87
pekerjaannya pun terbagi-bagi berdasarkan keahliannya yaitu tukang batu, tukang kayu, tukang keramik dan sebagainya serta kenek yang selalu membantu pekerjaan tukang.
4.5.2. Nilai dan Norma Pada Buruh Bangunan
Menurut Lawang, nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan, pantas,
berharga dan mempengaruhi perilaku sosial orang-orang yang memiliki nilai tersebut.
Sedangkan norma adalah aturan-aturan yang biasanya tidak tertulis, namun demikian dapat dipahami oleh setiap individu dalam konteks hubungan sosial-ekonomi Lawang, 2004:180.
Nilai dan norma akan berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk hubungan antar individu. Norma yang tercipta diharapkan dapat dipatuhi dan diikuti oleh individu dalam masyarakat
sosial tertentu. Bentuk aturan-aturan tersebut misalnya, bagaimana cara menghormati dan menghargai orang lain, norma untuk tidak mencurangi orang lain dan norma untuk selalu
bekerjasama dengan orang lain.
Berdasarkan data di lapangan yang didapatkan dari hasil wawancara dengan para informan dan observasi, dapat diketahui bahwa pada saat buruh bangunan bekerja ataupun
berhubungan dan berinteraksi dengan sesama buruh bangunan terdapat semacam nilai dan norma yang berlaku pada mereka, tetapi nilai dan norma ini sifatnya tidak terlalu memaksa
melainkan hanya sebagai pedoman bagi mereka untuk bekerja lebih bagus lagi kedepannya dan apabila melanggarnya akan dimaafkan tetapi apa bila diulangi lagi maka akan diberi
sanksi dan akan terancam keluar dari pekerjaannya. Seperti yang dikemukakan oleh informan buruh bangunan berikut ini.
“Nilai dan Norma yang mengatur para buruh bangunan cuma terletak pada jam kerja dan kesepakatan kerja saja. Bila dilanggar
akan diberikan skorsing dari pekerjaan dan otomatis gaji tidak ada. Nilai gotong royong masih berjalan baik dan lancar.” Bang
Norman
Universitas Sumatera Utara
88
Demikian juga dengan yang dikemukakan oleh buruh bangunan berikut : “Aturan dalam buruh bangunan sebenarnya tidak terlalu terlihat
hanya ada pada jam kerja saja yang harus datang dan pulang sesuai kesepakatannya dan bila dilanggar tahap pertama maka akan disuruh
pulangtidak bekerja dan apabila dilanggar lagi maka akan dipecat. Pola gotong royong juga masih berjalan ini berkat adanya kerja
sama dan dibayar pun seikhlasnya.” Pak Dedi Sumaidi
Nilai dan norma ini juga dianggap penting oleh buruh bangunan karena dengan nilai dan norma ini maka ada semacam aturan yang walaupun tidak mengikat tetapi dapat
membuat buruh lebih disiplin lagi dalam bekerja. Seperti yang dikemukakan oleh beberapa informan buruh bangunan berikut ini :
“Aturan-aturan bagi buruh bangunan tidak terlalu banyak hanya pada jam kerja saja dan target yang ingin dicapai harus sesuai.
Aturan-aturan ini penting agar buruh bangunan lebih disiplin dalam bekerja. Selain itu pola gotong royong yang masih berjalan misalnya
membangunmemperbaiki rumah teman sesama buruh bangunan yang biasanya hanya dibayar seikhlasnya.” Pak Rasman
Sama halnya buruh bangunan berikut juga mengemukakan hal demikian : “Aturan-aturan yang terdapat pada buruh bangunan ya paling
terletak pada kesepakatan kerja saja misalnya jam kerja dan kesepakatan lainnya. Manfaatnya kalau menurut saya aturan itu
nomor 1 karena itu yang membuat kita disiplin dan teratur dalam bekerja. Nilai gotong royong sesama buruh bangunan masih berjalan
dan hanya dibayar seikhlasnya.” Bang Norman
Dengan demikian para buruh bangunan di Lingkungan 12 Desa Bandar Khalipah tetap menganggap bahwa nilai dan norma atau aturan-aturan itu bermanfaat bagi mereka.
Nilai dan norma merupakan dua hal yang saling berhubungan dan sangat penting bagi terwujudnya suatu keteraturan bagi masyarakat yang dalam hal ini buruh bangunan. Nilai
dalam hal ini adalah ukuran kerja, patokan target kerja, gotong royong serta anggapan dan keyakinan kerja atau etos kerja yang dipercaya oleh buruh bangunan dalam suatu masyarakat.
Keteraturan ini bisa terwujud apabila anggota masyarakat bersikap dan berperilaku sesuai dan
Universitas Sumatera Utara
89
selaras dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di dalam aktivitas dan profesi mereka sebagai buruh bangunan.
4.5.3. Kepercayaan Trust Pada Buruh Bangunan