lingkungan kerja. Gallagher, Bently dan Barlow 2014 menjelaskan dalam penelitiannya bahwa perceived control didefinisikan sebagai
persepsi kontrol terhadap suatu faktor situasional dan peristiwa. Pendapat lain menyebutkan bahwa perceived control adalah
kepercayaan belief dimana seseorang dapat mengontrol hasil dari perilakunya dalam Kiecolt, Hughes dan Keith, 2009. Definisi yang
serupa di atas menyebutkan perceived control mengacu pada kepercayaan dimana perubahan dalam suatu lingkungan merupakan
satu kesatuan dengan perilaku, upaya dan pilihan individu dalam Infurna, Gerstorf, Ram, Schupp dan Wagner, 2011.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa perceived control adalah persepsi ketersediaan kontrol dimana
individu percaya bahwa dirinya memiliki kontrol terhadap perilaku di dalam menghadapi suatu situasi.
2. Konstruk Perceived control
Skinner 1996 melalui penelitiannya menyatakan bahwa untuk kepentingan penelitian, peneliti perlu menentukan konstruk kontrol
yang digunakan agar membantu untuk memberi label mengenai potensi penyebab dan konsekuensi dari perceived control. Untuk itu
peneliti berfokus pada dasar konstruk oleh Skinner tahun 2016. Skinner 2016 menjelaskan bahwa perceived control adalah
sistem kompleks yang diidentifikasi oleh berbagai peneliti melibatkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
banyak komponen dalam kontrol. Perceived control oleh Skinner melibatkan control beliefs. Control beliefs adalah konstruk personal
yang dipertimbangkan memiliki hubungan terhadap pengaruh lingkungan. Control beliefs terdiri dari contingency belief dan
competence belief. a.
Contingency beliefs Contingency belief adalah sikap yang mengarahkan
individu untuk menghasilkan perilaku outcomes yang diinginkan. Bentuk-bentuk dari contingency antara lain internal usaha,
kemampuan, eksternal kekuatan orang lain, impersonal keberuntungan, takdir dan unknown tidak diketahui.
b. Competence beliefs
Competence beliefs adalah kepercayaan individu bahwa ia memiliki kemampuan untuk menciptakan sikap sehingga
menghasilkan perilaku yang diinginkan. Skinner dalam Greene dan Murdock, 2013 menjelaskan
bahwa perceived control berdasar dari hubungan atribusi antara respon individu terhadap suatu peristiwa contingency dan atribusi mengenai
individu yang mampu menciptakan respon tersebut competence. Sehingga, individu yang mengandalkan contingency eksternal,
impersonal dan unknown noncontingency atau individu yang merasa tidak memiliki keinginan atau kemampuan incompetence akan
mengarahkan pada kondisi yang disebut loss of control atau lack of control.
3. Dampak Perceived control
Glavin dan Schieman 2014 menyebutkan dalam penelitiannya menjelaskan bahwa perceived control dapat mengurangi stressors
untuk semakin meluas. Serupa dengan pernyataan di atas, Fox dan Spector 2006 mengungkapkan apabila individu mempersepsikan
memiliki kontrol, maka ia percaya bahwa situasi yang dihadapinya tidak akan menjadi semakin buruk dan dapat mentoleransi adanya
stimulus yang menciptakan stres yang lebih tinggi. Selain pernyataan di atas, Skinner 2016 menjelaskan bahwa
individu yang percaya memiliki perceived control yang tinggi akan menunjukkan usaha, kerja keras, kesediaan untuk berperilaku, bertahan
dalam menghadapi kegagalan, menunjukkan minat, optimis, memiliki perhatian, penyelesaian masalah dan berorientasi pada tindakan.
Sedangkan individu yang tidak percaya memiliki kontrol mereka cenderung untuk menarik diri, mundur, melarikan diri, menyerah atau
menjadi lebih pasif, menjadi takut, depresi, pesimis dan mengalami distress.
Selain itu, memiliki kontrol dalam pekerjaan bermanfaat bagi kesehatan pekerja. Hal tersebut dikarenakan kontrol memungkinkan