34
kuat, kemampuan dan keahliannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik berupa uang maupun bentuk lainnya dari si pemberi kerja, pengusaha atau majikan.
Menurut ILO, buruh adalah seseorang yang bekerja pada orang lainbadan hukum dan mendapatkan upah sebagai imbalan atas jerih payahnya menyelesaikan pekerjaan yang
dibebankan padanya, dengan kata lain semua orang yang tidak memiliki alat produksi dan bekerja pada pemilik alat produksi maka bisa dikatakan sebagai buruh. Konsepsi ini juga
sejalan dengan pemikiran Karl Marx tentang borjuis dan proletar, pada hakikatnya di dunia ini hanya ada dua kelas yaitu borjuis dan proletar, borjuis adalah pemilik alat produksi dan
proletar adalah orang yang tidak memiliki alat produksi. Tidak ada kelas menengah karena sebenarnya kelas menengah adalah pecahan dari kelas proletar.
Dari berbagai sumber definisi, buruh bukan hanya pekerja kasar bangunan tetapi juga semua orang yang bekerja di bawah perintah kekuasaan orang lain dan menerima upah. Jadi
pegawai negeri sipil maupun eksekutif pun sebenarnya adalah buruh juga. Tapi definisi ini sengaja dikaburkan di jaman Orde Baru sebagai upaya pengkotak-kotakan dan pemecah
belahan, sehingga definisi terpecah menjadi buruh, pekerja, pegawai, kaum profesional dan sebagainya. Tujuannya supaya kekuatan buruh tidak bersatu sehingga tidak bisa
mempengaruhi kekuasaan politik penguasa saat itu. Di Indonesia, pada tataran praktis ketika kita berbicara tentang buruh, maka yang
dimaksud adalah pekerja “berkerah biru” blue collar yang selalu diidentikkan dengan kemiskinan, kumuh, untuk makan harus “gali lobang tutup lobang” dan selalu terpinggirkan.
Buruh inilah yang kemudian dilihat dari tingkat kesejahteraannya berada pada level bawah masyarakat.
2.6.1. Mandorkepala tukang
Mandor atau kepala tukang adalah orang yang membawahi belasan hingga ratusan tukang dan kenek. Jika menggunakan sistem borongan maka ia adalah orang yang membayar
Universitas Sumatera Utara
35
gaji tukang yang ditagih ke kontraktor sebagai pelaksana. Pada prakteknya, seorang mandor akan mencari tukang dan kenek untuk dipekerjakan. Hubungan kerja antara mandor dan
tukang tidak mempunyai ikatan formal atau tidak ada kontrak hitam di atas putih.
2.6.2. Tukang
Tukang adalah pekerja atau buruh bangunan yang pekerjaannya membangun rumah atau bangunan. Keahliannya juga berbeda-beda mulai dari tukang batu, tukang kayu, tukang
besi, tukang cor, tukang listrik, finishing dan lain-lain. Untuk membantu tugas tukang biasanya seorang mandor atau tukang akan mempekerjakan seorang kenek. Kenek adalah
pekerjaan di bawah tukang yang bertugas membantu apa saja pekerjaan tukang.
2.6.3. Kriteria pencarian proyek kerja
Seorang mandor ketika mendapatkan pekerjaan akan mencari tukang untuk dipekerjakan. Dalam prakteknya, seorang mandor akan mencari tukang berdasarkan kriteria-
kriteria tertentu. Diantaranya yaitu spesifikasi keahlian tukang, upah tukang dan wilayah proyek kerja.
2.6.4. Spesifikasi Keahlian Tukang
Tenaga kerja tukang yang dibutuhkan dalam suatu proyek konstruksi untuk berbagai jenis pekerjaan yang ada di lapangan akan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Menurut
Ikatan Arsitek Indonesia IAI perbedaan ini disebabkan karena setiap jenis pekerjaan konstruksi yang dilakukan membutuhkan keahlian tenaga kerja yang berbeda-beda. Untuk itu
seorang mandor akan mencari tukang berdasarkan keahlian yang dibutuhkan di lapangan. Adapun pembagian spesifikasi tukang berdasarkan keahliannya adalah sebagai berikut:
a. Tukang Rangka Baja b. Tukang Kayu
c. Tukang Listrik Instrumen d. Tukang Besi
Universitas Sumatera Utara
36
e. Tukang Keramik f. Tukang Batu
g. Tukang Cat h. Tukang Batu
i. Tukang Pemasang Pipa j. Dan lain sebagainya
Biasanya seorang tukang hanya dapat mendalami satu keahlian saja, namun ada juga tukang yang dapat menguasai lebih dari satu keahlian atau biasa disebut multifungsi.
Contohnya tukang keramik dapat mengerjakan tugas dari tukang batu namun tidak semua tukang batu dapat mengerjakan tugas seorang tukang keramik. Keahlian-keahlian ini
didapatkan dari pendidikan formal maupun non formal. Sebuah lembaga pemerintah yaitu Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional LPJK bertugas menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan keterampilan kerja jasa konstruksi. Pendidikan formal tersebut akan membentuk suatu Badan Sertifikasi Keterampilan
Institusi Diklat yaitu Badan penyelenggara sertifikasi yang independen dan mandiri, yang menyelenggarakan pengujian keterampilan kerja untuk proses sertifikasi keterampilan kerja
tertentu. Dengan itu seorang tukang yang telah mendapatkan sertifikasi suatu bidang keahlian telah mendapat pengakuan tertulis tentang keahliannya tersebut. Selain dari pendidikan
formal keahlian ini juga bisa didapatkan dari pendidikan non formal seperti pengalaman kerja. Biasanya sebelum menjadi seorang tukang, seorang buruh bangunan dipekerjakan
sebagai kenek terlebih dahulu. Lama kelamaan kenek akan mahir dan bisa naik menjadi tukang dengan keahlian tertentu skripsi buruh.pdf diakses pada tanggal 17 oktober 2012
pada jam 14:05.
2.6.5. Upah kerja