Rutinitas Pekerjaan Buruh Bangunan

65 Dari informasi yang dikemukakan oleh para buruh bangunan di atas, diketahui bahwa walaupun ada yang berpendapatan lumayan tinggi namun sebagian besar kondisi sosial ekonomi buruh bangunan di Lingkungan 12 Desa Bandar Khalipah termasuk tukang masih menengah dan hanya mencukupi kebutuhan sehari-hari saja. Sedangkan sebagian besar kenek menengah ke bawah dan pendapatan mereka hanya sekedar lepas makan saja. Selain dari pendapatan buruh bangunan sehari-hari saya juga melakukan observasi atau pengamatan langsung terhadap kondisi ekonomi buruh bangunan yang meliputi rumah buruh bangunan tersebut. Seperti keadaan rumah dan perabotan di dalamnya yang dimiliki oleh buruh bangunan, kebanyakan masih sederhana yaitu yang pembangunannya masih tanggung tetapi ada juga yang sudah cukup mewah. Ini semua tergantung dari pendapatan mereka tadinya dan kepandaian mereka dalam berhemat dari penghasilan mereka, seiring berjalannya waktu mereka selalu memperbaiki rumah mereka menjadi lebih baik lagi jika uang mereka sudah terkumpul dan mencukupi.

4.3.3. Rutinitas Pekerjaan Buruh Bangunan

Buruh bangunan yang berada di Desa Bandar Khalipah selain bekerja di sekitar desa mereka banyak juga yang dipanggil untuk bekerja di kota Medan. Hal yang dilakukan adalah migrasi yang bersifat sementara dimana pada waktu pagi hari penduduk desa pergi ke kota dalam rangka bekerja ataupun dalam urusan lainnya dan pada sore harinya penduduk desa tersebut pulang ke rumah yang berada di daerah pedesaan inilah yang biasa disebut nglaju. Nglaju ke Kota Medan merupakan tujuan utama dan rutinitas setiap hari penduduk Desa Bandar Khalipah yang bekerja sebagai buruh bangunan. Mulai dari pukul 07.30 WIB setiap hari sampai hari sabtu penduduk desa berangkat dari rumah dan tiba di lokasi tempat mereka bekerja lalu disibukkan oleh kegiatan untuk bekerja. Hal ini ditandai jalan-jalan utama di Desa Bandar Khalipah sudah ramai pada pagi hari oleh kendaraan yang hendak menuju ke tempat tujuan masing-masing pekerjaan mereka. Universitas Sumatera Utara 66 Buruh bangunan ini kebanyakan sudah memiliki kendaraan pribadi baik itu sepeda motor maupun sepeda biasa sebagai alat transportasi mereka ke tempat pekerjaan mereka. Kebanyakan dari mereka mengatakan bahwa memiliki kendaraan sendiri lebih menghemat uang dikarenakan lokasi pekerjaan mereka yang cukup jauh dan juga dapat menghemat efisiensi waktu agar lebih cepat nyampai ke tempat pekerjaan mereka dan dapat menghindari macetnya lalu lintas jalan pada pagi hari yang dipadati oleh para pengguna jalan yang juga bekerja, sekolah ataupun beraktivitas di tempat mereka masing-masing. Mereka juga mengatakan jika gaji mereka tidak bersih atau tidak diberi makan oleh si pemberi pekerjaan maka mereka membawa bekal makanan untuk makan siang yang biasa disebut bontot ke tempat mereka bekerja agar pada jam istirahat makan siang mereka tidak kerepotan lagi untuk mencari makanan dan juga dapat menghemat biaya. Umumnya parah buruh bangunan yang bekerja di satu tempat pekerjaan akan berangkat bersama-sama. Seperti biasanya pada pagi hari sekitar pukul 07.00 atau pukul 07.30 WIB tergantung lokasi pekerjaan, mereka sudah bersiap-siap dan mengajak teman atau rekan kerjanya untuk berangkat bersama ke tempat pekerjaan mereka dengan sepeda motor masing-masing dan jika ada diantara mereka yang tidak mempunyai kendaraan maka akan menumpang kepada temannya yang mempunyai kendaraan. Inilah salah satu bentuk hubungan sosial sesama buruh yang masih baik dan terus berjalan terus seiring waktu. Pada sore hari sekitar pukul 17.00 WIB para buruh bangunan ini sudah bersiap-siap untuk pulang ke rumah mereka dari tempat mereka masing-masing bekerja. Seiring dengan pulangnya para buruh bangunan ini maka jalan-jalan utama dari Kota Medan seperti Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Letda Sujono, Jalan Willem Iskandar yang menghubungkan Kota Medan ke Desa Bandar Khalipah kembali padat dan ramai ditambah dengan para pekerja lainnya di jam yang sama pulang dari tempat pekerjaan atau kesibukan mereka masing-masing yang pada akhirnya menyebabkan kemacetan lalu lintas. Para buruh Universitas Sumatera Utara 67 bangunan juga pulang bersama-sama dengan teman kerjanya sampai ke desa tempat tinggal mereka dan sesampainya di rumah masing-masing biasanya buruh bangunan ini akan beristirahat atau santai sejenak untuk menghilangkan rasa capek bekerja seharian sebelum kembali melanjutkan aktivitasnya. Seperti yang dikemukakan oleh informan buruh bangunan berikut ini. “Sehari-hari saya bekerja dari hari senin sampai sabtu mulai dari pukul 08.00 sampai pukul 17.30. Kebetulan tempat saya bekerja kira-kira 50 meter dari belakang rumah, jadi saya hanya berjalan kaki saja dan bertemu dengan teman-teman buruh bangunan lainnya di tempat kami bekerja sehari-hari. Sampai di tempat bangunan kami langsung memulai pekerjaan kami sampai pukul 12.00, kemudian kami beristirahat satu jam, dan pada pukul 13.00 kami melanjutkan pekerjaan kami sampai jam 17.30 terkadang juga bisa lembur. Setelah itu kami pulang ke rumah masing-masing sambil bercerita-cerita di jalan sembari menghilangkan capek.” Pak Rasman Hal yang sama juga dikemukakan oleh salah satu informan berikut ini : “Rutinitas saya sehari-hari ya bekerjanya di mulai dari pukul 08.00 sampai pukul 16.30. Tempat bekerja saya kebetulan dekat dari rumah dan kebanyakan juga saya bekerja sekitaran rumah dan desa ini oleh sebab itu saya hanya berjalan kaki saja ke tempat saya bekerja, kecuali tempatnya lumayan jauh maka saya menggunakan sepeda motor. Setelah sampai di lokasi kerja saya dan teman buruh bangunan lainnya langsung memulai pekerjaan masing-masing hingga pukul 12.00. Istirahat makan siang samapai pukul 13.00 dan kemudian kembali melanjutkan pekerjaan hingga pukul 16.30. Setelah siap bekerja saya dan teman buruh bangunan lainnya beristirahat sebentar sambil cerita-cerita lalu kami pulang ke rumah.” Pak Dedi Sumaidi Sedikit berbeda halnya dengan buruh bangunan yang bekerja di luar Desa Bandar Khalipah diantaranya Kota Medan bahkan sampai ke Binjai setiap harinya mereka harus berangkat lebih pagi untuk menghindari kemacetan. Biasanya jika lokasi pekerjaan mereka jauh maka biasanya mereka meminta upah atau gaji yang lebih tinggi lagi kepada si pemberi pekerjaan, ini diperhitungkan sesuai dengan ongkos dan waktu mereka selama di perjalanan Universitas Sumatera Utara 68 dari rumah sampai ke lokasi pekerjaan mereka. Seperti yang dikemukakan oleh informan buruh bangunan berikut ini. “Saya bekerja setiap hari kecuali hari minggu dari mulai pukul 08.00 sampai pukul 16.30, kalau mengejar waktu bangunan cepat siap maka lanjut lagi dari jam 16.30 sampai malam. Tempat saya bekerja di Jalan Setia Budi kearah Tanjung Sari di depan Pizza Hut, saya setiap harinya berangkat dari rumah menggunakan sepeda motor sekitaran pukul 07.00 untuk mengantisipasi kemacetan, kadang bersama teman buruh bangunan yang tinggal dekat rumah dan terkadang berangkat sendiri. Sampai di lokasi pekerjaan saya sekitaran pukul 08.00 dan langsung memulai pekerjaan kami dengan buruh bangunan lainnya. Istirahat makan siang itu hanya satu jam, pukul 13.00 kami sudah harus melanjutkan pekerjaan kami sampai selesai pukul 16.30 dan jika sudah beres-beres, saya dan teman saya langsung pulang agar cepat sampai rumah dan menghindari kemacetan di Jalan Dr. Mansyur, Jalan Perintis Kemerdekaan dan Jalan Letda Sujono. Kalau gaji itu pasti kami meminta tambah kepada si pemberi pekerjaan karena jarak lokasi rumah ke tempat pekerjaan cukup jauh dan memakan waktu.” Bang Norman Demikian juga yang dikemukakan oleh salah satu informan berikut ini : “Saya bekerja setiap hari biasanya pukul 08.00 sampai pukul 16.30. Lokasi pekerjaan saya di Jalan Pembangunan Km 12 Binjai yang jarak tempuhnya jauh oleh sebab itu saya dan teman saya buruh bangunan yang berasal dari Lingkungan 12 ini berangkat sama setiap paginya pukul 06.30 dan kami di beri kelonggaran waktu oleh si pemberi pekerjaan karena jarak tempuh yang jauh, kami memulai pekerjaan dari pukul 08.30. Sampai di lokasi pekerjaaan kami langsung mengerjakan bagian kami masing-masing. Istirahat makasn siang itu hanya sejam, dan jika sudah pukul 16.30 kami beres-beres untuk segera pulang, biasanya kami selalu terjebak kemacetan di Kampung Lalang, Helvetia, Jalan Perintis Kemerdekaan dan jalan Letda Sujono sehingga sampai rumah pun kemalaman dan sudah kecapekan. Oleh sebab itu kami meminta gaji lebih kepada si pemberi pekerjaan agar dapat menutupi ongkos dan waktu di jalan.” Bang Bambang Rutinitas buruh bangunan yang kebanyakan bekerja di daerah sekitar desa mereka dan nglaju ke Kota Medan adalah sebagian besar dari tempat pekerjaan mereka, tetapi selain itu tidak jarang ada diantara para buruh bangunan ini yang mendapatkan proyek pekerjaan di Universitas Sumatera Utara 69 luar Kota Medan seperti, Aceh, Siantar dan Pekan Baru. Para buruh bangunan yang mempunyai pekerjaan di luar kota tersebut biasa menyebutnya dengan istilah “meranto” atau merantau. Biasanya mereka merantau dalam jangka waktu yang cukup lama tergantung sedikit banyaknya dan besar kecilnya proyek pekerjaan yang mereka kerjakan. Para buruh bangunan yang merantau ini biasanya akan diberikan fasilitas seperti penginapan baik menyewa suatu rumah ataupun tinggal di rumah-rumah warga di sekitar tempat pekerjaan mereka dan kebutuhan konsumsi yang semuanya ditanggung oleh si pemberi pekerjaan yang memperkerjakan mereka sesuai dengan kesepakatan kerja mereka sewaktu melakukan negosiasi selama mereka bekerja. Untuk kebutuhan sehari-hari keluarga buruh bangunan yang ditinggalkan, biasanya buruh bangunan tersebut akan mengirimkan uang kepada keluarga mereka yang di dapat dari upah atau gaji mereka selama bekerja di perantauan ini. Akan tetapi ada juga sebagian besar dari buruh bangunan yang menyisihkan dan mengumpulkan serta menabungnya sementara di perantauan, ketika pekerjaan mereka siap maka upah atau gaji tadi langsung dibawa pulang ke rumah untuk kebutuhan keluarga mereka. Setelah selesai menyelesaikan proyek pekerjaan bangunan, mereka akan pulang dari perantauan dan akan kembali melanjutkan segala aktivitas pekerjaan mereka di Desa Bandar Khalipah tergantung apakah proyek bangunan lainnya sudah memanggil mereka atau mereka menunggu atau mencari sampai dapat informasi proyek pekerjaan bangunan yang baru baik dari teman ataupun perusahaan yang berbentuk PT atau CV.

4.4. Buruh Bangunan dan Modal Sosial

Dokumen yang terkait

Kontrol Sosial Masyarakat Terhadap “Geng Motor” (Studi di Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara)

7 74 195

Pola Relasi Sosial Petani Dengan Buruh Tani Dalam Produksi Pertanian(Studi Deskriptif Masyarakat di Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

31 143 163

Efektivitas Pelayanan Kesehatan Di Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

26 187 137

Perubahan Sosial Pada Komunitas Cina Kebun Sayur (Studi Deskriptif : di Desa Bandar Klippa, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

1 74 101

Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pendapatan Nelayan (Studi Kasus : Desa Percut Sei Tuan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

0 7 73

BANGUNAN BERSEJARAH PERKEBUNAN TEMBAKAU DELI MAASCHAPPIJ DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG.

4 20 27

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MELINDUNGI DAN MELESTARIKAN LINGKUNGAN HIDUP (STUDI KASUS DESA BANDAR KHALIPAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG).

0 4 19

BILINGUALISME KEDWIBAHASAAN pada masyarakat 1

0 0 5

1 BAB I PENDAHULUAN - Potensi Modal Sosial Buruh Bangunan (Studi Deskriptif Pada Buruh Bangunan di Lingkungan 12 Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang)

0 1 12

Potensi Modal Sosial Buruh Bangunan (Studi Deskriptif Pada Buruh Bangunan di Lingkungan 12 Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang)

0 3 8