27
yang kokoh, yang apabila dijalankan secara baik akan meringankan biaya pembangunan. Selama ini kita sering salah kaprah terhadap peran uang dalam pembagunan pedesaan. Uang
memang dibutuhkan, tapi uang memberi sumbangan yang paling sedikit dalam memperbaiki proses Cernea, 1988. Penunjang berupa uang tidak pernah secara ampuh menggantikan
yang bukan uang. Variabel yang terlewatkan misalnya adalah variabel sosiobudaya dan kelembagaan.
2.3. Potensi Modal Sosial
Kemampuan masyarakat dalam suatu entitas atau kelompok untuk bekerja sama membangun suatu jaringan untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama tersebut diwarnai
oleh suatu pola hubungan satu sama lain yang timbal balik dan saling menguntungkan resiprocity dan dibangun di atas kepercayaan trust yang ditopang oleh norma-norma dan
nilai-nilai sosial yang positif dan kuat Hasbullah, 2006. Kajian empiris tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian yang pernah dilakukan
dengan para perempuan manajer. Responden dalam penelitian tersebut adalah para perempuan manajer di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kesuksesan perempuan manajer terkait dengan beberapa hal. Pertama, nilai-nilai spiritual yang menjadi fondasi bisnis yang dijalankannya. Kedua, perempuan manajer
memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang baik. Ketiga, mereka memiliki kemampuan menjaga hubungan dengan orang lain atau pelanggan. Hal keempat adalah
bahwa para perempuan manajer cenderung memiliki tingkat kepedulian sosial yang tinggi. Mereka mempunyai naluri berempati dan bersimpati atas masalah-masalah yang dialami
orang lain. Secara umum potensi-potensi untuk peduli, bersimpati, berempati, bermultiperan, berinteraksi dan berelasi dengan lingkungan merupakan potensi-potensi yang lebih dekat
dengan sosok perempuan. Potensi-potensi tersebut dikenal dengan istilah modal sosial. Modal sosial berkaitan dengan kekayaan personal yang melekat pada diri individu. Banyak peneliti
Universitas Sumatera Utara
28
modal sosial seperti Coleman, Putnam, Fukuyama, Nahapiet dan Ghoshal menjelaskan bahwa mereka yang memiliki modal sosial tinggi cenderung memiliki kinerja yang tinggi. Dalam
konteks di Indonesia, Djamaludin Ancok dan Wisnu Prajogo melihat bahwa modal sosial yang tinggi konsisten meningkatkan kinerja.
Masyarakat bisnis melihat kemampuan, keterampilan dan sikap profesionalisme menjadi hal yang lebih penting. Sesungguhnya, para perempuan manajer memiliki potensi
luar biasa yang tidak kalah dengan laki-laki untuk berperan menjadi manajer-manajer bisnis yang handal. Dengan kekayaan modal sosial yang dimilikinya, perempuan manajer
berpotensi untuk semakin berperan dalam mengelola bisnis. Hal ini juga dimiliki oleh seluruh individu baik yang bekerja dimanapun tak terkecuali buruh bangunan, yang diharapkan juga
mampu menciptakan dan mengembangkan sikap dan potensi modal sosial yang mereka miliki.
2.4. Peranan Modal Sosial Dalam Pembangunan