Pengertian Job insecurity Job insecurity

terhadap lingkungan seperti tanggung jawab dalam keluarga family responsibility, kebutuhan akan keamanan need for security dan perceived control. Selain dua faktor di atas, terdapat pula faktor lainnya yang disebut dengan faktor demograkfik yang dapat mempengaruhi persepsi individu dalam Sverke et. al., 2006. Faktor-faktor tersebut adalah: a. Usia Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi interpretasi di tengah lingkungan yang menjadi ancaman terhadap pekerjaannya. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa orang berusia 30an dan 40an atau yang lebih tua cenderung lebih mudah mengalami kehilangan pekerjaan. b. Jenis kelamin Jenis kelamin memiliki peran yang berbeda di dalam menghadapi kejadian hidup mereka. Beberapa studi menemukan bahwa laki-laki cenderung mengalami job insecurity lebih tinggi daripada perempuan. c. Sosioekonomi Faktor ini juga disebut sebagai faktor yang mempengaruhi individu dalam menghadapi situasi dan hasilnya dapat terlihat pada interpretasi bahwa pekerjaan mereka menjadi suatu ancaman. Individu yang memiliki status yang rendah dalam pekerjaan dan memiliki pendapatan yang rendah cenderung mudah untuk mengalami ancaman kehilangan pekerjaan.

4. Dampak Job insecurity

Leka dan Jain dalam De Witte et. al., 2015 menjelaskan bahwa job insecurity mengarahkan individu untuk merasakan dampak secara fisik maupun psikologis. Terdapat sejumlah penelitian yang menemukan bahwa job insecurity berdampak pada kesehatan karyawan. Salah satunya yang terdapat dalam penelitian yang dilakukan oleh Burgard et. al. 2009 menemukan bahwa perceived job insecurity menjadi prediktor yang signifikan terhadap masalah kesehatan. Dampak lainnya adalah menurunnya kepuasan kerja, kecelakaan di tempat kerja serta dampaknya terhadap kesehatan fisik Jiang dan Probst, 2014. Job insecurity dalam De Witte et. al., 2015 berhubungan dengan rendahnya kesehatan mental dan masalah kesehatan secara fisik baik secara umum seperti kecemasan atau darah tinggi maupun yang berkaitan dengan pekerjaan seperti rendahnya kepuasan kerja atau ketidakhadiran. Greenhalgh dan Rosenblatt 2014 menjelaskan bahwa pengalaman subjektif dari job insecurity mengarahkan pada disfungsi perilaku bekerja seperti; penurunan usaha effort, keinginan untuk meninggalkan pekerjaan dan tidak ingin mengalami perubahan. Lain halnya dengan Glavin 2013 yang menemukan bahwa karyawan yang mengalami perceived job insecurity mengalami peningkatan tekanan kerja dan terjadi penurunan dalam membuat keputusan. Melalui pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa job insecurity memiliki dampak terhadap individu secara fisik seperti masalah kesehatan dan kecelakaan di tempat kerja. Selain itu, job insecurity juga berdampak secara psikologis terhadap karyawan seperti peningkatan tekanan kerja, penurunan kebebasan dalam menentukan keputusan, penurunan usaha, keinginan untuk meninggalkan pekerjaan, tidak mau mengalami perubahan dan penurunan kepuasaan kerja.

B. Perceived control

Sub bab ini akan menjelaskan mengenai pengertian, komponen serta dampak dari perceived control.

1. Pengertian Perceived control

Penjelasan mengenai mengapa kontrol sangat menjadi penting di sepanjang kehidupan adalah karena kontrol merefleksikan kebutuhan manusia secara psikologis. Secara umum, kekuatan kontrol berasal dari kenyataan bahwa manusia memiliki kebutuhan untuk menjadi efektif dalam interaksinya dengan lingkungan dalam Skinner dan Greene, 2008; Skinner dan Gembeck 2010. Kebutuhan ini mengacu pada need for effectance, competence atau kontrol. Ide ini pertama kali disampaikan dalam literature oleh Robert White pada tahun 1959 yang mengatakan bahwa manusia memiliki keinginan untuk menciptakan dampak pada lingkungan dalam Skinner dan Gembeck, 2010. Pengembangan konstruk kontrol dimulai dari Julian Rotter pada tahun 1966 sebagai locus of control yang diikuti dengan Seligman dengan learned helplessness, self-efficacy oleh Bandura dan causal attributions oleh Weiner dalam Skinner, 2016 dan terus mengalami perkembangan. Konstruk utama dari kontrol adalah pengalaman kontrol experiences control. Hal ini juga mengacu pada generative transmission yakni pengalaman untuk menggunakan berbagai upaya yang menghasilkan perilaku outcomes yang diinginkan dalam Skinner dan Greene, 200. Pengalaman ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni objektif dan subjektif. Pengalaman objektif mengacu pada pengendalian yang sebenarnya terhadap hasil perilaku. Sedangkan kontrol subjektif mengacu pada perceived control atau estimasi individu mengenai ketersediaan kontrol yang dimilikinya dalam Skinner Gembeck, 2010. Spector 2009 mengatakan bahwa kontrol dapat dilihat dari bagaimana seseorang mempersepsikan perceived. Perceived control muncul dari interaksi antara manusia dan lingkungan. Perceived control merefleksikan jumlah kontrol yang dimiliki individu dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI