tetap yang diperoleh selama 3 kali penimbangan berturut-turut tiap hari setelah 24 jam di oven sebesar 0
sehingga dapat dikatakan tidak ada sisa dari pelarut fraksi.
Dari hasil penimbangan bobot fraksi didapatkan rendemen FHEMM sebesar 19,46. Untuk pembuatan fraksi, digunakan
156 g ekstrak metanol-air
daun M. tanarius sehingga dapat dihasilkan 30 g fraksi.
C. Uji Pendahuluan
1. Penetapan dosis FHEMM
Dosis FHEMM didapatkan dengan menggunakan rumus konsentrasi FHEMM dikalikan dengan volume FHEMM dan dibagi dengan berat badan tikus.
Konsentrasi FHEMM ditetapkan terlebih dahulu melalui tahap orientasi dan diperoleh sebanyak 600 mg FHEMM yang dapat larut dalam 25 mL CMC-Na 1.
Berat badan tikus yang digunakan merupakan berat badan tertinggi tikus sebesar 350 gBB Lampiran 8. Dari hasil orientasi dapat ditetapkan 3 peringkat dosis
dengan dosis rendah 34,28 mgkgBB, dosis tengah 68,57 mgkgBB, dan dosis tinggi 137,14 mgkgBB Lampiran 8.
2. Penetapan dosis hepatotoksin CCl
4
Hepatotoksin yang digunakan dalam penelitian ini adalah CCl
4
. Penetapan dosis hepatotoksin CCl
4
bertujuan untuk menentukan seberapa besar dosis yang dapat menyebabkan kerusakan hepar terutama stetatosis pada tikus. Berdasarkan
penelitian Janakat dan Al-Merie 2002, dosis optimum CCl
4
yang terbukti dapat
meningkatkan aktivitas ALT dan AST adalah 2 mgkgBB tikus. Pelarut CCl
4
yang digunakan adalah olive oil dengan perbandingan 1 : 1. Pemberian hepatotoksin
CCl
4
diberikan secara intraperitonial. Pemberian secara intraperitonial dipilih selain karena mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya dimana pemberian
CCl
4
diberikan secara i.p, dan juga karena terdapatnya banyak pembuluh darah di dalam rongga perut sehingga hepatotoksin akan langsung masuk ke dalam
pembuluh darah dan efek yang dihasilkan lebih cepat. Setelah pemberian CCl
4
terjadi kenaikan serum ALT dan AST sebesar 3-4 kali dari kondisi normal yang menandakan telah terjadi kerusakan pada hepar tikus Zimmerman, 1999. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dosis hepatotoksin CCl
4
sebesar 2 mlkgBB dapat meningkatkan serum ALT sebesar 3-4 kali dari kondisi normal dan serum AST
sebesar 4-5 kali dari kondisi normal yang menandakan telah terjadi kerusakan pada hepar tikus setelah induksi CCl
4
.
3. Penetapan Waktu Pencuplikan Darah