Emotional Benefit Pemisahan Emosi dan Fungsi

27 Tabel II.1 Empat Ruang Emosi Taking Care of Me Connecting Questing Individual Style Waktu untuk diri sendiri Menarik Berpetualang Ungkapan diri Menyenangkan Pemeliharaan Belajar Self-branding Pembaruan dan penghargaan Kepemilikan Bermain Penanda self image

M. Emotional Benefit

Dalam realitas pemasaran sehari-hari, kita dapat menjumpai beragam cara penyajian proposisi nilai oleh beragam merek. Dalam Sadat 2009, dikemukakan bahwa : Nilai Emosional Emotional Benefit Saat membeli atau menggunakan merek tertentu, seseorang akan merasakan sebuah pengalaman yang berbeda. Merek-merek terkenal dengan identitas yang kuat biasanya memiliki semacam ”aura” yang berbeda saat digunakan oleh pelanggan. Anda akan memiliki perasaan berbeda saat memakai jam tangan Rolex dibandingkan jam tangan lainnya. Mengapa demikian? Karena Rolex bukan sekadar penunjuk waktu, tetapi merek tersebut mampu memberikan manfaat emosional, yaitu perasaan berupa simbol kemewahan dan status yang tinggi. 28

N. Pemisahan Emosi dan Fungsi

Hasil penelitian Daniel Goleman, pengarang Emotional Intelligence, menarik untuk dikaji. Dikatakannya, sesungguhnya kita memiliki 2 otak, satu yang berpikir otak berpikir dan satu yang merasakan otak emosional. Biasanya, otak berpikir itu kita sebut otak kiri, dan otak emosional kita sebut otak kanan. Maksudnya, apa-apa yang kita ketahui ada di otak berpikir, dan apa-apa yang kita rasakan ada di otak emosional. Dalam arti yang sesungguhnya kita memiliki dua pikiran, satu yang berfikir dan satu yang merasa. Pikiran yang berfikir bersifat pasti atau rasional, yaitu sesuai atau mengikuti prosedur-prosedur tertentu sedangkan pikiran yang merasa bersifat fleksibel sesuai dengan situasi dan kondisi dari lingkungan luar. Dikotomi emosional rasional kurang lebih sama dengan awam antara hati dan kepala: mengetahui sesuatu itu benar didalam hati anda. Kedua pikiran tersebut yang emosional dan yang rasional, pada umumnya bekerja dalam keselarasan yang erat, saling melengkapi cara-cara mereka yang amat berbeda dalam mencapai pemahaman guna mengarahkan kita menjalani kehidupan duniawi. Biasanya ada keseimbangan antara pikiran emosional dan pikiran rasional, emosi memberi masukan dan informasi kepada proses pikiran rasional, dan pikiran rasional memperbaiki dan terkadang memberi masukan-masukan emosi tersebut. Namun pikiran emosional dan rasional merupakan kemampuan-kemampuan yang semi mandiri; masing-masing, sebagaimana akan kita lihat mencerminkan kerja jaringan sirkuit yang berbeda namun saling terkait didalam otak. Pada dasarnya, hasil dua pikiran tersebut dibutuhkan dan digunakan untuk 29 menentukan gerak anggota tubuh. Untuk menghasilkan gerak yang terbaik maka sebaiknya pikiran rasional diperankan sebagai pembuat konsep yang menentukan prosedur atau langkah-langkah gerak sedangkan pikiran rasional mengendalikan gerak sehingga gerak dan aktifitas tubuh tertata dan tampak lebih halus dan sopan. Didalam banyak atau sebagian besar peristiwa. Pikiran-pikiran ini terkoordinasi secara istimewa; perasaan sangat penting bagi pikiran, pikiran sangat penting bagi perasaan. Tetapi bila muncul napsu keseimbangan itu goyah, pikiran emosionallah yang menang serta menguasai pikiran rasional. http:id.shvoong.com O. Kerangka Teoritis Dalam perkembangan perilaku konsumsi, terjadi proses perubahan perilaku pembelian dan akan pencarian emotional benefit yang cukup besar, dimana dengan emotional benefit mereka mendapatkan pemuasan atas keinginan mereka, value added, dan self image dalam perilaku penggunaan. Saat terjadi perubahan perilaku atau consmer transform atas sebuah kebutuhan baru karena motif emosional guna memenuhi keinginan mereka untuk produk yang dianggap lebih premium, maka konsumen sedang melakukan trading up yang sedikit banyak dikarenakan Strategi Marketing New Luxury Product. Produk yang dibeli konsumen pada kenyataannya tidak membeli produk atau jasa melainkan mereka membeli motif atau membeli solusi untuk pemecahan masalah mereka. Dengan mengenali konsumen dalam segmentasi tertentu, maka perusahaan harus mampu mengenali dan memberikan perhatian khusus kepada konsumennya untuk menjaga agar konsumen setia kepada perusahaan. Bagi pemasar, perilaku trading up yang dikarenakan motif emosional dalam sebuah pembelian, maupun penggunaan dengan mencari 30 emotional benefit dapat menjadi peluang sekaligus bumerang dalam meraih dan mempertahankan konsumen.

P. Perumusan Hipotesis