pertama dan kedua dihitung sebagai asupan pakan yang dikonsumsi pada hari pertama, metode yang sama juga dilakukan pada pengukuran asupan
minum setiap harinya selama 28 hari perlakuan.
13. Pembuatan preparat dan pemeriksaan histopatologis
Organ yang telah disimpan dalam larutan formalin 10 dilakukan trimming yakni pemotongan tipis jaringan setebal ±4mm dengan orientasi
sesuai dengan organ yang akan dipotong. Potongan jaringan kemudian dimasukkan dalam embeding cassete lalu dilanjutkan dengan proses dehidrasi
menggunakan tissue processor untuk mengeluarkan kandungan air dalam jaringan organ. Proses dehidrasi ini menggunakan cairan dehidran, seperti
etanol atau isopropil alkohol. Cairan dehidran kemudian dibersihkan dari jaringan menggunakan reagen pembersih, yaitu xilol selama 1 jam, yang
kemudian diganti dengan parafin dengan metode penetrasi ke dalam jaringan selama 2 jam. Setelah melalui proses dehidrasi, jaringan yang berada dalam
embeding cassete dipindahkan ke base mold yang berisi parafin cair. Jaringan
kemudian dipotong menggunakan mikrotom, lalu dilakukan pewarnaan menggunakan hematoksilin-eosin. Setelah jaringan pada preparat diwarnai,
kaca preparat ditutup dengan cover glass Carson, 1990. Preparat yang sudah dibuat, dilakukan pembacaan dan pengamatan untuk mendiagnosis gambaran
histopatologis organ hati. Prosedur ini dilakukan oleh pihak Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
F. Tata Cara Analisis Hasil 1.
Pemeriksaan histopatologis organ
Data pemeriksaan histopatologis organ dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan mikroskop cahaya Olympus dp 10 berdasarkan
perubahan struktural yang terjadi dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Data ini digunakan untuk melihat hubungan antara dosis dan spektrum
efek toksik.
2. Uji reversibilitas
Data uji reversibilitas dianalisis secara kualitatif berdasarkan perubahan struktural yang terjadi pada kelompok tikus yang diberhentikan dari
pemberian infusa biji alpukat dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif.
3. Pengamatan berat badan hewan uji
Data penimbangan berat badan hewan uji dihitung purata perubahan berat badan tiap kelompok hewan uji pada hari ke-0, 7, 14, 21 dan 28. Data
perubahan berat badan hewan uji antar minggu dan kelompok perlakuan dianalisis secara statistik dengan analisis General Linier Model Multivariate.
4.
Pengukuran asupan pakan dan minum hewan uji
Data asupan pakan dan minum dianalisis dengan cara menghitung purata makanan dan minuman yang dihabiskan tiap kelompok hewan uji setiap
harinya, kemudian dibuat grafik perubahan pola makan dan minum hewan uji.