pertama, dan seterusnya. Penyarian diakhiri setelah pelarut tidak berwarna lagi Depkes RI, 2000.
G. Fraksinasi
Fraksinasi merupakan proses pemisahan antara zat cair dengan zat cair. Fraksinasi dilakukan secara bertingkat berdasarkan tingkat kepolarannya yaitu
dari non polar, semi polar, dan polar. Senyawa yang memiliki sifat non polar akan larut dalam pelarut non polar, yang semi polar akan larut dalam pelarut semi
polar, dan yang bersifat polar akan larut dalam pelarut polar Harborne, 1987. Fraksinasi umumnya dilakukan dengan menggunakan metode corong
pisah atau kromatografi kolom. Kromatografi kolom merupakan salah satu metode pemurnian senyawa dengan menggunakan kolom Sastrohamidjojo,
1985. Corong pisah merupakan peralatan laboratorium yang digunakan untuk
memisahkan komponen-komponen dalam campuran antara dua fase pelarut yang memiliki massa jenis berbeda yang tidak tercampur.
Macam-macam proses fraksinasi : a.
Proses fraksinasi kering Winterization Fraksinasi kering adalah suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada berat
molekul dan komposisi dari suatu material. Proses ini lebih murah dibandingkan dengan proses yang lain, namun hasil kemurnian
fraksinasinya rendah. b.
Proses fraksinasi basah Wet fractionation Fraksinasi basah adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan zat
pembasah wetting agent atau disebut juga proses hydrophilization atau
proses detergen. Hasil fraksi dari proses ini sama dengan proses fraksinasi kering.
c. Proses
fraksinasi dengan
menggunakan solventpelarut
Solvent fractionation
Proses fraksinasi ini menggunakan pelarut. Proses fraksinasi ini lebih mahal dibandingkan dengan proses fraksinasi lainnya karena menggunakan bahan
pelarut. d.
Proses fraksinasi dengan pengembunan Fractional condentation Proses fraksinasi ini didasarkan pada titik didih dari suatu zatbahan
sehingga dihasilkan suatu produk dengan kemurnian yang tinggi. Fraksinasi pengembunan ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi Stahl, 1985.
H. Landasan Teori
Hepar adalah organ metabolik terbesar dan terpenting di tubuh. Organ ini penting untuk sekresi empedu, metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, serta
detoksifikasi atau degradasi zat-zat sisa, hormon, obat dan juga senyawa asing lainnya Sherwood, 2001.
Senyawa yang bersifat hepatotoksin dapat menyebabkan kerusakan hepar. Salah satu model senyawa hepatotoksin yaitu CCl
4
. CCl
4
merupakan molekul sederhana, yang dapat menyebabkan nekrosis sentrilobular hepatik dan
perlemakan di hepar. Target utama dari ketoksikan CCl
4
adalah hepar. Toksisitas CCl
4
bergantung pada metabolisme aktivasi oleh sitokrom P-450 CYP2E1 Timbrell, 2008. CCl
4
diaktivasi oleh CYP2E1, CYP2B1 atau CYP2B2 dan
CYP3A untuk membentuk radikal triklorometil Naik and Panda, 2007. CCl
4
akan bereasi dengan oksigen membentuk radikal triklorometil peroksi Gregus dan Klaaseen, 2001. Radikal bebas triklorometil dengan katalis enzim sitokrom
P-450 dapat menimbulkan peroksidasi lipid serta dapat berikatan secara kovalen dengan protein dan lipid sehingga mengakibatkan steatosis dan penimbunan lipid
yang dapat mengganggu integritas membran sel hepar Timbrell, 2008. Kadar LDH menjadi tinggi secara abnormal saat serangan jantung dan
penyakit hepar, juga beberapa jenis penyakit lain. LDH memegang peranan penting dalam produksi energi dalam sel-sel tubuh Michael and Roizen, 2007.
Daun M. tanarius memiliki aktivitas antioksidan dengan kandungan senyawa laurosida E, metil brevifolin karboksilat, isokuercitin, hiperin,
mallophenol B, macarangioside A, macarangioside B, dan macarangioside C, macarangioside D yang diisolasi dari ekstrak metanol yang dapat menangkap
radikal bebas terhadap DPPH Matsunami et al., 2009. Kumazawa et al. 2013 menganalisis mengenai kandungan senyawa antioksidan dari M. tanarius yaitu
nymphaeol A, nymphaeol B, nymphaeol C, isonymphaeol B, dan 3
’
-geranyl- naringenin. Berdasarkan penelitian Phommart et al. 2005 terdapat tiga
kandungan senyawa baru yaitu tanarifuranonol, tanariflavanon C, dan tanariflavanon D. Berdasarkan penelitian Tiala 2013 telah dilakukan penelitian
efek hepatoprotektif dengan pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius. Nurcahyanti 2013
melaporkan bahwa infusa daun M. tanarius mempunyai efek hepatoprotektif. Fraksi heksan dan diklorometan ekstrak daun Macaranga
denticulate dan Macaranga pruinosa memiliki kandungan aktivitas antioksidan tertinggi Mazlan dkk., 2013.
Kandungan senyawa-senyawa ellagitannin M. tanarius yang terlarut dalam pelarut heksan-etanol diharapkan dapat menghambat perlemakan hepar
sehingga dapat mengurangi ketoksikan yang disebabkan oleh CCl
4
.
I. Hipotesis
Pemberian jangka panjang FHEMM dapat menurunkan kadar serum LDH pada tikus betina galur Wistar yang terinduksi CCl
4
.
38
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni untuk mengetahui hubungan ada tidaknya akibat setelah perlakuan yaitu penurunan
aktivitas serum LDH setelah diberi FHEMM, kemudian terdapat kelompok kontrol sebagai pembanding dan kelompok perlakuan yang diberi perlakuan yang
sama. Setiap kelompok diambil darahnya sebelum dan sesudah perlakuan untuk perbandingan. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian acak lengkap
pola searah dimana hewan uji diambil secara random dan variabel bebas yang digunakan hanya satu yaitu dosis FHEMM.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel-variabel yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Variabel utama
a. Variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi
dosis pemberian FHEMM. Dosis FHEMM yang digunakan adalah miligram FHEMM tiap kilogram berat badan hewan uji.
b. Variabel tergantung. Variabel tergantung penelitian ini adalah
penurunan kadar LDH serum pada sel hepar tikus betina galur Wistar yang terinduksi CCl
4
setelah pemberian jangka panjang FHEMM.