76
bekerja saya melihat mereka sangat kompak dalam bekerja, saling membantu jika ada teman mereka yang kurang tahu dalam mengerjakan bagian dari bangunan tersebut. Pada siang hari
saling mengingatkan jam istirahat dan jam makan dan pernah juga sewaktu saya bersama buruh bangunan pada hari jumat mereka juga tidak lupa mengingatkan untuk sholat jumat.
Pada sore hari mereka pulang bersama-sama sambil bercerita atau bertukar pikiran satu sama lain, mereka juga saling percaya satu sama lain dalam mengerjakan proyek bangunan dan
saling memberi tahu jika ada yang menawarkan pekerjaan kepada mereka. Dari informasi yang dikemukakan oleh buruh bangunan di atas beserta observasi yang
saya lakukan, dapat diketahui bahwa memang terdapat semacam potensi modal sosial atau yang sering lebih dikenal dengan sikap hubungan kerja sama yang dimiliki oleh masing-
masing individu dan dikembangkan diantara sesama buruh bangunan yang sangat mempengaruhi pekerjaan mereka agar terus berlanjut ke depannya bekerja sebagai buruh
bangunan dan memperoleh informasi-informasi yang berkaitan atau berhubungan dengan bidang bangunan.
4.4.2. Kekuatan Modal Sosial Diantara Sesama Buruh Bangunan
Kekuatan elemen modal sosial sebenarnya sama dengan tipologi atau jenis modal sosial yang meliputi pengikat, perekat, bonding social capital, penyambung ,menjembatani
bridging social capital dan pengait, koneksi, jaringan lingking social capital. Selain dari pada itu kekuatan modal sosial ini juga dapat menjadi alat bantu yang selalu dapat
memperlancar hubungan dan kerjasama, sehingga harapan-harapan individu ke depannya dapat tercapai secara efisien dan efektif demi menjamin kelangsungan pekerjaan mereka dan
hidup di tengah-tengah masyarakat desa. Seperti yang dikemukakan oleh informan buruh bangunan bangunan berikut ini.
“Dengan bentuk sikap kepercayaan, jaringan informasi dan kedisiplinan serta kerja sama ya pasti bermanfaat dan menjamin
pekerjaan saya sebagai buruh bangunan. Usaha saya untuk menjaga
Universitas Sumatera Utara
77
sikap tersebut ya dengan rasa saling percaya dan terbuka sesama buruh bangunan.” Pak Rasman
Hal yang sama juga dikemukakan oleh buruh bangunan berikut ini : “Jaringan relasi, sikap kepercayaan, aturan kerja serta gotong
royong yang kami miliki sesama buruh bangunan menjamin pekerjaan kami walaupun sering menunggu pekerjaan. Usaha kami
untuk menjaganya yaitu dengan cara tidak merugikan sesama teman dan bila dikasih pekerjaan harus diselesaikan dengan baik.” Bang
Bambang dan Bang Surya
Proses kerja sama dari gabungan elemen-elemen modal sosial ini dapat menjadi sebuah peluang dan sikap serta kekuatan dari diri individu tersebut di dalam suatu kelompok
yang disandarkan pada sifat dan substansi yang dimilikinya yakni kepercayaan, norma dan jaringan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Hasil kerja sama dari gabungan elemen-
elemen modal sosial ini menghasilkan peluang dan sikap positif seperti rasa tanggung jawab, kepedulian, kejujuran, kerjasama, rasa saling percaya, solidaritas, perasaan aman dan nyaman
bahkan etos kerja positif dalam menjamin kelangsungan pekerjaan mereka sebagai buruh bangunan dan dapat bertahan hidup kedepannya. Seperti yang dikemukakan oleh beberapa
informan buruh bangunan bangunan berikut ini. “Sikap kerja sama, sikap kepercayaan dan jaringan informasi dengan
sesama buruh bangunan lainnya menjamin pekerjaan saya sebagai buruh bangunan hingga sampai sekarang pekerjaan saya terus ada.
Kalau usaha yang saya lakukan yaitu saling terbuka dan sikap kejujuran ditingkatkan serta saling menolong dengan sesama buruh
bangunan.” Bang Norman
Sependapat dengan buruh bangunan diatas, informan berikut juga mengemukakan hal demikian :
“Semuanya sangat penting dan menjamin pekerjaan saya sampai sekarang apalagi untuk jaringan informasi dan relasi serta aturan
untuk disiplin bekerja itu nomor satu bagi saya. Kalau untuk menjaga sikap dan hubungan tersebut dengan cara berkomunikasi dan
berhubungan dengan baik.” Bang Mulia Hasyim
Universitas Sumatera Utara
78
Hal yang sama juga dikemukakan oleh buruh bangunan berikut ini : “Kalau masalah jaminan kerja ya menjamin tetapi jaminan kerja itu
juga berkat kualitas kerja seseorang dan sikap kepercayaan orang sama kita. Kalau usaha yang dilakukan untuk menjaga hubungan itu
dengan kerja yang baik dan jangan pelit dengan teman.” Pak Mulyadi
Keseluruhan potensi modal sosial atau sikap hubungan kerja sama tersebut merupakan potensi dasar yang dapat dikembangkan untuk membangun potensi lainnya dan menjadi
sumber peluang serta sikap atau kekuatan sebagai potensi sumber daya yang dimiliki oleh buruh bangunan yang kedepannya akan menjadi sebuah jaringan akses oleh setiap individu
dalam meraih sejumlah harapan, kepentingan dan kebutuhan bersama. Dalam Coleman 2009:421-432, disebutkan bentuk-bentuk modal sosial meliputi kewajiban dan ekspektasi,
potensi informasi, norma dan sanksi efektif, relasi wewenang, organisasi sosial yang dapat disesuaikan dan organisasi disengaja.
Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan buruh bangunan, mereka sepakat bahwa Para buruh bangunan di Lingkungan 12 Desa Bandar Khalipah sepakat bahwa
dengan potensi modal sosial atau sikap kerja sama seperti jaringan sosial, negosiasi, nilai dan norma, kepercayaan serta gotong royong yang mereka miliki dapat menjamin kelangsungan
pekerjaan mereka sebagai buruh bangunan. Ini semua berkat adanya rasa kepentingan dan tujuan bersama dimana sesama buruh bangunan saling membutuhkan pekerjaan.
Seperti yang dijelaskan oleh James O. Wilson dalam Fukuyama 2005 tentang kejahatan dan modal sosial, bahwa kejahatan dan kekerasan tidak hanya merugikan individu,
melainkan juga menghambat, dan secara ekstrim mencegah pembentukan dan pemeliharaan masyarakat. Kejahatan mengacaukan ikatan-ikatan yang halus, baik formal maupun informal
yang menghubungkan kita dengan tetangga kita. Kejahatan memecah belah masyarakat dan menjadikan anggotanya hanya individu yang hanya menghitung-hitung keuntungan bagi
dirinya sendiri, terutama menghitung kemungkinannya untuk dapat bertahan di tengah-tengah
Universitas Sumatera Utara
79
orang lain. Kegiatan bersama sulit atau tidak mungkin diadakan, kecuali bagi mereka yang terdorong oleh keinginan bersama untuk mendapat perlindungan.
Contoh kasus yang dijelaskan tersebut memberi pemahaman bahwa kejahatan dan kekerasan menjadi bukti yang akan mengurangi dan melemahkan modal sosial dan ke
depannya akan melahirkan anggota masyarakat dalam hal ini buruh bangunan yang tidak produktif. Bahkan menimbulkan kondisi egois, individual yang hanya mementingkan diri
sendiri, biaya tinggi karena butuh perlindungan dan anomi dalam masyarakat. Perkumpulan biasanya merujuk pada sekolompok orang dalam area geografi tertentu yang berinteraksi
dalam institusi bersama dan memiliki rasa interdependensi dan rasa memiliki bersama William Outwhwite, 136:2008. Perkumpulan bukan diikat oleh struktur tetapi keadaan
pikiran, sebuah kesadaran atau semacan perasaan solidaritas. Beberapa dari buruh bangunan yang sering berkumpul memiliki sejumlah potensi
khususnya modal sosial yang membuat para buruh bangunan tersebut dapat melangsungkan pekerjaan mereka sebagai buruh bangunan agar dapat bertahan hidup dan berkelanjutan
sesuai dengan tuntutan kebutuhan masa kini. Proses-proses sosial yang berlangsung selama ini mencerminkan kuatnya modal sosial yang dimiliki para buruh bangunan. Modal sosial
tersebut dapat dilihat dari sistem kerja, hubungan sosial dan aktivitas sosial lainnya. Para buruh bangunan memiliki kesadaran kolektif yang tinggi, karena sistem
pertemanan mereka yang sudah semacam kekeluargaan ini mencerminkan bahwa para buruh bangunan ini tercipta karena profesi mereka sehari-hari sebagai buruh bangunan selain itu
tercipta juga oleh ikatan darah dan adanya perkawinan. Para buruh bangunan ini memiliki sistem nilai kearifan lokal, sistem religi agama dan kepercayaan dan sistem kerja
mekanisme dan cara dalam pemenuhan kebutuhannya sehari-hari dan menjamin kelangsungan pekerjaan mereka sebagai buruh bangunan.
Universitas Sumatera Utara
80
Para buruh bangunan ini juga memiliki potensi akses jaringan dan relasi yang berupa hubungan dan komunikasi dengan lingkungan luar, desa luar bahkan sampai dunia luar
sebagaimana layaknya para angkatan bersenjata yang pada umumnya selalu berpindah- pindah ke mana saja dengan masa tugasnya. Potensi ini menjadi pengalaman tersendiri yang
dapat memperkuat potensi modal manusia berupa keterampilan dan wawasan mereka dalam menata hidup dalam kehidupannya. Para buruh bangunan ini pada umumnya memiliki cara
tersendiri yang dapat menjadi alat dalam menumbuhkan kerjasama dan kebersamaan.
4.5. Menumbuhkembangkan Modal Sosial di Kalangan Buruh Bangunan