktor Membaca... 13

2.2.3 Jenis-jenis Membaca... 16

2.2.4 Hakikat Membaca Kritis... 17

2.2.5 Aspek Membaca Kritis... 20

2.2.6 Hakikat Strategi Pembelajaran... 28

2.2.7 Jenis-jenis Strategi Pembelajaran... 29

2.2.8 Teori Skala Likert... 33

2.2.9 Teori Analisis SWOT... 35

2.3 Kerangka Berpikir... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 39

3.1 Jenis Penelitian... 39

3.2 Subjek Penelitian... 40

3.3 Teknik Pengumpulan Data... 40

3.4 Instrumen Penelitian... 42

3.5 Teknik Analisis Data... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 49

4.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian... 49

4.2 Analisis Data ... 50

4.2.1 Analisis Data Observasi Kelas... 50

4.2.2 Analisis Faktor Membaca dengan Analisis SWOT... 52

4.2.2.1 Analisis Faktor Membaca... 54

4.2.2.1.1 Faktor Internal ... 54

4.2.2.1.2 Faktor Eksternal ... 78

4.2.2.2 Analisis SWOT ... 88

4.2.3 Analisis Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis dan Keterkaitannya dengan Analisis SWOT... 93

4.2.3.1 Analisis Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis... 94

4.2.3.2 Keterkaitan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis dengan Analisis SWOT... 105

4.2.4 Analisis Data Wawancara Dosen dan Mahasiswa... 119


(17)

xiv

4.2.4.2 Analisis Data Wawancara Mahasiswa... 122

4.2.5 Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis... 127

4.3 Pembahasan... 138

BAB V PENUTUP... 146

5.1 Kesimpulan... 146

5.2 Saran... 148

DAFTAR PUSTAKA... 150


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori Faktor Membaca

Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Membaca Kritis Tabel 3.2 Kisi-kisi dalam Angket Faktor Membaca Tabel 3.3 Kisi-kisis dalam Wawancara

Tabel 3.4 Ketententuan dalam Observasi Tabel 3.5 Kategori Faktor Membaca

Tabel 3.6 Kriteria Patokan Penilaian Tes Kemampuan Membaca Kritis Tabel 4.1 Kategori Faktor Membaca

Tabel 4.2 Indikator Motivasi Baca

Tabel 4.3Indikator Sikap dan Minat Pembaca Tabel 4.4 Indikator Kebiasaan Membaca

Tabel 4.5 Indikator Kondisi Emosi dan Kondisi Kesehatan Pembaca Tabel 4.6 Indikator Pengetahuan yang Dimiliki

Tabel 4.7 Indikator Pengetahuan Tentang Cara Membaca

Tabel 4.8 Indikator Ketertarikan Terhadap Bacaan dan Kebermanfaatan Bagi Pembaca

Tabel 4.9 Indikator Tingkat Intelegensi Tabel 4.10 Indikator Penguasaan Bahasa

Tabel 4.11 Indikator Sosial Ekonomi Keluarga dan Tidak Tersedianya Bahan Bacaan

Tabel 4.12 Indikator Suasana Lingkungan dan Waktu Tabel 4.13 Indikator Teks

Tabel 4.14 Indikator Budaya Lisan Tabel 4.15 Indikator Media Elektronik Tabel 4.16 Analisis SWOT

Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Indeks Tingkat Kesulitan Butir Soal

Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Mengenal dan Mengingat Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Memahami Bacaan


(19)

xvi

Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Menerapkan Konsep-Konsep Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Menganalisis

Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Membuat Kesimpulan Tabel 4.23 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Menilai

Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Aspek Kemampuan Memproduksi Tabel 4.25 Hasil Perhitungan Tes Membaca Kritis

Tabel 4.26 Analisis SWOT dalam Aspek Mengingat dan Mengenali Tabel 4.27 Analisis SWOT dalam Aspek Memahami Isi Bacaan Tabel 4.28 Analisis SWOT dalam Aspek Menerapkan Konsep-konsep Tabel 4.29 Analisis SWOT dalam Aspek Menganalisis

Tabel 4.30 Analisis SWOT dalam Aspek Membuat Kesimpulan Tabel 4.31 Analisis SWOT dalam Aspek menilai


(20)

xvii

DAFTAR SKEMA


(21)

xviii

DAFTAR GRAFIK


(22)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Hadir Mahasiswa USD PBSI Lampiran 2 Instrument Penelitian

Lampiran 3 Angket Faktor Membaca

Lampiran 4 Hasil Angket Faktor Membaca Mahasiswa Lampiran 5 Perhitungan Angket Faktor Membaca

Lampiran 6 Perhitungan Skala Likert Angket Faktor Membaca Lampiran 7 Tes Kemampuan Membaca Kritis

Lampiran 8 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Membaca Kritis Lampiran 9 Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis Mahasiswa Lampiran 10 Perhitungan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis Lampiran 11 Indeks Tingkat Kesulitan Butir Soal

Lampiran 12 Perhitungan Setiap Aspek Membaca Kritis Lampiran 13 Transkip Hasil Observasi Transkip

Lampiran 14 Wawancara Dosen


(23)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bertujuan untuk memahami ide dan menyerap informasi dalam teks. Saat membaca seseorang akan mengalami proses berpikir untuk memahami ide dan gagasan secara luas. Seseorang melalui membaca dapat berkomunikasi dengan teks tanpa harus berhadapan langsung dengan penulisnya. Proses membaca sangat berkaitan dengan faktor pengembangan berpikir berdasarkan pengalaman yang dimiliki sehingga keterampilan membaca harus dimiliki dan dikembangkan oleh seseorang.

Membaca salah satu faktor untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Jika seseorang mampu membaca dengan baik, maka akan mendapatkan informasi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, pada kenyataannya keterampilan membaca masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Situasi tersebut dapat dilihat dari beberapa hasil survei, di antaranya survei

Progress In Internasional Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006

menyebutkan kemampuan membaca siswa kelas IV di Indonesia berada di posisi 41 dari 45 negara (negara bagian) peserta (litbang.kemdikbud.go.id, 08/04/2013).

Survei lain, dari Organization for Economic Cooperation and Development

(OECD) tahun 2009 menyebutkan bahwa kemampuan membaca masyarakat Indonesia berada pada posisi 57 dari 62 negara anggotanya


(24)

(perpustakaan.depkeu.go.id, 16/01/2012). Data tersebut menunjukkan bahwa

kemampuan membaca dari tahun ke tahun tidak mengalami perkembangan yang signifikan karena posisi Indonesia masih tetap di bawah 56 negara lain.

Kurangnya minat membaca juga mempengaruhi rendahnya kemampuan membaca masyarakat Indonesia. Data Bank Dunia Nomor 16369-IND dan studi

International Association for the Evaluation of Education Achicievement (IEA),

untuk kawasan Asia Timur, menyebutkan bahwa minta baca bangsa Indonesia berada diposisi terendah dengan skor 51,7 di bawah Filipina (skor 52,6), Thailand (skor 65,1), Singapura (skor 74,0) dan Hongkong (skor 75,5). Data lainnya yang bersumber dari hasil survei UNESCO (2011) menyebutkan bahwa indeks membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001. Artinya, dari 1.000 penduduk Indonesia, hanya ada satu orang yang memiliki minat baca tinggi (media.kompasiana.com, 17/052014).

Selain kurangnya minat, membaca juga belum menjadi budaya masyarakat padahal budaya baca merupakan salah satu kunci untuk memajukan bangsa ini terutama melalui kemampuan membaca kritis. Menurut hasil penelitian Program

For International Student Assessment (PISA) pada tahun 2012, Indonesia berada

di peringkat 64 dari 65 negara (m.radarpena.com, 07/12/2014). Hasil penelitian

lain dari Badan Pusat Statistik (BPS)tahun 2012 mempublikasikan membaca bagi masyarakat Indonesia belum menjadikan kegiatan sebagai sumber untuk mendapatkan informasi. Masyarakat lebih memilih menonton televisi (91,68%) dan mendengarkan radio (18,57%) daripada membaca (17,66%). Artinya, membaca untuk mendapatkan informasi baru dilakukan oleh 17,66% dari total


(25)

penduduk Indonesia (bps.go.id). Persentase membaca masyarakat Indonesia

mengalami penurunan yang cukup tinggi 1,28%, dari 18,94% pada tahun 2009. Masyarakat lebih suka mendapatkan informasi dari televisi dan radio daripada membaca. Jika setiap tahun persentase membaca selalu menurun, maka bangsa Indonesia akan semakin kesulitan untuk mengejar kemajuan bangsa lain.

Hasil penelitian Human Development Index (HDI) tahun 2013 tentang

kemampuan membaca tingkatan melek huruf menyebutkan bahwa Indonesia peringkat ke-121 dari 186 negara dan 8 negara-teritori. Angka buta aksara terus menurun dan secara nasional tinggal 4,53 persen atau sekitar 3,6 juta jiwa dengan kelompok usia 15-59 tahun (care4kidsindonesia.org, 03/04/2014). Data tersebut

dapat diketahui mengapa bangsa Indonesia ini tidak segera berkembang, karena 3,6 juta orang belum bebas dari buta huruf. Meskipun angka buta aksara terus menurun, namun hal ini masih menjadi masalah besar bagi kita semua dan sebagai akademis, kita mempunyai peran penting dalam menyelesaikan masalah tersebut demi Indonesia yang lebih baik.

Beberapa hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kurangnya minat baca mempengaruhi kemampuan membaca seseorang, sehingga kemampuan membaca masyarakat Indonesia selalu berada di posisi paling rendah. Rendahnya kemampuan membaca dikhawatirkan Indonesia tidak mampu bersaing di dunia global. Kualitas SDM sangat terkait dengan kemampuan membaca tingkat paling tinggi yaitu membaca kritis. Kemampuan membaca yang harus segera dibangun pada saat ini adalah tingkat mahasiswa, karena ternyata mahasiswa diketahui masih banyak yang belum mampu membaca kritis sedangkan mahasiswa sebagai


(26)

sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan ide dan pendapatnya untuk membangun bangsa ini.

Kegiatan membaca kritis berhubungan dengan kegiatan berpikir kritis. Menurut Beck & Dole (dalam Burn, 1984) kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan mengolah bahan bacaan untuk menemukan makna, baik yang tersurat maupun yang tersirat melalui tahap mengenal, memahami, menganalisis, menilai, dan menciptakan. Berkaitan dengan paparan tersebut, maka kemampuan membaca kritis mahasiswa harus ditingkatkan. Di samping itu, kemampuan membaca tingkat pendidikan dasar dan menengah juga harus terus dikembangkan. Jika hanya memiliki kemampuan membaca melek huruf tanpa mampu menyerap informasi, daya saing Indonesia dengan negara lain akan terus rendah dan bangsa Indonesia tidak mampu keluar dari kebodohan dan kemiskinan.

Mengembangkan kemampuan membaca mahasiswa harus dipilih jenis bacaan yang menambah ilmu pengetahuan. Pembaca kritis dituntut untuk mengetahui seluruh isi bacaan. Selain itu, pembaca kritis juga harus menemukan alasan-alasan mengapa penulis mengatakan hal tersebut dan pembaca harus mampu memberi tanggapan terhadap isi bacaan baik kekurangan maupun kelebihan teks. Seseorang yang mampu memberi kritikan terhadap apa yang telah dibaca, berarti orang tersebut berpikir kritis. Dam dan Volman (2004) menekankan bahwa berpikir kritis adalah kompetensi wajib bagi mahasiswa. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengambil sampel dari mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Univeritas Sanata Dharma, Yogyakarta.


(27)

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester VI kelas A PBSI Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, dengan alasan (a) tidak lama lagi mahasiswa akan lulus dan memasuki dunia kerja serta diharapkan menjadi pendidik, (b) setiap hari aktivitas mahasiswa mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi, dan (c) meskipun belum menjadi budaya baca, aktivitas mahasiswa adalah membaca untuk menyerap dan mengkritisi informasi. Mahasiswa semester VI kelas A dipilih sebagai subjek penelitian karena masih ada kesempatan untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis, apabila kemampuan yang dimiliki saat ini masih rendah.

Berdasarkan masalah-masalah yang sudah dipaparkan, maka perlu adanya strategi pembelajaran untuk kemampuan membaca kritis. Penelitian ini akan menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis, dan menginterpretasi (Narbuko dan Achmadi, 2007:44). Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Sumadi, 2008:75).

Strategi pembelajaran yang akan dibuat disesuaikan dengan kondisi mahasiswa berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis. Oleh karena itu, peneliti memilih topik dengan judul “Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan


(28)

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Univesitas Sanata Dharma,

Yogyakarta Tahun Ajaran 2015”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana faktor membaca mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015?

2. Bagaimana kemampuan membaca kritis mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015?

3. Bagaimana strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis bagi mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah

1. Mendeskripsikan faktor membaca mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.


(29)

2. Mendeskripsikan kemampuan membaca kritis mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

3. Mendeskripsikan strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis bagi mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, adapun penjabaran manfaat penelitian sebagai berikut yakni :

1. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi dan kemampuan membaca kristis mahasiswa dalam perkuliahan di kampus dan kemampuan tersebut dapat diterapkan dalam dunia pendidikan apabila suatu saat mereka menjadi pendidik.

2. Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi peneliti lain untuk dapat mengembangkan penelitian yang berkaitan dengan kemampuan membaca kritis.


(30)

1.5Batasan Istilah

Adapun batasan istilah pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Membaca

Membaca adalah perkembangan keterampilan yang bermula pada kata dan berlanjut kepada membaca kritis (Harjasujana dan Mulyati, 1997:5-25, dalam Dalman, 2013:6).

2. Membaca kritis

Membaca kritis adalah cara membaca dengan melihat motif penulis dan menilainya. Pembaca tidak sekedar menyerap apa yang ada, tetapi ia bersama-sama penulis berpikir tentang masalah yang dibahas. Kita membaca dengan nuansa dan arti. Membaca secara kritis berarti kita harus mampu membaca secara analisis dengan melakukan penilaian. Dalam membaca harus ada interaksi penulis

dengan pembaca, kedua belah pihak “saling mempengaruhi” hingga terbentuk

pengertian baru (Soedarso, 2005:71-72). 3. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah kegiatan pengajaran untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsentrasi antara aspek-aspek dan komponen menggunakan siasat tertentu (Mujiono, 1992, dalam Iskandarwassid, 2011:8).

1.6Sistematika Penulisan

Penelitian deskripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu (I) pendahuluan, (II) landasan teori, (III) metodologi penelitian, (IV) hasil penelitian dan pembahasan, dan (V) penutup. Bab pertama terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan


(31)

penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. Bab dua terdiri atas penelitian terdahulu yang relevan, kajian teori, kerangka berpikir. Bab III terdiri atas jenis penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan prosedur penelitian. Bab VI terdiri atas dekripsi pelaksanaan penelitian data, analisis data, dan pembahasan. Bab V terdiri atas kesimpulan dan saran.


(32)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti bersumber dari penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh penelitian lain. Peneliti beracuan pada penelitian yang berhubungan dengan membaca kritis. Penelitian yang masih relevan dengan penelitian ini ada dua penelitian. Peneliti menemukan dua topik penelitian mengenai membaca kritis yang berjudul “Tingkat Kemampuan Membaca Kritis Siswa SMA N Kelas XI/IPS 1 di Kota Yogyakarta” oleh Desy

Sagitaria. Hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa tingkat

kemampuan membaca kritis siswa SMA N Kelas XI/IPS 1 di Kota Yogyakarta masih rendah. Hal itu terjadi karena strategi pembelajaran kurang bervariasi, kemampuan membaca kritis belum diperhatikan, dan hasil belajar siswa masih kurang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, setelah peneliti melakukan tes dua kali dapat diketahui hasil kemampuan membaca kritis siswa meningkat. Tingkat kemampuan membaca kritis siswa berada di tingkat sedang dan guru masih harus terus membantu untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa.

Penelitian kedua yaitu “Peningkatan Kemampuan Membaca Kritis Dengan

Metode Inquiri Pada Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Tahun Ajaran 2012/2013” oleh Natalia Staffiany Devyta Sari. Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa membaca kritis itu tidak mudah bagi


(33)

siswa SMA. Ada pun hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan membaca kritis sebagai berikut: banyak siswa yang tidak berkonsentransi saat membaca, bahan bacaan yang digunakan dalam membaca kritis terlalu panjang, siswa bermalas-malasan membaca, dan lebih suka membicarakan hal lain diluar topik pembelajaran. Oleh karena itu, hasil yang dicapai oleh siswa tidak maksimal. Namun, berdasarkan tindakan yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan metode inquiri dapat meningkatkan kemampuan membaca kritis para siswa. Berdasarkan penelitian tersebut, yang pernah dilakukan oleh penelitian lain, maka peneliti ingin mengadakan penelitian mengenai strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis pada mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia semester VI kelas A Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dengan alasan lulusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia diharapkan akan menjadi pendidik sehingga kemampuam membaca kritis mahasiswa harus baik.

Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti lain memberikan gambaran, bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini masih relevan dan masih berguna untuk diteliti lebih lanjut. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Strategi Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Berdasarkan Faktor Membaca dan Hasil Tes Kemampuan Membaca Kritis Pada Mahasiswa Semester VI Kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015”.


(34)

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Hakikat Membaca

Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Hal ini berarti membaca merupakan proses berpikir untuk memahami isi teks bacaan. Farr (1984:5) mengemukakan “reading is the heart of education” yang artinya membaca merupakan jantung pendidikan. Melalui membaca orang akan memperoleh pengetahuan dan memiliki wawasan yang luas sehingga pola pikir manusia akan berkembang.

Pengertian di atas sejalan dengan pendapat Harjasunjana dan Mulyati, 1997:5-25 (dalam Dalman, 2013:6), membaca merupakan perkembangan keterampilan yang bermulai dari kata dan berlanjut kepada membaca kritis. Mula-mula orang hanya membaca kata per kata lalu kalimat untuk memahami isi dan mulai berpikir tentang informasi yang telah dibacanya. Rusyana (1984:190) mengartikan membaca sebagai suatu kegiatan memahami pola-pola bahasa dalam penamilannya secara tertulis untuk memperoleh informasi darinya.

Klein, dkk. (dalam Rahim, 2005:3) mengemukakan bahwa membaca mencakup: pertama, membaca merupakan suatu proses, artinya informasi dari

teks atau pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. Kedua, membaca adalah strategi, artinya

pembaca yang efektif mengunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengkontruk makna ketika membaca. Ketiga,


(35)

konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemukan beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks dibaca seseorang harus mudah dipahami sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan membaca merupakan proses memahami kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dalan struktur bacaan, sehingga pembaca mampu memahami isi teks yang dibacanya dan pada akhirnya dapat merangkum isi bacaan tersebut dengan menggunakan bahasa sendiri.

Burn, Rose, dan Ross (dalam Dalman, 2013:7) menyatakan bahwa membaca suatu proses. Maksudnya kegiatan membaca itu terdiri atas proses membaca dan produk membaca. Proses membaca adalah tindakan/kegiatan membaca, sedangkan produk membaca adalah komunikasi pikiran dan perasaan penulis pada pembaca. Pendapat lain yang sesuai dengan pengertian di atas yaitu membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis (Tarigan, dalam Dalman, 2013:7). Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan membaca adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memahami pesan atau memperoleh informasi secara tertulis.

2.2.2 Faktor Membaca

Secara umum, dalam membaca terdapat faktor-faktor yang menunjang kesuksesan. Faktor membaca menurut Lamb dan Arnol (dalam Rahim, 2007:6) ada 3 yaitu


(36)

a. Faktor Fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbelakangan neurologis (misalnya berbagai cacat otak) dan kekurangan matang secara fisik merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman.

b. Faktor Intelektual dapat disebut juga istilah intelegensi. Istilah intelegensi didefinisikan sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensidal tentang situasi yang diberikan dan meresponnya secara tepat. Secara umum ada hubungan antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata-rata peningkatan remedial membaca. Tingkat intelegensi membaca itu sendiri pada hakikatnya proses berpikir dan memecahkan masalah. Dua orang yang berbeda IQnya sudah pasti akan berbeda hasil dan kemampuan membacanya.

c. Faktor Lingkungan juga mempengaruhi kemampuan membaca seseorang. Faktor lingkungan dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Latar belakang dan pengalaman anak di rumah: lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan bahasa anak. Kondisi di rumah juga mempengaruhi probadi dan penyesuaian diri anak dalam masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membentuk anak dan dapat juga menghalangi anak belajar membaca. Seorang anak yang tinggal di dalam rumah tangga yang harmonis, rumah yang penuh cinta kasih, tidak akan menemukan kendala yang berarti dalam membaca. Kualitas dan luasnya pengalaman anak di rumah juga penting bagi kemajuan belajar membaca. Membaca seharusnya merupakan


(37)

suatu kegiatan yang bermakna, pengalaman masa lalu anak-anak memungkinkan anak-anak untuk lebih memahami apa yang mereka baca. 2. Faktor sosial ekonomi orang tua dan lingkungan tetangga merupakan faktor

yang membentuk lingkungan rumah anak. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa status sosial ekonomi anak semakin tinggi kemampuan verbal anak tersebut. Anak-anak yang yang mendapat contoh bahasa yang baik dari orang dewasa serta orang tua yang berbicara dan mendorong anak-anak untuk berbicara mendukung perkembangan bahasa dan intelegensi anak tersebut. 3. Faktor psikologis juga mempengaruhi kemampuan membaca anak. Faktor ini

mencakup hal-hal seperti motivasi, minat, kematangan sosio, emosi, dan penyesuasian diri.

Faktor membaca di atas sejalan dengan pendapat Johnson dan Pearson (dalam Amna, dkk, 2013:3) yang menyatakan bahwa faktor membaca dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah yang ada dalam diri pembaca. Faktor yang berada di dalam diri pembaca meliputi motivasi baca, sikap dan minat pembaca, kebiasaan membaca, kondisi emosi, kondisi kesehatan, pengetahuan/pengalaman yang dimiliki sebelumnya, pengetahuan tentang cara membaca, ketertarikan, kebermanfaatan, tingkat intelegensi pembaca, dan penguasaan bahasa.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah yang ada di luar pembaca (eksternal). Faktor di luar pembaca yaitu latar belakang sosial ekonomi dan tidak tersedianya bahan bacaan,


(38)

suasana lingkungan dan waktu, teks, pengaruh budaya lisan, dan pengaruh media elektronik. Berdasarkan kedua pendapat di atas, peneliti menggunakan faktor membaca menurut Johnson dan Pearson.

2.2.3 Jenis-Jenis Membaca

Terdapat dua jenis membaca yaitu membaca nyaring dan membaca senyap (dalam hati). Tarigan (1982:23) menyatakan membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap atau memahami informasi, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Saat membaca, pembaca mengeluarkan suara sehingga orang lain bisa mendengarkannya. Pendapat lain yang sesuai dengan pengertian di atas yaitu pendapat Dalman (2013:48), menyebutkan membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan mengeluarkan suara atau kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras.

Membaca senyap atau dalam hati adalah membaca tidak bersuara, tanpa gerakan bibir, dan pembaca hanya diam atau membaca di dalam hati. Tarigan (1994:30) mengemukakan dalam membaca senyap, pembaca hanya menggunakan ingatan visual yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Definisi tersebut dapat dikatan bahwa memabaca senyap adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan tanpa menyarakan isi bacaan yang dibacanya. Membaca senyap atau dalam hati dibagi menjadi dua yaitu membaca ekstensif dan membaca intensif.


(39)

Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Membaca ekstensif ini meliputi membaca survei, membaca sekilas, dan membaca dangkal. Tarigan (1994:36) mengemukakan membaca intensif adalah studi saksama, telaah, teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Membaca intensif ini meliputi membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Adapun membaca telaah isi meliputi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, membaca ide, dan membaca kreatif. Membaca telaah bahasa meliputi membaca bahasa dan membaca bahasa. Berdasarkan jenis-jenis membaca di atas, dalam penelitian ini akan lebih mendalam membahas mengenai membaca kritis.

2.2.4 Hakikat Membaca Kritis

Membaca kritis merupakan level tertinggi dari membaca pemahaman. Tarigan, 2008:91 (dalam Hagaman, J.L. dkk. 2010), kemampuan membaca pemahaman merupakan dasar bagi membaca kritis. Membaca pemahaman terdapat tiga level, yaitu (1) pemahaman literal, pembaca memahami ide dan informasi yang tertera langsung dalam teks, (2) pemahaman interpretatif, pembaca memahami ide dan informasi yang tidak secara langsung dinyatakan dalam teks, dan (3) pemahaman kritis, pembaca dituntut untuk menganalisis, mengevaluasi, memberi tanggapan terhadap informasi dalam teks. Pernyataan tersebut maksudnya yaitu saat membaca, kita juga harus berpikir kritis tentang pesan penulis dan memberi apresiasi dengan memberi tanggapan mengenai tulisannya.


(40)

Membaca kritis adalah cara membaca dengan melihat motif penulis dan menilainya. Pembaca tidak sekadar menyerap apa yang ada, tetapi ia bersama-sama penulis berpikir tentang masalah yang dibahas. Kita membaca dengan nuansa dan arti. Membaca kritis berarti kita harus mampu membaca secara analisis dan dengan menilai. Membaca harus merupakan interaksi antara penulis dan pembaca, kedua belah pihak “saling mempengaruhi” hingga terbentuk pengertian baru (Soedarso, 2005:71-72). Dalam membaca kritis ini pembaca tidak hanya sekedar memahami isi bacaan, namun pembaca dituntut untuk berpikir, menilai, dan membuat batasan-batasan. Penilaian terhadap bacaan bisa berupa kelebihan dan kekurangan sebuah teks. Penilain ini juga sangat bermanfaat untuk penulis dan pembaca lain.

Pengertian membaca kritis di atas sejalan dengan pendapat Albert (dalam Tarigan, 2008:92) menyebutkan bahwa membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluasi, serta analistis, dan bukan hanya mencari kesalahan. Pendapat lain yang sama menyebutkan membaca kritis merupakan proses membaca yang bertujuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu karya tulis dengan jalan melibatkan diri sebaik-baiknya ke dalam bacaan itu dan membuat analisis yang diandalkan Harjasujana, 2005: 11 (dalam Pujiono, 2008:5).

Meskipun pembaca boleh menilai terhadap bacaan tetapi tidak berarti penilaian itu berisi kekurangan seutuhnya. Pembaca harus membandingkan, menganalisis, menilai, dan memberi opini dan fakta dari penulis. Pembaca menghargai pendapat penulis, memberi evaluasi dan menginterpretasi tulisan


(41)

berdasarkan realitas, dan menolak yang tidak sesuai dengan fakta. Dalam membaca, pembaca harus mengikuti jalan pikiran penulis dengan (1) cepat, (2) akurat, dan (3) kritis.

Pujiono (2008), membaca kritis adalah kemampuan pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis untuk menemukan keseluruhan makna bahan bacaan, baik makna tersurat maupun makna tersiratnya melalui tahap mengenal, memahami, menganalisis, mensintesis, dan menilai. Mengolah secara kritis artinya dalam proses membaca seorang pembaca tidak hanya menangkap makna yang tersurat (makna baris-baris bacaan, atau istilahnya (reading the lines), tetapi

juga menemukan makna antarbaris (reading between the lines), dan makna di

balik baris (reading beyond the lines).

Membaca kritis tidak hanya memahami arti yang tersurat dalam teks, tetapi juga untuk membaca hal-hal yang tersirat. Dengan kata lain, membaca pesan yang tidak secara gamblang ditulis oleh penulis. Maka pembaca juga harus berpikir kritis tentang pesan penulis, mengapa penulis memberi pesan tersebut dan bagaimana penulisan menyampaikan pesan melalui teks. Membaca sambil berpikir kritis dapat mengetahui tujuan penulis menyampaikan pesan dan pembaca dapat membantu menentukan apakah teks itu baik atau buruk. Kemampuan membaca kritis diperlukan untuk menentukan nilai bahan bacaan layak dibaca atau tidak.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan, membaca kritis adalah kegiatan membaca yang menuntut pembaca untuk mengetahui seluruh isi bacaan


(42)

baik yang tersurat maupun tersirat melalui proses menginterpretasi, menerapkan konsep-konsep, menganalisis, menyimpulkan, menilai, dan memproduksi.

2.2.5 Aspek Membaca Kritis

Seseorang dikatakan mampu membaca kritis apabila seseorang itu dapat memberi tanggapan atau mengomentari isi suatu bacaan. Melalui tanggapan tersebut berarti ia telah berpikir kritis.

Berpikir kritis berasal dari dua kata dasar dalam bahasa Latin yakni “kriticos” yang berarti penilaian yang cerdas (discerning judgment) dan “criterion” yang berarti standar (Paul dkk, http://www.criticalthinking.org/ schoolstudy.htm). Kegiatan kritis ditandai dengan menganalisis secara cermat untuk menilai teks dengan objektif. Emilia (2007) menyebutkan berpikir kritis berarti berpikir untuk menghasilkan penilaian, pendapat atau evaluasi yang objektif dengan menggunakan standar evaluasi yang tepat untuk menentukan kebaikan, manfaat serta nilai sesuatu. Pendapat lain yang sama yaitu berpikir kritis merupakan kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi, kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan orang lain (Johnson, 2006:181, dalam Sari, 2010:10). Kesimpulan dari pengertian diatas berpikir kritis adalah sutu kegiatan menganalisis, mengevaluasi dan memberi penilaian secara objektif dengan bukti yang logis. Tujuan berpikir kritis yaitu untuk memahami lebih mendalam mengenai suatu bacaan baik tersirat maupun tersurat.


(43)

Tarigan (2005:93) mengungkapkan bahwa membaca kritis menuntut pembaca agar:

a. Memahami maksud penulis

Saat membaca serta memahami maksud penulis, pembaca perlu mencari paragraf pendahuluan suatu pernyataan mengenai maksud penulis dan uraian penjelasan terhadap maksud tersebut. Memperhatikan bagaimana cara penulis menentukan ruang lingkup pembicaraan. memperhatikan dengan saksama bagaimana cara penulis menentukan organisasi serta penyajian bahan, dan mencari maksud yang tersirat yang tersembunyi dalam bacaan.

b. Memanfaatkan kemampuan membaca dan berpikir kritis

Pembaca harus yakin bahwa membaca untuk memahami informasi sebelum mengutarakan pendapat. Pemahaman selalu mendahului penilaian. Untuk dapat menilai, pembaca perlu menganalisis asumsi-asumsi dan praduga-praduga kita sendiri untuk mengetahui apakah kita sebagai pembaca berpikir secara jelas dan objektif atau tidak.

c. Memahami organisasi dasar tulisan

Membaca secara keseluruhan dan memahami setiap bagian penyajian, yaitu pendahuluan, isi, dan kesimpulan.

d. Menilai penyajian pengarang

Selaku pembaca yang kritis, kita harus mampu menilai, mengevaluasi penyajian bahan penulis. Kita harus dapat menemukan pokok masalah. Adapun segi-segi yang dinilai yaitu segi informasi, logika, bahasa, kualifikasi, dan sumber informasi.


(44)

e. Menerapkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari

Pembaca yang teliti dan kritis terus menerus akan mengevaluasi ide-ide yang disajikan pada mereka, terutama sekali untuk melihat apakah ide-ide yang menarik perhatian, memberi pertimbangan dan penilaian dan mengambil pendapat-pendapat mengenai hal-hal yang penting.

f. Meningkatkan minat membaca

Untuk meningkatkan minat membaca, perlu sekali kita berusaha menyediakan waktu untuk membaca dan memilih bahan bacaan yang baik, ditinjau dari norma-norma kekritisan yang mencakup norma-norma-norma-norma estetik, sastra, dan moral.

g. Prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan

Prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan yaitu bahan yang bermanfaat yang memenuhi kebutuhan dan tidak menyia-nyiakan waktu. Adapun prinsip tersebut yaitu (a) buku-buku yang pantas dibaca. Buku-buku dan majalah-majalah yang memberi laporan, menafsirkan, mengilhami, atau memperkarya kehidupan disamping memberi hiburan. Pilihan-pilihan tersebut dapat ditemui dalam karya tulis. Kalau buku tidak memenuhi salah satu atau lebih dari fungsi-fungsi tersebut, maka buku tersebut hampir tidak patut mendapat pertimbangan dan waktu yang serius. (b)Norma-norma kritik. Norma-norma digunakan untuk mengukur kebaikan-kebaikan suatu buku, film atau acara televsi sebelum dipublikasikan. Adapaun hal-hal yang dapat dipertimbangan dan dipikirkan dibawah tiga judul, yaitu norma estetik, sastra, dan moral.

Saat membaca kritis seseorang harus memiliki beberapa keterampilan yaitu memahami ide pokok baik yang tersurat maupun tersirat, mengetahui tujuan


(45)

penulis, menganalisis fakta dan opini, mengevaluasi tulisan, menyimpulkan dan menilai.

Pujiono (2008) dalam “Kunci Sukses Membaca Kritis” ada 16 keterampilan dalam membaca kritis yaitu (1) Keterampilan menemukan informasi faktual (detail bacaan), (2) Keterampilan menemukan ide pokok yang tersirat, (3) Keterampilan menemukan unsur urutan, unsur perbandingan, unsur sebab akibat yang tersirat, (4) Keterampilan menemukan suasana (mood), (5) Keterampilan

membuat simpulan, (6) Keterampilan menemukan tujuan pengarang, (7) Keterampilan memprediksi (menduga) dampak, (8) Keterampilan membedakan opini dan fakta, (9) Keterampilan membedakan realitas dan fantasi, (10) Keterampilan mengikuti petunjuk, (11) Keterampilan menemukan unsur propaganda, (12) Keterampilan menilai keutuhan gagasan, (13) Keterampilan menilai kelengkapan antargagasan, (14) Keterampilan menilai kesesuaian dan keruntutan antargagasan, (15) Keterampilan menilai kesesuai antara judul dan isi bacaan, dan (16) Keterampilan membuat kerangka bacaan.

Uraian di atas sejalan dengan aspek-aspek yang dikemukakan Nurhadi (2010:145-181). Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki pembaca kritis yaitu

a. Kemampuan mengingat dan mengenali

Kemampuan-kemampuan yang termasuk dalam kemampuan mengingat dan mengenali meliputi: kemampuan mengenali ide pokok paragraf, mengenali tokoh-tokoh cerita dan sifat-sifatnya, menyatakan kembali gagasan utaman


(46)

bacaan, menyatakan kembali fakta-fakta atau detail bacaan, dan pembanding, unsur hubungan sebab akibat, karakter tokoh, dan sebagainya.

b. Kemampuan menginterpretasi makna tersirat

Seorang pembaca kritis harus menyadari bahwa penulis tidak hanya mengungkapkan gagasan secara tersurat tetapi juga secara tersirat. Untuk menggali makna tersebut diperlukan kepekaan interpretasi. Pembaca harus mampu dengan sendirinya menafsirkan ide-ide pokok dan ide-ide pokok penunjang yang secara eksplisit tidak dinyatakan oleh pengarangnya. Kemampuan-kemampuan menginterpretasi sebagai berikut: kemampuan menafsirkan ide pokok paragraf, menafsirkan gagasan utama bacaan, menafsirkan ide-ide penunjang, membedakan fakta-fakta atau detail bacaan, memahami secara kritis hubungan sebab akibat, dan memahami secara kritis unsur-unsur perbandingan.

c. Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan

Seorang pembaca kritis tidak berhenti sampai pada aktivitas menggali makna tersirat melalui pemahaman dan interpretasi secara kritis, tetapi juga harus mampu menerapkan konsep-konsep yang ada dalam situasi baru yang bersifat problematis. Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan sebagai berikut: kemampuan mengikuti petunjuk dalam bacaan, menerapkan konsep-konsep atau gagasan-gagasan utama bacaan ke dalam situasi baru yang problematis, menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi.


(47)

d. Kemampuan menganalisis isi bacaan

Kemampuan menganalisis adalah kemampuan pembaca melihat komponen-komponen atau unsur-unsur yang membentuk suatu kesatuan. Kesatuan dalam bacaan meliputi gagasan-gagasan utama, kesimpulan-kesimpulan, pernyataan-pernyataan dan lain sebagainya.

Kemampuan menganalisis isi bacaan meliputi: kemampuan memberikan gagasan utama bacaan, memberikan detail-detail atau fakta-fakta penunjang, mengklasifikasi fakta-fakta. dan membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam bacaan.

e. Kemampuan membuat sintesis

Kemampuan membuat sintesis adalah kemampuan pembaca melihat kesatuan gagasan melalui bagian-bagiannya. Sebuah teks bacaan, apapun bentuknya, biasanya merupakan sebuah kesatuan gagasan atau pesan.

Kemampuan membuat kesimpulan sebagai berikut: kemampuan membuat kesimpulan bacaan, mengorganisasi gagasan utama bacaan, menentukan tema bacaan, menyusun kerangka bacaan, menghubungkan data-data sehingga diperoleh kesimpulan, dan membuat ringkasan.

f. Kemampuan menilai isi bacaan

Seorang pembaca yang kritis harus mampu mengadakan penilaian-penilaian terhadap keseluruhan isi bacaan melalui aktivitas-aktivitas mempertimbangkan, menilai itu sendiri, dan mentukan keputusan-keputusan. Kemampuan menilai isi bacaan meliputi kemampuan menilai kebenaran gagasan utama atau ide pokok paragraf atau bacaan secara keseluruhan, menilai dan menentukan bahwa sebuah


(48)

pernyataan adalah fakta atau sekedar opini, menilai dan menentukan bahwa sebuah bacaan itu diangkat dari realitas ataukah fantasi pengarang, menentukan tujuan pengarang dalam menulis karangannya, menentukan relevansi anatara tujuan dengan pengembangan gagasan, menentukan keselerasan antara data yang diungkapkan dengan kesimpulan yang dibuat, dan menilai keakuratan dalam penggunaan bahasa, baik pada tataran kata, frase, atau penyusunan kalimatnya. g. Kemampuan mencipta bacaan (menulis)

Kemampuan mencipta bacaan adalah kemampuan menyerap inti bacaan, membuat rangkuman atau membuat kerangka bacaan yang disusun sebagai tanggapan terhadap bacaan atau membuat kerangka bacaan yang betul-betul baru berdasarkan pengetahuan dari bacaan, dan mengembangkan/ menulis berdasarkan kerangka bacaan yang telah disusun.

Aspek-aspek yang dijelaskan Nurhadi di atas selaras dengan pemikiran Bloom mengenai jenjang kognitif. Ada tujuh jenjang kognitif menurut Bloom dan Anderson (dalam Arifin, 2008:18) yaitu

a. Pengetahuan (Knowledge)

Menarik kembali informasi yang relevan yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Mencakup dua macam proses kognitif yaitu mengingat dan menyatakan kembali. Mengingat adalah ketika memori digunakan untuk menghasilkan definisi, fakta, atau daftar, atau membacakan atau mengambil materi. Menyatakan kembali adalah mengungkapkan lagi sesuai apa yang tertulis dalam suatu teks.


(49)

b. Pemahaman (Comprehension)

Mengkonstruksi makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran manusia, baik itu lisan, tulisan, dan dalam bentuk grafik. Memahami mencakup tujuh proses kognitif yaitu menafsirkan, memberikan contoh, mengklasifikasikan, meringkas, menarik inferensi, membandingkan dan menjelaskan.

c. Penerapan (Application)

Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Meliputi dua macam proses kognitif yaitu menjalankan dan mengimplementasikan.

d. Analisis (Analysis)

Menguraikan suatu permasalahan atau objek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Mencakup tiga macam proses kognitif yaitu membedakan, mengorganisasikan, dan menemukan pesan tersirat (memberikan atribut).

e. Menyimpulkan (Syntesis)

Kemampuan untuk menempatkan bagian-bagian bersama-sama untuk membentuk satu keseluruhan yang koheren, baru atau unik. Mencakup dua macam proses kognitif yaitu menyimpulkan dan menyusun kembali

f. Menilai (Evaluasi)

Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kategori dan standar yang ada. Mencakup dua macam proses kognitif yaitu memeriksa dan mengkritik.


(50)

g. Memproduksi (Creation)

Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan atau menyusun unsur-unsur untuk membentuk sebuah ide baru, atau membuat produk sendiri. Mencakup tiga macam proses kognitif yaitu merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang aspek kemampuan membaca kritis, maka peneliti memilih teori taksonomi Bloom dan dipadukan dengan teori Nurhadi mengenai aspek kemampuan membaca kritis guna melakukan penelitian. Adapun aspek membaca kritis yaitu (1) kemampuan mengenali dan mengingat , (2) memahami isi bacaan, (3) menerapkan konsep-konsep, (4) menganalisis isi bacaan, (5) membuat kesimpulan, (6) menilai, dan (7) memproduksi.

2.2.6 Hakikat Strategi Pembelajaran

Wiranataputra, 2010 (dalam Iskandarwassid, 2011:6) menyatakan strategi pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematika dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Pengertian di atas sejalan dengan Mujiono, 1992 (dalam Iskandarwassid, 2011:8) yang mengemukakan strategi pembelajaran yaitu kegiatan pengajaran untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsentrasi antara aspek-aspek dan komponen menggunakan siasat tertentu. Sistem intruksional merupakan suatu kegiatan , maka dalam pemikiran dan pengupayaan pengkonsistensian


(51)

aspek-aspek komponennya tidak hanya sebelum dilaksanakan, tetapi juga pada saat dilaksanakan.

Kedua pendapat tersebut berbeda dengan yang dikemukakan oleh Zaini dan Bahri 2003 (dalam Iskandarwassid, 2011:8), strategi pembelajaran mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan pembelajaran, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan pengajar dan peserta didik dalam mewujudkan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

Kesimpulan dari beberapa pengertian di atas, strategi pembelajaran yaitu kiat-kiat yang digunakan pengajar mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi untuk mencapai tujuan tertentu.

2.2.7 Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran

Subyantoro dkk. 2014 (dalam Iskandarwassid, 2011:11) mengungkapkan jenis-jenis utama strategi belajar dilihat dari karakteristik belajar setiap individu yaitu:

a. Strategi Mengulang

Strategi mengulang terdiri atas mengulang sederhana dan mengulang kompleks. Strategi mengulang sederhana digunakan untuk sekedar membaca ulang materi tertentu dan hanya untuk menghafal saja. Strategi mengulang kompleks adalah menggarisbawahi ide-ide kunci, membuat catatan pinggir, dan menulis kembali inti informasi yang telah diterima merupakan bagian dari kegiatan mengulang.


(52)

b. Strategi Elaborasi

Beberapa bentuk strategi elaborasi adalah pembuatan catatan, analogi, dan PQ3R. PQ3R singkatan dari preview (membaca selintas dengan cepat), question

(bertanya), dan 4R singkatan dari read (membaca) , reflect (merefleksi), recite

(mennayakan pada diri sendiri), dan review (mengulang secara menyeluruh).

Strategi elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna. Strategi ini membantu pemindahan informasi baru dari memori jangka pendek ke jangka panjang.

c. Strategi Organisasi

Strategi organisasi terdiri atas pengelompokan ulang ide-ide atau istilah menjadi bagian yang lebih kecil. Bentuk strategi organisasi ini yaitu outlining,

membuat garis besar yakni menghubungkan berbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide utama. Mapping, lebih dikenal dengan pemetaan konsep.

d. Strategi Metakognitif

Metagonitif berhubungan dengan peserta didik tentang berpikir mereka sendiri dan kemampuan menggunakan strategi belajar dengan tepat. Metakognisi memiliki dua komponen, yakni pengetahuan tentang kognisi dan mekanisme pengendalian atau monitoring kognisi.

Selain strategi di atas terdapat pula strategi membaca menurut Wainwright (2007: 78-80) yaitu strategi PACER. Langkah-langkah untuk strategi PACER sebagai berikut:

a. Preview (meninjau), membaca sepintas lalu untuk mengenali struktur bacaan,


(53)

b. Assess (menaksir), tujuan membaca dan materi bacaan.

c. Choose (memilih), teknik yang tepat.

d. Expedite (mempercepat), peringatan untuk meningkatkan kembali kecepatan

membaca setelah tertahan bagian yang sulit.

e. Review (meninjau ulang), membaca sepintas lalu untuk memastikan tidak ada

yang terlewatkan dan/atau untuk memperkuat pokok-pokok pikiran yang harus diingat.

Selain strategi yang sudah dijelaskan di atas, Ngalimun (2014:61-63) juga mengungkapkan strategi SQ3R untuk mengembangkan kemampuan membaca kritis. SQ3R merupakan strategi membaca yang terdiri dari lima langkah yaitu a. Survey (prabaca), strategi untuk mengenal bahan sebelum membaca secara

lengkap untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum dengan melihat judul, subjudul, dan sebagainya.

b. Question, mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan, misalnya dengan

mengubah judul atau subjudul menjadi kalimat tanya. Bisa menggunakan kata

siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana.

c. Read, membaca keseluruhan bahan bacaan. Baca bagian demi bagian sambil

mencari jawaban atas pertanyaan yang telah dibuat pada langkah ke-2. Pada tahap ini, konsentrasikan diri untuk mendapatkan ide pokok dan detail penting. d. Recite, Setelah selesai membaca, berhentilah sejenak. coba jawab pertanyaan

atau sebutkan hal-hal penting bagian tersebut dan bila diperlukan buat catatan. Bila belum paham, ulangi membaca bagian tersebut sekali lagi.


(54)

Strategi KWL singkatan dari What I Know (apa yang ingin saya ketahui),

What Do I Want to Learn (apa yang ingin saya pelajari), dan What I Learned

(apa yang telah saya pelajari). Scarcella (dalam Rahim, 2007:36-47) menyatakan

bahwa K-W-L berguna untuk penjelajahan sebuah topik dan isi bacaan secara

cepat. Keistimewaan K-W-L ialah memungkinkan pembaca menjajaki sebuah

topik melalui multiple perspektif. Strategi ini menekankan pada pentingnya latar

belakang pengetahuan pembaca. Langkah pembalajaran menggunakan KWL adalah sebagai berikut.

a. Langkah Whot I Know mencakup empat langkah, yaitu:

1) Membimbing mahasiswa menyampaikan ide-ide tentang topik bacaan yang akan di baca.

2) Mencatat ide-ide mahasiswa tentang topik yang akan dibaca 3) Mengatur diskusi tentang ide-ide yang diajukan mahasiswa, dan 4) Memberikan stimulus atau penyelesaian contoh mengenai kategori ide. b. Langkah What Do I Want to Learn mencakup dua langkah, yaitu:

1) Membimbing mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan topik bacaan, dan

2) Membimbing mahasiswa untuk membuat skala prioritas tentang pertanyaan-pertanyaan yang benar-benar mereka inginkan jawabannya.

c. Langkah What I Learned, dosen membimbing mahasiswa menuliskan kembali

apa yang telah dibaca dengan bahasanya sendiri.

Namun, karena penelitian ini adalah mahasiswa yang telah memiliki bekal kemampuan yang relatif sudah cukup, strategi yang dibutuhkan oleh mahasiswa


(55)

bukan lagi strategi sejenis PQ4R, PACER, SQ3R, atau KWL. Strategi yang dibutuhkan oleh mahasiswa adalah (a) mengenali dan mengingat, (b) memahami isi bacaan, (c) menerapkan konsep-konsep, (d) menganalisis isi bacaan, (e) membuat kesimpulan, (f) menilai, dan (g) memproduksi. Strategi inilah yang dipergunakan untuk pembelajaran kemampuan membaca kritis.

2.2.8 Teori Skala Likert

Skala likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang mengenai suatu gejala atau fenomena (Sumanto, 2014:102). Pendapat tersebut sejalan dengan Riduwan (2002:12) mengemukakan skala likert digunakan untuk mengikur sikap, pendapat seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Pernyataan skala likert terdapat dua bentuk pernyataan, yaitu bentuk pernyataan positif yang berfungsi untuk mengukur sikap positif, dan bentuk pernyataan negatif yang berfungsi untuk mengukur sikap negatif objek sikap.

Dalam menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi subvariabel kemudian subvariabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Di bawah ini akan dijabarkan kategori interpretasi skor yakni:


(56)

Tabel 2.1 Kategori Faktor Membaca

Rentang Skor Kategori

0% - 20% Sangat Rendah 21% - 40% Rendah 41% - 60% Cukup 61% - 80% Tinggi 81% - 100% Sangat Tinggi

Dalam skala likert, kemungkinan tidak sekedar “setuju” dan “tidak setuju”, melainkan dibuat lebih banyak kemungkinan jawabannya, yaitu 5 = Sangat Setuju (SS), 4 = Setuju (S), 3 = Tidak Memiliki Pilihan (TMP), 2 = Tidak Setuju (TS), dan 1 = Sangat Tidak Setuju(STS). Skala ini pada dasarnya memperoleh dari data kualitatif yang dikuantitatifkan. Adapun cara mengerjakan skala likert menurut Suharso (2009:44) adalah:

1. Mengumpulkan sejumlah pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Responden diwajibkan memilih salah satu dari sejumlah kategori jawaban yang tersedia. Kemudian masing-masing jawaban diberi penilaian tertentu (misalnya 1,2,3,4,5).

2. Membuat nilai total untuk setiap responden dengan menjumlah nilai untuk seluruh jawaban.

3. Menilai kekompakkan antarpernyataan. Caranya dengan membandingkan jawaban antara dua responden yang mempunyai skor total yang sangat berbeda, tetapi memberikan jawaban yang sama untuk pernyataan tersebut. Pernyataan tersebut dinilai tidak baik, sehingga harus dikeluarkan (tidak digunakan untuk mengukur konsep yang diteliti).


(57)

4. Pernyataan yang kompak dijumlahkan untuk membentuk variabel baru dengan menggunakan teknik summated rating.

2.2.9 Teori Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah indentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi (Rangkuti, 2003:18). Asumsi dasar yang melandasinya adalah bahwa organisasi harus menyelaraskan aktivitas internalnya dengan realita eksternal agar dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Susanto (2014:131) menyatakan analisis SWOT (Strengths,

Weaknesses, Opportunities, and Threats) adalah perangkat analisa yang sangat

populer, terutama untuk kepentingan perumusan strategi.

SWOT merupakan akronim dari Strength (kekuatan) dan Weaknesses

(kelemahan) internal dari mahasiswa serta Opportunities (peluang), dan Threats

(ancaman) yang dihadapi mahasiswa. Pearce dan Robinson (2013:156) mengungkapkan analisis SWOT adalah teknik historis yang terkenal untuk menciptakan gambaran umum secara cepat mengenai situasi strategi. Analisis ini didasarikan pada asumsi bahwa strategi yang efektif diturunkan dari “kesesuaian” yang baik antara sumber daya internal mahasiswa (kekuatan dan kelemahan) dengan situasi eksternalnya (peluang dan ancaman). Kesesuaian yang baik akan memaksimalkan kekuatan dan peluang mahasiswa serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Jika diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini memiliki implementasi yang bagus dan mendalam bagi desain dan strategi yang berhasil.


(58)

Sagala (2007:140) juga mengemukakan analisis SWOT adalah salah satu tahap dalam manajemen strategi yang merupakan pendekatan analisis lingkungan. Penelitian Peluang tidak akan berarti apabila pengajar tidak mampu memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang tersebut. Penelitian analisis SWOT ini digunakan untuk mengidentifikasi faktor membaca yang dimiliki mahasiswa.

Kekuatan (Strengths) merupakan keunggulan yang dimiliki oleh mahasiswa

sehingga mampu membaca kritis sedangkan kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan mahasiswa sehingga menjadi hambatan dalam membaca kritis. Peluang adalah situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan mahasiswa sedangkan ancaman adalah situasi utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan mahasiswa. Dengan demikian, perencanaan strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis disesuaikan dengan hasil analisis faktor membaca yang di analisis berdasarkan SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dan sudah dikaitkan dengan hasil tes kemampuan membaca kritis.

2.3 Kerangka Berpikir

Strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis pada mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia semester VI kelas A Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015 dibuat dengan dasar kerangka berpikir sebagai berikut: pertama, peneliti melakukan analisis kebutuhan dan mengumpulkan data


(1)

dosen. 3. Mahasiswa berperan aktif

dalam mengikuti kegiatan perkuliahan.

Mahasiswa aktif bertanya kepada penyaji yang presentasi saat mereka belum jelas

4. Mahasiswa memahami materi yang dijelaskan dosen.

Mahasiswa memahami penjelasan dosen sehingga saat dosen memberi waktu untuk bertanya mereka tidak bertanya. 5. Mahasiswa aktif bertanya

kepada dosen apabila mengalami kesulitan atau kurang paham mengenai materi.

Tidak ada yang bertanya kepada dosen.

6. Mahasiswa aktif memberi tanggapan atas pertanyaan yang diajukan dosen.

Mahasiswa tidak aktif menanggapi dosen. Berbicara hanya saat dosen mengajukan pertanyaan terhadap mahasiswa tertentu.

7. Mahasiswa disiplin dalam mengerjakan tugas yang diberikan dosen.

Mahasisw disiplin mengerjakan tugas

8. Mahasiswa dapat membuat kesimpulan diakhir perkuliahan.

Mahasiswa mampu membuat kesimpulan.

9. Mahasiswa dapat membuat refleksi diakhir perkuliahan.

Mahasiswa tidak membuat refleksi.


(2)

Lampiran 14

Transkip Wawancara Dosen

1.

Dalam mempersiapkan materi, dosen memikirkan materi apa saja yang bisa

dikembangkan, sebagai dosen juga harus menguasai materi, memikirkan tugas

apa yang cocok untuk memperdalam materi dan dilaksanakan secara

berkelompok atau individu. Selain itu, dosen juga mempersiapkan evaluasi

yang sesuai dengan materi.

2.

Dosen mengajarkan materi sesuai dengan kurikulum. Adapun metode yang

dipilih disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Biasanya dosen

menggunakan metode ceramah sebagai pengantar untuk apersepsi, kemudian

mahasiswa dibagi kelompok dan diberi tugas. Setiap kelompok diberi proyek

(tugas) yang berbeda dan setiap kelompok diminta untuk presentasi. Setelah itu

dosen memberi penegasan supaya mahasiswa lebih paham mengenai materi.

3.

Tindakan dosen untuk mahasiswa yang belum memahami materi yaitu

perkuliahan berbasis Pendagogi Ignasian sehingga diakhir perkuliahan dosen

selalu memberi evaluasi dan refleksi. Refleksi dilakukan untuk mengulang lagi

materi yang sudah dipelajari sehingga mahasiswa dapat mengingat dan lebih

memahami materi yang diberikan dan diakhir perkuliahan dosen tetap memberi

penegasan.

4.

Tindakan dosen agar mahasiswa memperhatikan yaitu saat jam efektif

perkuliahan sangat panjang (150 menit) maka dosen mengajak mahasiswa

untuk istirahat sejenak. Kadang-kadang dosen juga mengajak mahasiswa untuk


(3)

harus fokus kembali.

5.

Tindakan dosen bagi mahasiswa yang tidak mengerjakann tugas yaitu sejak

awal perkuliahan dosen sudah memberi penjelasan kepada mahasiswa bahwa

bobot pada masing-masing tugas berbeda. Tugas diberi bobot lebih besar/tinggi

daripada UTS dan UAS karena dosen lebih mengutamakan proses. Bobot

penilaian tersebut juga sudah disepakati bersama dengan para mahasiswa

sehingga mahasiswa sudah tahu konsekuensinya apabila mahasiswa tidak

menyelesaikan tugas tepat waktu. Apabila mahasiswa tidak disiplin dalam

mengerjakan tugas maka nilai tidak sama dengan mahasiswa yang disiplin dan

apabila tidak mengumpulkan tugas berarti nilai pada tugas tersebut adalah nol.

Dosen hanya memberi dispensasi kepada mahasiswa yang sakit atau alasan lain

yang masuk akal.

6.

Dalam

mengakhiri

perkuliahan

dosen

mengajak

mahasiswa

untuk

menyimpulkan materi yang sudah dipelajari. Setelah itu dosen memberi

informasi mengenai materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya

dan meminta mahasiswa untuk membaca dan belajar lebih dulu. Harapannya

saat mahasiswa masuk kuliah, mereka tidak dalam keadaan kosong tanpa bekal

ilmu .


(4)

Lampiran 15

Transkip Wawancara Mahasiswa

No. Nama Mahasiswa Aspek Pertanyaan Jawabam

1 Insep Pitomo Minat Baca Sadar sebagai mahasiswa PBSI sehingga harus kuat membaca meskipun sampai sekarang belum kutu buku.

2 Nadya Bela Pratiwi Jati Suwito

Minat membaca tinggi hanya saat akan ujian, kuis, mau presentasi dan ada tuga merangkum.

3 Alfiyatun Nasiroh Minat membaca jika ada tugas presentasi dan tugas membaca buku literatur dari dosen.

4 Setia Ratna Dewi Minat membaca novel dan tentang psikologi. Membaca sudah menjadi kebiasaan dan lebih sering membaca secara online.

5 Eva Tri Rusdyaningtyas

Membaca refensi yang diberikan dosen dan pergi ke toko buku untuk membeli buku yang menarik dibaca. Membuat pengingat di note untuk membaca seminggu minimal 3 buku. 6 Dania Yosepha Tamara Membaca dapat menambah

wawasan dan lebih kompetensi dalam menguasai materi.

1 Insep Pitomo Motivasi Membaca Ingin memahami materi dan melebihi teman-teman dan mempersiapkan diri untuk menjadi guru.

2 Nadya Bela Pratiwi Jati Suwito

Ingin meraih IPK tinggi, membaca untuk menghibur diri, dan up to date.

3 Alfiyatun Nasiroh Buku yang menarik, bahasa yang sederhana, dan mencari buku yang lain yang satu tema.

4 Setia Ratna Dewi Sadar sebagai mahasiswa PBSI harus banyak membaca sehingga harus membeli buku dan dirangkum.

5 Eva Tri Rusdyaningtyas

Ingat jerih payang orang tua, IPK teman-teman lain yang tinggi membuat motivasi baca yang tinggi dan setiap bosan pergi ke toko buku untuk membeli buku baru.


(5)

menambah wawasan.

1 Insep Pitomo Faktor Internal Motivasi (ingin mengungguli teman-teman), Kondisi emosi (kalau sedang patah hati tidak membaca karena tidak fokus), ketertarikan (lebih suka cerpen dan tidak suka komik), kesehatan (kalau sakit tidak membaca), tingkat intelegensi (gaya bahasa yang rumit membuat saya lebih tertantang dan menambah kosa kata).

2 Nadya Bela Pratiwi Jati Suwito

Ketertarikan (membaca sekilas dari judul apabila tertarik langsung dibaca dan mencari sumber lain yang satu tema), kondisi emosi (kalau perasaan lagi enak suka membaca dan memiliki rasa tanggungjwab terhadap tugas), penguasaan bahasa (artikel bahasa inggris sering mempersulit pemahaman isi bacaan).

3 Alfiyatun Nasiroh Ketertarikan (novel dan cerpen), kondisi emosi (kalau perasaan senang tidak membaca tetapi kalau merasa bosan baru membaca) kebermanfaatan (membaca memberi banyak manfaat, misalnya setelah membaca saya bisa memanajemen keuangan). 4 Setia Ratna Dewi Tingkat intelegensi (dengan

sering membaca saya mampu membaca sekilas padahal sebelumnya sulit sekali dalam memahami isi bacaan).

5 Eva Tri Rusdyaningtyas

Kondisi emosi (jika perasaan lagi baik, mudah memahami isi bacaan) motivasi (ingin meraih prestasi yang tinggi dan melebihi teman-teman), kondisi kesehatan (apabila sedang sakit tidak mampu memahami isi bacaan), kebermanfaatan (dengan banyak membaca mendapat banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari).


(6)

6 Dania Yosepha Tamara Kondisi kesehatan (saat sehat, cepat memahami isi bacaan), ketertarikan (jenis buku fiksi), kebermanfaatan (meningkatkan prestasi), penguasaan bahasa (banyak membaca pasti mudah memahami isi bacaan).

1 Insep Pitomo Faktor Eksternal Waktu (biasa membaca pada malam hari, tetapi kalau lagi ada waktu banyak dan minat membaca tinggi bisa setengah hari dan lupa waktu), latar belakang sosial ekonomi (setiap semester diberi uang untuk membeli buku), pengaruh media elektronik (sadar bahwa TV akan mengganggu belajar sehingga tidak membeli TV).

2 Nadya Bela Pratiwi Jati Suwito

Pengaruh media elektornik (Tidak suka menonton TV karena informasi lebih lamban sehingga lebih memilih membaca dengan HP), waktu (membaca jika ada waktu luang saja), ketertarikan (membaca artikel tentang idola setiap hari).

3 Alfiyatun Nasiroh Pengaruh kuatnya budaya lisan (lebih suka mendengarkan orang berbicara daripada membaca sendiri), pengaruh media elektronik (lebih suka nonton cerita yang difilmkan daripada membaca langsung dari buku), tidak tersedianya bacaan (tidak memiliki stok buku di kos). 4 Setia Ratna Dewi Lingkungan (lingkungan yang

hening mempermudah dalam memahmi isi bacaan), pengaruh media elektronik (Tidak suka menonton TV tetapi lebih suka menggunakan HP untuk membaca).

5 Eva Tri Rusdyaningtyas

Suasana lingkungan (membaca diluar ruangan).

6 Dania Yosepha Tamara Suasana lingkungan (konsentrasi tinggi saat lingkungan tidak terlalu sepi dan tidak terlalu ramai), waktu ( membaca setiap pagi dan sore hari).


Dokumen yang terkait

Peningkatan Kemampuan Membaca Kritis Artikel Dengan Metode Inquiry Pada Siswa Kelas VIII SMP PELITA HARAPAN, PONDOK PINANG, KEBAYORAN LAMA,JAKARTA SELATAN

0 16 255

Strategi pengembangan budaya baca melalui membaca pemahaman pada mahasiswa kelas A semester IV Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2016.

0 0 2

Faktor - faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester V program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 3 172

Pengembangan strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa kelas B semester IV program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 2 228

Pengembangan modul pembelajaran membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016.

3 31 446

Strategi pengembangan budaya baca melalui membaca pemahaman pada mahasiswa semester V angkatan 2013 program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

1 1 216

Strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra indonesia semester VI Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

0 7 265

Strategi kemampuan membaca pemahaman berdasrakan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2014/2015.

0 0 229

Strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta tahun aj

0 0 255

Strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2

0 1 239