1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Semakin lama seiring dengan kemajuan suatu negara, masyarakat akan terus-menerus berkembang dan pendidikan dibutuhkan oleh masyarakat
untuk membantu perkembangan itu. Perkembangan berarti meneruskan dan meningkatkan serta memperbaharui apa yang dimiliki, namun hal ini tidaklah
mudah bagi masyarakat. Pendidikan menjadi instrumen atau alat masyarakat untuk meneruskan dan meningkatkan serta memperbaharui potensi yang
dimilikinya. Jadi, dunia pendidikan memiliki suatu tantangan yang berat. Pendidikan merupakan usaha untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan agar dapat berperan pada masa yang akan datang. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Pendidikan
Nasional Nomer 2 tahun 1989, bahwa pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan
latihan agar dapat berperan dalam masa yang akan datang. Dari pengertian pendidikan tesebut dapat diketahui bahwa kegiatan pendidikan merupakan
suatu kegiatan yang disengaja dan mempunyai tujuan yang jelas, yaitu menyiapkan peserta didik untuk dapat berperan pada masa yang akan datang
yaitu dapat menentukan sendiri masa depannya dan dapat berperan dalam proses pembangunan selanjutnya.
Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan menduduki peranan penting sehingga perlu mendapatkan prioritas tinggi.
Perkembangan dan meningkatnya mutu pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari jasa yang diberikan oleh guru. Semua orang pasti mengakui jasa seorang
guru bagi dirinya walau hanya di dalam hati, tetapi mereka hanya mengakui dengan tanpa upaya memberikan suatu penghargan.
Pengakuan penghargaan masyarakat terhadap profesi guru semakin menurun hal ini dapat dilihat dari gaji dan tunjangan hidup yang rendah,
profesionalitas yang semakin luntur sampai penghargaan dan status sosial guru yang merosot di mata masyarakat. Dewasa ini martabat guru semakin
terpinggirkan bahkan dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Masyarakat berpandangan bahwa tugas guru idealnya, disamping dapat mentrasnfer
pengetahuan, guru juga juga mendidik nilai-nilai universal. Dengan demikian seorang guru hendaknya memiliki moral, iman dan ahklak yang baik yang
dapat ditanamkan pada diri siswa. Namun berita dimedia massa surat kabar Kompas Jumat, 24 Juni 2005 seorang guru tega bertindak asusila terhadap
muridnya sendiri, hal menunjukan perilaku guru jauh dari ideal .
Perilaku- perilaku negatif menjadikan masyarakat berpandangan negatif terhadap
profesi guru. Profesi guru yang dahulu merupakan profesi yang paling bergengsi
dan menjadi dambaan bagi generasi muda pada zaman leluhur kita, kini menjadi kurang diminati dan dihargai dibandingkan dengan profesi lainnya
karena minat mahasiswa menjadi guru berkurang. Marianti 2005:172 menyatakan bahwa profesi guru tidak diminati oleh generasi muda, menjadi
guru adalah pilihan terakhir jika seorang calon mahasiswa tidak diterima di jurusan lainnya. Salah satu alasan mahasiswa tidak berminat menekuni profesi
guru adalah profesi guru dipandang tidak menjanjikan masa depan yang baik. Hal ini dipengaruhi dengan anggapan di sebagian masyarakat bahwa profesi
sebagai guru tidak cukup menjanjikan dari sisi ekonomi, sehingga minat untuk menjadi guru mungkin hanya ada di kepala sebagian kecil anak-anak
Indonesia. Kondisi semacam itu berlainan dengan keadaan sekarang dengan
ditetapkannya UU Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005 oleh pemerintah dimana penghargaan guru mulai diperhatikan tingkat kesejahteraannya, minat
dan gengsi menjadi guru pun mulai berubah. Dalam UU Guru dan Dosen tersebut dijelaskan bahwa pengakuan dan kedudukan guru dan dosen
mempunyai misi yaitu : a mengangkat martabat seorang guru dan dosen; b menjamin hak dan kewajiban guru dan dosen; c meningkatkan kompetensi
guru dan dosen; d meningkatkan mutu pendidikan; e mengurangi kesenjangan ketersedian guru dan dosen antar daerah dari segi mutu, jumlah,
kualitas akademik dan kompetensi; f meningkatkan pelayanan yang bermutu. Keberadaan Undang-Undang Guru dan Dosen membuat posisi guru
sebagai sebuah profesi semakin terlindungi serta kesejahteraan guru semakin terjamin dan meningkat. Guru yang memenuhi kualifikasi akademik dan
mengantongi sertifikat sebagai pendidik dijanjikan mendapatkan tunjangan sebesar satu kali gaji pokok. Undang-Undang Guru dan Dosen tersebut
memberikan manfaat positif bagi guru. Guru yang lulus ujian sertifikasi akan memperoleh tunjangan profesi sebesar 100 dari gaji pokok. Dengan
demikian, secara tidak langsung kesejahteraan guru negeri juga akan semakin meningkat. Peningkatan drastis kesejahteraan guru menjadikan perubahan
persepsi masyarakat tentang profesi guru dan mengubah minat mahasiswa terpanggil untuk menjadi seorang guru.
Ada banyak faktor yang menyebabkan tinggirendahnya minat mahasiswa menjadi seorang guru. Penelitian ini akan memfokuskan pada
faktor prestasi belajar, motivasi belajar dan pengalaman PPL. Prestasi belajar merupakan suatu ukuran kemampuan seseorang
terhadap bidang tertentu. Prestasi belajar yang diperoleh juga merupakan salah satu bukti yang menunjukkan keberhasilan seseorang. Dalam perguruan
tinggi, tinggi rendahnya indeks prestasi yang dicapai oleh mahasiswa merupakan suatu ukuran kemampuan dan akan mempunyai konsekuensi
terhadap studinya, misalnya untuk menentukan cepat atau lambatnya mahasiswa menyelesaikan studinya dan kemampuan mengembangkan
potensinya. Motivasi belajar dipilih untuk diteliti, karena dalam kegiatan belajar,
motivasi sangat penting. Tanpa adanya motivasi, proses belajar mengajar tidak akan mencapai hasil yang optimal. Motivasi merupakan pendorong bagi
setiap mahasiswa untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi tidak lepas dari adanya rangsangan-rangsangan, seperti dalam bentuk hadiah, hukuman yang
diberikan oleh dosen. Motivasi juga menyangkut kebiasaan yang dimiliki oleh mahasiswa, misalnya kebiasaan menyelesaikan tugas sampai tuntas dan tepat
waktu dapat memperkuat motivasi. Demikian juga sebaliknya kebiasaan menyelesaikan tugas asal selesai, santai dan ceroboh dapat mengganggu
motivasi. Motivasi bertalian erat dengan tujuan dan cita-cita. Makin besar tujuan bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motivasinya, sehingga
motivasi itu sangat berguna bagi perbuatan seseorang. Di samping prestasi belajar dan motivasi belajar, pengalaman PPL
diduga juga berpengaruh dalam minat seorang mahasiswa untuk menjadi seorang guru. Pembentukan kemampuan keguruan dilakukan secara bertahap
yaitu mulai dari pembentukan berbagai unsur kemampuan, penghayatan sikap dan nilai–nilai melalui berbagai mata kuliah dan kemudian secara bertahap
lagi dalam latihan Program Pelatihan Lapangan PPL. Latihan dalam Program Pengalaman Lapangan dilakukan secara bertahap pula seperti terlihat
dalam tahap-tahap latihan : 1 Latihan Keterampilan terbatas melalui latihan dalam Pengajaran Mikro PPL 1 yang berlangsung dalam situasi buatan
simulasi; 2 pengenalan lapangan melalui observasi dan penghayatan langsung berbagai aspek kehidupan di sekolah; 3 latihan keterampilan secara
terintegrasi dalam situasi yang sebenarnya untuk berlatih mengerjakan tugas- tugas mengajar dan non mengajar. Hal-hal yang diperoleh selama melakukan
PPL juga mempengaruhi tinggirendahnya seorang mahasiswa untuk menjadi guru, jika pengalaman yang diperoleh mahasiswa menarik atau berkesan maka
minat menjadi guru akan tinggi begitu juga sebaliknya jika pengalaman selama melakukan PPL mahasiswa itu merasa kurang berkesan maka minat
untuk menjadi seorang guru akan rendah. Dari fenomena di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui minat
mahasiswa prodi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma untuk
menjadi guru. Oleh karena itu, penulis mengambil judul “Hubungan Prestasi Belajar, Motivasi Belajar dan Pengalaman PPL 2 terhadap
Minat untuk Menjadi Guru Akuntansi “ , studi kasus pada mahasiswa prodi
Pedidikan Akuntansi angkatan 2005 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
B. Batasan Masalah