menyebabkan kerusakan sel-sel hepar pada tikus yaitu sebesar 2 mlkgBB yang diberikan secara intraperitonial i.p.
b. Penetapan konsentrasi fraksi daun M. tanarius. Konsentrasi yang
digunakan adalah konsentrasi pekat yang dapat dibuat dimana pada konsentrasi tersebut fraksi dapat terlarut sempurna dalam pelarut
CMC-Na 1. Konsentrasi fraksi yang dapat ditetapkan yaitu 600 mg25 ml.
c. Penetapan dosis fraksi daun M. tanarius. Penetapan dosis FHEMM
diperoleh berdasarkan konsentrasi dan volume FHEMM yang disesuaikan dengan berat badan tertinggi tikus. Dosis tertinggi yang
dapat ditetapkan yaitu 137,14 mgkgBB. Peringkat dosis II ditetapkan dengan menurunkan seperdua dari dosis tertinggi ½ x
137,14 mgkgBB = 68,57 mgkgBB dan peringkat dosis I ditetapkan dengan menurunkan seperdua dari peringkat dosis II ½
x 68,57 mgkgBB = 34,28 mgkgBB d.
Penetapan waktu pencuplikan darah. Hewan uji terdiri dari 5 ekor tikus yang diambil darahnya pada jam ke-0, 24, dan 48.
Pengambilan darah dilakukan melalui sinus orbitalis mata.
11. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji
Hewan uji yang digunakan sebanyak 30 ekor tikus yang dibagi secara acak ke dalam 6 kelompok perlakuan.
a. Kelompok I merupakan kontrol negatif yaitu CMC-Na 1 yang
diberikan secara per oral selama 6 hari beturut-turut dan dilakukan pengukuran darah pada jam ke-24.
b. Kelompok II merupakan kontrol hepatotoksin CCl
4
yang dilarutkan dalam olive oil 1:1 dengan dosis 2 mlkgBB secara intraperitonial
i.p dan dilakukan pengukuran darah pada jam ke-24. c.
Kelompok III merupakan kontrol FHEMM jangka panjang dimana kontrol diberikan FHEMM dosis tertinggi yaitu 137,14 mgkgBB
selama 6 hari berturut-turut pada waktu yang sama secara per oral dan dilakukan pengukuran darah pada jam ke-24.
d. Kelompok IV-VI merupakan kelompok perlakuan FHEMM dengan
3 peringkat dosis yaitu dosis 1 atau dosis terendah sebesar 34,28 mgkgBB, dosis II atau dosis tengah sebesar 68,57 mgkgBB, dan
dosis III atau dosis tertinggi sebesar 137,14 mgkgBB yang diberikan selama 6 hari berturut-turut pada waktu yang sama secara
per oral dan pada hari ke-7 diberikan CCl
4
. Pengukuran darah dilakukan pada jam ke-24 setelah penyuntikan CCl
4
.
12. Pengukuran aktivitas LDH
Pengukuran aktivitas LDH dilakukan di Laboratorium Bethesda Yogyakarta. Alat yang digunakan yaitu konelab prime 30 dan atau cobas 501
ROCHE. Reagen yang digunakan yaitu reagen serum LDH Thermo Scientific. Hasil pengukuran dinyatakan dengan satuan UL. Pengukuran sampel dimulai
dengan pembuatan serum darah tikus terlebih dahulu. Pertama-tama, sampel darah
sebanyak 2-3 ml dimasukkan dalam tabung vaccum, kemudian sampel dibiarkan membeku ± 15-30 menit. Setelah itu, tabung darah dimasukkan ke dalam alat
centrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit yang akan membentuk 2 lapisan dimana lapisan atas merupakan serum dan lapisan bawah merupakan sel-
sel darah. Serum diambil dan selanjutnya dilakukan pengukuran. Persiapan reagen dimulai dengan mencampurkan substrat bersama 11,4 ml air yang sudah
dipurifikasi ke dalam tabung kerucut 15 ml hingga larut, kemudian tambahkan 0,6 ml Assay buffer ke dalamnya dan lindungi dari cahaya hingga siap digunakan.
Pengukuran aktivitas serum LDH dilakukan dengan panjang gelombang 490 nm dan 680 nm.
F. Tata Cara Analisis Hasil