b Analisis Data Tambahan
melakukan wawancara terhadap salah satu karyawan PT. Vale Indonesia untuk mengetahui lebih jauh tentang kondisi krisis. Dalam wawancara
tersebut beliau menceritakan bahwa krisis memang sedang terjadi dimana perusahaan merugi, harga nickel rendah dan sebagainya. Akan tetapi,
karyawan tetap merasa aman karena berbagai fasilitas yang diberikan oleh perusahaan masih tetap dirasakan. Sebagai contoh, berbagai tunjangan
yang diberikan seperti biaya rumah sakit, pendidikan, hari raya dan lain- lain masih dapat diberikan perusahaan meskipun dalam kondisi krisis. Hal-
hal tersebut membuat karyawan masih merasakan kenyamanan di tengah- tengah kondisi krisis Wawancara Pribadi, 6 Desember 2016.
Selain faktor di atas, usia juga merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh terhadap job insecurity. Sverke et. al. 2006
menjelaskan bahwa individu yang berusia 30an dan 40an atau yang lebih tua cenderung lebih mudah untuk mengalami kehilangan pekerjaan
sehingga lebih rentan merasakan pengalaman job insecurity. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut individu berada pada usia dimana mereka
bertanggung jawab untuk membesarkan anak. Akan tetapi melalui data analisis tambahan yakni uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan job insecurity terhadap usia. Sverke et. al. menjelaskan lebih jauh bahwa apabila tanggung jawab dapat diatasi maka job insecurity
pun mengalami penurunan. Melalui wawancara dapat diketahui bahwa karyawan mendapatkan tunjangan pendidikan yang diperuntukkan bagi
anak-anak karyawan. Maka, hal tersebut memungkinkan karyawan untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
merasa aman terhadap tanggung jawab mereka sehingga memiliki tingkat job insecurity yang rendah.
Faktor lain yang juga dapat memengaruhi job insecurity adalah jenis kelamin. Beberapa studi menemukan bahwa laki-laki cenderung
mengalami job insecurity lebih tinggi daripada perempuan Sverke et. al., 2006. Akan data yang diperoleh tidak dapat digunakan untuk melakukan
pengujian. Hal tersebut dikarenakan jumlah laki-laki yang jauh lebih banyak daripada perempuan yakni laki-laki sejumlah 119 orang sedangkan
perempuan hanya berjumlah 31 orang. Sosioekonomi juga menjadi salah satu faktor yang dapat
memengaruhi job insecurity. Individu yang memiliki status yang rendah dalam pekerjaan dan memiliki pendapatan yang rendah cenderung mudah
untuk mengalami ancaman kehilangan pekerjaan dalam Sverke et. al., 2006. Akan tetapi data yang diperoleh mengenai jabatan juga tidak dapat
digunakan karena sebagian besar karyawan yang menjadi subjek penelitian adalah staff yakni sejumlah 138 orang. Sedangkan karyawan yang
termasuk senior staff berjumlah 7 orang, supervisor berjumlah 1 orang, manager berjumlah 3 orang dan senior manager berjumlah 1 orang.
Terdapat beberapa hambatan yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya peneliti tidak dapat memantau langsung proses
pengambilan data. Hal ini dikarenakan ketatnya akses untuk masuk ke dalam perusahaan sehingga peneliti hanya dapat menitipkan kepada salah