Landasan Teori KAJIAN PUSTAKA

diberikan sanksi, peringatan, hukuman, training dan sebagainya, kepada karyawan yang prestasinya dibawah standar. Berdasarkan hal di atas menurut Widodo 2015:168 pemberian insentif dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: a Insentif material adalah pemberian perusahaan kepada karyawan berupa materi seperti uang dan barang, yang dapat diberikan berupa bonus, komisi, dan profit sharing, insentif ini bernilai ekonomi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan kepada karyawan. b Insentif non material adalah pemberian perusahaan kepada karyawan berupa penghargaan seperti pemberian gelar secara resmi, tanda jasa atau medali, piagam penghargaan, promosi, pemberian pujian lisan atau tulisan, pemberian hak untuk memakai sesuatu atribut jabatan dan ucapan terimakasih secara formal dan non formal. Dari kedua jenis pemberian insentif tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode insentif yang adil dan layak merupakan daya penggerak yang merangsang terciptanya pemeliharaan karyawan. Karena dengan pemberian insentif karyawan merasa mendapat perhatian dan pengakuan terhadap prestasi kerjanya, sehingga semangat kerja dan sikap loyal karyawan akan lebih baik. Selain itu, tujuan dari pemberian insentif-insentif ini adalah memotivasi karyawan agar mau bekerja dengan baik agar mencapai produktivitas yang tinggi . 2 Gaya Kepemimpinan Menurut Waridin dan Guritno dalam Tampi, 2014 gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang sedemikian rupa untuk mempengaruhi bawahannya agar dapat memaksimalkan kinerja yang dimiliki bawahannya sehingga kinerja organisasi dan tujuan organisasi dapat dimaksimalkan. Seorang pemimpin harus menerapkan gaya kepemimpinan untuk mengelola bawahannya, karena seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Menurut Tjiptono dalam Tampi, 2014 gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya. Sementara itu, Harsey dalam Tampi, 2014 mengatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku kata-kata dan tindakan-tindakan dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain. a Sifat-sifat yang Harus Dimiliki Seorang Pemimpin Adapun menurut Terry dalam Martoyo, 2000:182-184 terdapat sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah sebagai berikut ini: 1 Penuh Energi Energic Untuk tercapainya kepemimpinan yang baik memang diperlukan energi yang baik pula, energi tersebut adalah jasmani maupun rohani. Seorang pemimpin harus sanggup bekerja dalam jangka waktu panjang dan dalam waktu yang tidak tertentu. Sewaktu-waktu dibutuhkan tenaganya, ia harus sanggup melaksanakannya, dan mental benar-benar diperlukan bagi seorang pemimpin. 2 Memiliki Stabilitas Emosi Seorang pemimpin yang efektif harus melepaskan diri dari purbasangka, kecurigaan atau berpersepsi jelek terhadap bawahan-bawahannya dan tidak boleh cepat naik pitam. Sebaliknya ia harus tegas, konsekuen dan konsisten dalam tindakan-tindakannya, percaya diri sendiri dan memiliki jiwa sosial terhadap bawahanya. 3 Memiliki Pengetahuan Tentang Hubungan Antara Mansuia Human Relation Mengingat tugas yang penting dari seseorang pemimpin adalah memimpin dan memajukan orang bawahannya, maka seorang pemimpin harus mengetahui benar tentang hal-ikhwal manusia dan hubungan anatara manusia tersebut. Ia harus mengetahui banyak tentang sifat-sifat orang, bagaimana mereka mengadakan reasksi terhadap sesuatu tindakan atau situasi yang bermacam-macam, apa dan bagaimana kemampuan- kemampuan yang dimiliki untuk melaksanakan tugas yang dibebankan dan sebagainya. 4 Motivasi Pribadi Keinginan untuk dapat memimpin harus datang dari dorongan batin pribadinya sendiri, dan bukan paksaaan dari luar dirinya. Kekuatan dari luar dirinya hanya bersifat menstimulir saja terhadap keinginan-keinginan untuk menjadi pemimpin. Hal semacam itu tercermin dalam keteguhan pendiriannya, kemauan yang keras dalam bekerja, antusiasme dalam bekerja, dan penerapan sifat-sifat prbadi yang baik dalam pekerjaannya. 5 Kemahiran Mengadakan Komunikasi Seorang pemimpin harus mampu dan cakap dalam mengutarakan gagsan baik secara lisan maupun tulisan. Hal ini sangat penting bagi pemimpin untuk dapat mendorong maju bawahannya, memberikan ataupun menerima informasi bagi kemajuan organsasi dan kepentingan bersama. 6 Kecakapan Mengajar Sering kita dengar bahwa seorang pemimpin yang baik dasarnya adalah seorang guru yang baik. Mengajar adalah jalan terbaik untuk memajukan orang-orang ataupun menyadarkan orang-orang atas pentingnya tugas-tugas yang dibebankan dan sebagainya. Pemimpin harus memberikan petunjuk-petunjuk mengoreksi kesalahan-kesalahan yang terjadi, mengajukan saran-saran, menerima saran-saran dan sebagainya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 Kecakapan Sosial Seorang pemimpin harus mengetahui benar tentang manusia atau masayarakat, kemampuan-kemampuannya maupun kelemahan-kelemahannya. Ia harus memiliki kemampuan bekerja sama dengan orang-orang berbagai ragam sifat- sifatnya, sehingga mereka benar-benar segan penuh kemampuan dan kesetiaan bekerja dibawah kepemimpinannya. Seorang pemimpin harus pandai mengadakan pendekatan terhadap orang-orang dan menghargai pendapat-pendapat atau pandangan-pandangan orang lain. 8 Kemampuan Teknis Meskipun dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat kepemimpinan seseorang, makin kurang diperlukan kemampuan teknis ini, karena lebih mengutamakan managerial skill nya, namun kemampuan teknis ini masih diperlukan juga. Karena dengan dimilikinya kemampuan teknis ini seorang pemimpin akan lebih mudah mengadakan koreksi bila terjadi suatu kesalahan pelaksanaan tugas dari bawahannya. b Gaya Kepemimpinan Menurut Handoko 2011:299 gaya-gaya kepemimpinan pada pandangan kedua tentang perilaku kepemimpinan memusatkan pada gaya pemimpin dalam hubungannya dengan bawahan. Para peneliti telah mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan: gaya dengan orientasi tugas task-oriented dan gaya dengan berorientasi karyawan employee-oriented . Manajer berorientasi tugas mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkannya. Manajer dengan gaya kepemimpinan ini lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan dari pada pengembangan dan pertumbuhan karyawan. Manajer berorientasi karyawan mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi mereka. Mereka mendorong para anggota kelompok untuk melaksanakan tugas- tugas dengan memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta hubungan-hubungan selain mempercayai dan menghormati dengan anggota kelompok. Menurut Siagian dalam Tampi, 2014, terdapat lima gaya kepemimpinan, yaitu: 1 Tipe Pemimpin Otokratik Seorang pemimpin yang otokratik ialah seorang pemimpin yang: a Menganggap organisasi sebagai milik pribadi b Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi c Menganggap bahwa sebagai alat semata-mata d Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat e Terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya f Dalam tindaknya penggeraknya sering mempergunakan approach y ang mengandung unsur paksaan dan punitif bersifat menghukum. 2 Tipe Pemimpin Militeristik Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud seorang pemimpin tipe militeristik berbeda dengan seorang pemimpin modern. Seorang pemimpin yang bertipe militeristik ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat: a Dalam menggerakan bawahannya sistem perintah yang sering dipergunakan b Dalam menggerakan bawahannya senang bergantung pada pangkat dan jabatan c Senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan d Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahannya. 3 Tipe Pemimpin yang Paternalistik a Menganggap bahwa sebagai manusia yang tidak dewasa b Bersikap terlalu melindungi c Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan d Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil inisiatif e Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasi f Sering bersikap mau tahu. 4 Tipe Pemimpin Kharismatik Harus diakui bahwa untuk keadaan tentang seorang pemimpin yang demikian sangat diperlukan, akan tetapi sifatnya yang negatif mengalahkan sifatnya yang positif. 5 Tipe Pemimpin Demokratik Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratis lah yang paling tepat untuk organisasi modern karena: a Ia senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritikan dari bawahan b Selalu berusaha mengutamakan kerjasama tim dalam usaha mencapai tujuan c Selalu berusaha menjadikan lebih sukses dari padanya d Selalu berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin. c Jenis-Jenis Gaya Kepemimpinan Menurut Robins dalam Tampi, 2014 mengidentifikasi empat jenis gaya kepemimpinan: 1 Gaya Kepemimpinan Kharismatik Para pengikut terpacu kemampuan kepemimpinan yang heroik atau yang luar biasa ketika mereka mengamati perilaku- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI perilaku tertentu pemimpin mereka. Terdapat lima karakteristik pokok pemimpin kharismatik: a Visi Dan Artikulasi Memiliki visi ditujukan dengan sasaran ideal yang berharap masa depan lebih baik dari pada status quo , dan mampu mengklarifikasi pentingnya visi yang dapat dipahami orang lain. b Risiko Personal Pemimpin kharismatik bersedia menempuh risiko personal tinggi, menanggung biaya besar, dan terlibat ke dalam pengorbanan diri untuk meraih visi. c Peka terhadap Lingkungan Mereka mampu menilai secara realistis kendala lingkungan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat perubahan. d Kepekaan terhadap Kebutuhan Pengikut Pemimpin kharismatik perseptif sangat pengertian terhadap kemampuan orang lain dan responsive terhadap kebutuhan dan perasaan mereka. e Perilaku Tidak Konvensional Pemimpin kharismatik terlibat dalam perilaku yang dianggap baru dan berlawanan dengan norma. 2 Gaya Kepemimpinan Transaksional Pemimpin transaksional merupakan pemimpin yang memandu atau memotivasi para pengikut mereka menuju sasaran yang ditetapkan dengan memperjelas persyaratan peran dan tugas. Gaya kepemimpinan transaksional lebih berfokus pada hubungan pemimpin-bawahan tanpa adanya usaha untuk menciptakan perubahan bagi bawahannya. Terdapat empat karakteristik pemimpin transaksional: a Imbalan kontingen: kontrak pertukaran imbalan atas upaya yang dilakukan, menjanjikan imbalan atas kinerja baik, mengakui pencapaian. b Manajemen berdasar pengecualian aktif: melihat dan mencari penyimpangan dari aturan dan standar, menempuh tindakan perbaikan. c Manajemen berdasar pengecualian pasif: mengintervensi hanya jika standar tidak dipenuhi. d Laissez-Faire: melepas tanggung jawab, menghindari pembuatan keputusan. 3 Gaya Kepemimpinan Transformasional Pemimpin transformasional mencurahkan perhatian pada hal- hal dan kebutuhan pengembangan masing-masing pengikut. Pemimpin transformasional mengubah kesadaran para pengikut akan persoalan-persoalan dengan membantu mereka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI memandang masalah lama dengan cara-cara baru, dan mereka mampu menggairahkan, membangkitkan, dan mengilhami para pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra demi mencapai sasaran kelompok. Ada empat karakteristik pemimpin transformasional: a Kharisma: memberikan visi dan rasa atas misi, menanamkan kebanggaan, meraih penghormatan dan kepercayaan. b Inspirasi: mengkomunikasikan harapan tinggi, menggunakan simbol untuk memfokuskan pada usaha, menggambarkan maksud penting secara sederhana. c Stimulasi intelektual: mendorong intelegensia, rasionalitas, dan pemecahan masalah secara hati-hati. d Pertimbangan individual: memberikan perhatian pribadi, melayani karyawan secara pribadi, melatih dan menasehati. 4 Gaya Kepemimpinan Visioner Kemampuan menciptakan dan mengartikulasikan visi yang realistis, kredibel, dan menarik mengenai masa depan organisasi yang tengah tumbuh dan membaik. Visi ini jika diseleksi dan diimplementasikan secara tepat, mempunyai kekuatan besar yang bisa mengakibatkan terjadinya lompatan awal ke masa depan dengan membangkitkan keterampilan, bakat, dan sumber daya untuk mewujudkannya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 Motivasi Istilah motivasi Motivation atau motif Motive berasal dari bahasa latin yakni “ movere ” yang berarti dorongan atau menggerakkan to move , istilah motivasi paling tidak memuat tiga unsur essensial yaitu : pertama, faktor pendorong atau pembangkit motif baik internal maupun eksternal. Kedua, tujuan yang ingin dicapai. Ketiga, strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tersebut Amelia, 2016. Menurut Hasibuan 2005:141, motivasi kerja adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil kerja yang optimal. Adapun menurut Nawawi 2003:351, motivasi merupakan suatu kondisi yang mendorong atau menjadi penyebab seseorang melakukan suatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar, yang mana setiap individu memiliki tingkat motivasi yang berbeda-beda karenanya motivasi diperlukan karyawan untuk mendorong mereka agar memiliki semangat dalam melakukan suatu pekerjaan. Motivasi merupakan hasil interaksi individu dengan situasi dalam dirinya motivasi karyawan berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan perusahaan. Dengan kata lain tanpa adanya motivasi , seorang karyawan tidak dapat memenuhi tugasnya sesuai standar atau bahkan melampaui standar karena apa yang menjadi motif dan motivasinya dalam bekerja tidak terpenuhi atau tidak dapat mencapai keberhasilan perusahaan. Sekalipun seorang karyawan memiliki kemampuan operasional yang baik bila tidak memiliki motivasi dalam bekerja, hasil akhir dari pekerjaannya tidak akan memuaskan. Begitu pentingnya teori motivasi diterpakan secara tepat sehingga semakin banyak ilmuan yang menekuni kegiatan pengembangan teori tersebut. Berikut ini adalah beberapa teori yang dikenal dewasa ini Siagian, 2002:287-294: a Teori Abraham H. Maslow 1 Kebutuhan fisiologikal, seperti sandang, pangan dan papan 2 Kebutuhan kemanan, tidak hanya dalam arti fisik, akan tetapi juga mental, psikologi dari intelektual 3 Kebutuhan sosial 4 Kebutuhan prestise yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status 5 Aktualisasi diri dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata. Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama dan kedua kadang- kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. b Teori Clayton Alderfer 1 Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya 2 Kuatnya keinginan memuasakan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang “lebih rendah” telah dipuaskan. 3 Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar. c Teori Hezberg Menurut teori ini yang dimaksud dengan faktor motivasional adalah hal-hal pendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dari dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor higiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri seseorang, misalnya dari organisasi, tetapi turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan kekaryaannya. Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah perkerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Faktor-faktor higiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam oraganisasi, hubungan seorang karyawan dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijaksanaan organisasi, sistem organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku. d Teori Keadilan Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dan imbalan yang diterima. Artinya apabila seseorang karyawan mempunyai presepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu: 1 Seseorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar. 2 Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam menumbuhkan presepsi tertentu, seorang karyawan biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu: 1 Harapnya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi dari pribadi seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya. 2 Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri. 3 Imbalan yang diterima oleh karyawan lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis. 4 Peraturan perundang-udangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para karyawan. e Teori Harapan Menurut teori ini motivasi merupakan akibat dari suatu hasil yang ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkanya. Teori harapan ini mempunyai daya tarik sendiri karena penekanannya tentang pentingnya bagian kepegawaian membantu para karyawan dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya serta menunjukkan cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannya itu. f Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku Dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa perilaku seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekuensi eksternal dari perilaku dan tindakannya. Artinya berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan bahkan pengubah perilaku. Dalam hal ini berlakulah apa yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekuensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekuensi yang merugikan. Pentingnya untuk memperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk memodifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara- cara tersebut ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi pula. g Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi Menurut model ini, motivasi seorang karyawan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal termasuk pada faktor-faktor internal adalah: presepsi seseorang mengenai diri sendiri, harga diri, harapan pribadi, kebutuhan, keinginan, kepuasan kerja dan prestasi kerja. Berikut ini faktor-faktor eksternal yang turut mempengaruhi motivasi seseorang antara lain ialah: 1 Jenis dari sifat pekerjaan 2 Kelompok kerja di mana seseorang bergabung 3 Organisasi tempat bekerja 4 Situasi lingkungan pada umumnya 5 Sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya Interaksi positif antara kedua faktor kelompok faktor tersebut pada umumnya menghasilkan tingkat motivasi yang tinggi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 Kinerja Menurut Mangkunegara dalam Widodo, 2015:131 istilah kinerja dari kata job performance atau actual performance prestasi kerja atau prestasi kerja sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan padanya. Lebih lanjut Mangkunegara mengatakan bahwa pada umumnya kinerja dibedakan menjadi dua, yaitu kinerja individu dan kinerja organisasi. Kinerja individu adalah hasil dari kerja pegawai baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan, sedangkan kinerja organsasi adalah gabungan dari kinerja individu dan kinerja kelompok. a Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Menurut Simandjuntak Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja menurut Simandjuntak dalam Widodo, 2015:133 adalah sebagai berikut: 1 Kualitas dan kemampuan pegawai, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kemampuanpelatihan, etos kerja, motivasi kerja, sikap mental, dan kondisi fisik pegawai. 2 Sarana pendukung, yaitu hal yang berhubungan dengan lingkungan kerja keselamatan kerja, kesehatan kerja, sarana produksi, teknologi dan hal-hal yang berhubungan dengan kesejahteraan pegawai upahgaji, jaminan sosial, keamanan kerja. 3 Supra sarana, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kebijakan-sarana pemerintah dan hubungan industrial manajemen. b Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Menurut Sedarmayanti Menurut Sedarmayanti dalam Widodo, 2015:133 faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja anara lain: sikap dan mental motivasi kerja, disiplin kerja, dan etika kerja, pendidikan, keterampilan, manajemen kepemimpinan, tingkat penghasilan, gaji dan kesehatan, jaminan sosial, iklim kerja, sarana dan prasarana, teknologi dan kesempatan berprestasi. Menurut Mathis dan Jackson dalam Widodo, 2015:133-134 dalam pembahasan mengenai permasalahan kinerja karyawan maka tidak akan terlepas dari berbagai macam faktor yang menyertai diantaranya: 1 Faktor Kemampuan ability Secara psikologis kemapuan ability pegawai terdiri dari kemampuan potensi IQ dan kemampuan reality knowledge dan skill artinya pegawai yang memiliki IQ di atas rata-rata 110-120 dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. 2 Faktor Motivasi Motivasi terbentuk sikap attitude seorang pegawai dalam menghadapi situasi situation kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah unuk mencapai tujuan kerja. Menurut Sedarmayanti dalam Widodo, 2015:134 instrumen pengukuran kinerja merupakan alat yang dipakai dalam mengukur kinerja individu seorang pegawai yang meilputi, yaitu: - Prestasi kerja, hasil kerja pegawai dalam menjalankan tugas, baik secara kualitas maupun kuntitas kerja. - Keahlian, tingkat kemampuan teknis yang dimiliki oleh pegawai dalam menjalankan tugas yang dibebankan kepdanya. Keahlian ini biasanya dalam bentuk kerjasama, komunikasi, insentif dan lain-lain. - Perilaku, sikap dan tingkah laku pegawai yang melekat pada dirinya dan dibawa dalam melaksanakan tugas- tugasnya. Pengertian perilaku disini juga mencakup kejujuran, tanggung jawab dan disiplin. - Kepemimpinan, merupakan aspek kemampuan manajerial dari seni dalam memberikan pengaruh kepada orang lain untuk mengkoordinasikan pekerjaan secara tepat dan cepat, termasuk pengambilan keputusan, dan penentuan prioritas. Menurut Hariandja 2002:195, kinerja merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh karyawan atau perilaku nyata yang ditampilkan sebagai perannya dalam organisasi, kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakanya. Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuannya.

B. Penelitian-penelitian Sebelumnya

1. Harli Yogi Kusuma et al. 2015 “Pengaruh Insentif terhadap Motivasi dan Kinerja” Studi pada Karyawan Hotel Grand Pujo View Kabupaten Malang . Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui pengaruh insentif material terhadap motivasi kerja dan kinerja karyawan Hotel Grand Pujo View Kabupaten Malang. Penelitian ini menggunakan uji validitas dan reliabilitas untuk mengukur dan mengungkap data penelitian secara tepat. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan jalur path . Kesimpulan dari hasil penelitian ini, nilai rata-rata 4,03 dan 4,10 dari hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa insentif material dan insentif non material pada Hotel Gand Pujo View sangat tinggi, sedangkan dari hasil nilai rata-rata 3,84 dari motivasi kerja diperoleh hasil tinggi dan kinerja karyawan diperoleh rata-rata 3,97. 2. Muhammad Bukhori 2016 “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Insentif terhadap Motivasi Kerja Serta Kinerja ” Studi pada PT. Reza Perkasa Sidoarjo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan dan insentif terhadap motivasi kerja, motivasi kerja terhadap kinerja karyawan dan pengaruh gaya kepemimpinan dan insentif terhadap kinerja karyawan melalui motivasi kerja. Jumlah sampel dari penelitian ini sebanyak 59 responden. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis statistik dengan menggunakan analisis jalur path yang digunakan untuk mengetahui unsur-unsur variabel gaya kepemimpinan, insentif, motivasi kerja dan kinerja karyawan. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan dan insentif berpengaruh langsung dengan terhadap motivasi, gaya kepemimpinan dan insentif berpengaruh langsung terhadap kinerja, motivasi kerja berpengaruh langsung terhadap kinerja karyawan serta gaya kepemimpinan dan insentif memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja melalui motivasi kerja. 3. Ragil Permatasari 2013 “Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja” Studi pada PT. Anugrah Raharjo Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh motivasi dan lingkungan terhadap kinerja karyawan. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 69 orang menggunakan sampel jenuh. Pengujian hipotesis menggunakan analisis deskriptif dan regresi liner berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial motivasi kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja, lingkungan kerja berpengaruh positif signifikan dan dari perhitungan koefisien determinasi R 2 motivasi dan lingkungan kerja keduanya mempunyai pengaruh tehadap kinerja sebesar 55,5.

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian menjelaskan keterkaitan variabel penelitian ini yaitu Pengaruh Insentif Material, Insentif Non Material, Dan Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan, dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderator. Oleh karena itu, peneliti membuat kerangka penelitian sebagai berikut: Gambar II.1 Kerangka Konseptual Penelitian

D. Hipotesis

1. Insentif material diduga berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Semakin tinggi insentif material semakin terpenuhi kebutuhan-kebutuhan karyawannya, sehingga memungkinkan Insentif Non Material X2 Motivasi Kerja Y2 Kinerja Karyawan Y1 Insentif Material X1 Gaya Kepemimpian X3 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

Pengaruh Insentif Material dan Insentif Immaterial Terhadap Semangat Kerja Karyawan pada PT. Dow Agrosciences Indonesia Cabang Medan

3 107 135

PENGARUH MOTIVASI KERJA, INSENTIF, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP Pengaruh Motivasi Kerja, Insentif, Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Karyawan PD. BPR BKK Wonogiri).

1 5 15

PENGARUH MOTIVASI KERJA, INSENTIF, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP Pengaruh Motivasi Kerja, Insentif, Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Karyawan PD. BPR BKK Wonogiri).

0 2 14

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN MOTIVASI KERJA SEBAGAI Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating (Studi pada PT. Garis Bening Nusantara, Serang, Banten).

0 2 14

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN MOTIVASI KERJA SEBAGAI Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating (Studi pada PT. Garis Bening Nusantara, Serang, Banten).

0 1 20

Pengaruh Pemberian Insentif terhadap Peningkatan PRestasi Kerja Karyawan dengan Motivasi sebagai Variabel Intervening.

0 0 25

Efek moderator gaya kepemimpinan pada pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan.

0 2 152

Pengaruh aspek kerja dan insentif non material terhadap kepuasan kerja karyawan studi kasus pada CV. Andi Offset.

0 1 121

PENGARUH INSENTIF MATERIAL DAN INSENTIF NON MATERIAL TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN KARITA MOSLEM SQUARE SURABAYA.

5 17 128

PENGARUH PEMBERIAN INSENTIF NON MATERIAL TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA PT CEMPAKA INDAH LESTARI JAYA PALEMBANG

0 0 14