17
a Komunikasi iman
Dalam pertemuan PKKI I yang berlangsung pada 10-16 Juli 1977 di Wisma Samadi Syalom Sindanglaya, Jawa Barat dengan Tema Arah Katekese di Indonesia
menghasilkan gagasan tentang katekese umat yaitu komunikasi iman umat, katekese dari umat, oleh umat dan untuk umat. Komunikasi iman dalam katekese merupakan
peristiwa rahmat, terwujud dalam perjumpaan sabda Allah dengan pengalaman manusia, komunikasi iman ini dapat terjadi dengan cara yang berbeda-beda yang
tidak selalu kita ketahui seluruhnya PUK, art. 150. Dalam PPKI II yang berlangsung di Klender Jakarta juga mengatakan katekese umat sebagai komunikasi
iman atau tukar pengalaman iman penghayatan iman antara anggota jemaat beriman. Dalam katekese, umat dituntut untuk mampu bersaksi tentang imannya
akan Yesus Kristus sebagai pola hidup umat beriman dalam Kitab Suci khususnya dalam Perjanjian Baru sebagai dasar penghayatan iman umat kristiani sepanjang
hidupnya. Telaumbanua 2005: 86 juga mengatakan, “Katekese yang menjemaat,
yang berdasarkan pada situasi konkret setempat dan berpola pada Yesus Kristus sebagai sumber iman yang utama menuju pada hidup kristiani yang utuh.
”
Katekese umat merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai sesama dalam iman yang sederajat tanpa pandang bulu untuk terus bersaksi tentang iman
mereka secara terbuka ditandai sikap saling menghargai dan mendengarkan satu sama lain Telaumbanua, 2005: 87-88. Komunikasi iman juga diharapkan mampu
membantu peserta agar menghayati imannya di dalam kenyataan hidupnya atau kebudayaan dan cara berpikirnya sendiri. Perjumpaan antara kenyataan hidup peserta
dengan kekayaan iman Kristiani, membantu mereka supaya sampai pada penghayatan iman yang menyeluruh, yang membawa mereka pada kematangan atau
18
kedewasaan iman Heryatno Wono Wulung, 2008: 50. Jadi, komunikasi iman sebagai objek formal dalam ilmu kateketik menjadi sarana bagi jemaat beriman
kristiani untuk mngembangkan penghayatan imannya akan Yesus Kristus sehingga semakin mampu menjadi saksi Kristus di tengah dunia dewasa ini. Adapun tujuan
dari komunikasi iman Telaumbanua, 2005: 88 ialah: Supaya dalam terang injil, kita semakin meresapi arti pengalaman-
pengalaman kita sehari-hari Kita bertobat metanoia kepada Allah dan semakin menyadari
kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup Kristiani sehari-hari. Dengan demikian kita semakin sempurna dalam beriman, berharap,
mengamalkan cinta kasih dan hidup kristiani kita semakin dikukuhkan. Sehingga kita semakin sanggup memberi kesaksian tentang Kristus
dalam hidup kita di tengah masyarakat. PAK pada hakikatnya merupakan salah satu bentuk komunikasi iman yang
meliputi pengetahuan, pergumulan dan penghayatan iman. Melalui komunikasi pengetahuan
peserta diperluas,
pergumulan peserta
diperteguhkan dan
penghayatannya diperkaya Dapiyanta, 2011: 7.
b Pewartaan Sabda
Gereja hidup untuk mewartakan injil yaitu membawa Kabar Gembira kepada semua suku bangsa sehingga dengan kekuasaannya Kabar Gembira itu dapat masuk
ke dalam hati manusia dan memperbaharui bangsa PUK, art.46. Segala kegiatan mewartakan Kabar Gembira dimengerti sebagai memajukan kesatuan dengan Yesus
Kristus PUK, art. 80. Evangelisasi adalah kesaksian dan pewartaan, perkataan dan sakramen, ajaran
dan tugas, katekese menyampaikan kata-kata dan perbuatan Wahyu, dia diwajibkan memaklumkan dan menceritakan dan pada saat yang sama memperjelas misteri yang
19
ada di dalamnya PUK, Art. 39. Evangelisasi yang menyampaikan Wahyu kepada dunia, dilaksanakan dalam perkataan-perkataan dan perbuatan. Pelayanan sabda
adalah unsur evangelisasi yang fundamental. Tidak ada evangelisasi yang benar kalau nama, ajaran, janji-janji, Kerajaan Allah, Putra Allah tidak diwartakan. Mereka
yang sudah menjadi murid Kristus juga harus disuburkan dengan sabda Allah agar mereka dapat bertumbuh dalam hidup Kristiani mereka PUK, art. 50. Melalui
evangelisasi setiap orang diundang untuk bertobat dan mengimani Yesus, pertobatan ini diharapkan berlangsung terus-menerus sepanjang hidup Agus Rukiyanto, 2012:
61. Yang menggerakkan adanya evengelisasi baru adalah Kristus yang hidup,
yang berkarya melalui Roh-Nya. Agar dapat mewartakan Injil para pelayan sabda harus mempunyai pengalaman pribadi yang mendalam dengan Kristus karena
evangelisasi baru tidak sekedar meneruskan ajaran melainkan memberikan kesaksian yang menyentuh hati. Dengan kata lain evangelisasi baru hanya dapat lahir dari
pengalaman akan Allah secara mendalam Suharyo, 1993: 16. Tujuan dari evangelisasi baru adalah membangun komunitas Kristiani yang dijiwai Sabda, dalam
konteks hidupnya yang beragam sehingga komunitas itu hadir memberikan kesaksian yang hidup akan Kristus yang menyelamatkan Suharyo, 1993: 19.
c Pendidikan Iman
Katekese sebagai pendidikan iman merupakan salah satu bentuk karya pewartaan Gereja yang bertujuan untuk membantu umat beriman agar imannya
semakin mendalam dan supaya mereka semakin terlibat dalam kehidupan menggereja dan masyarakat baik sebagai pribadi maupun kelompok Adisusanto,
20
1995: 3. Salah satu sarana pendidikan iman yang terus berkembang sampai saat ini adalah pelajaran agama. Pelajaran agama harus menyampaikan pesan dan peristiwa
Kristiani dengan kesungguhan dan kedalaman yang sama dengan apa yang disajikan oleh disiplin ilmu-ilmu lain. Pelajaran agama tidak dapat ditempatkan sebagai
tambahan melainkan sebagai hal yang perlu dalam dunia pendidikan PUK, art. 73. Hidup dan iman para siswa yang menerima pelajaran agama di sekolah ditandai
dengan perubahan yang terus-menerus, pelajaran agama harus melihat realita dalam mencapai tujuannya PUK, art. 75. Katekese sebagai pedagogi iman aktif dalam
memenuhi tugas-tugasnya tidak hanya diinspirasikan oleh pertimbangan- pertimbangan ideologis atau kepentingan manusiawi semata. Katekese tidak
membingungkan karya Allah yang menyelamatkan, dialog mengagumkan yang dilakukan oleh Allah dengan setiap pribadi menjadi inspirasi dan normanya PUK,
art. 144. Pendidikan Agama Katolik dipahami sebagai proses pendidikan dalam iman
yang diselenggarakan oleh Gereja, sekolah, keluarga dan kelompok jemaat lainnya untuk membantu peserta agar semakin beriman kepada Tuhan Yesus sehingga nilai-
nilai Kerajaan Allah sungguh terwujud di tengah-tengah hidup mereka, sehingga yang menjadi tujuan PAK ialah demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di
tengah-tenggah hidup mereka, demi kedewasaan iman dan demi kebebasan manusia Heryatno Wono Wulung, 2008: 22. Namun demikian PAK tidak bisa lepas dari
ilmu Kateketik, karena untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah PAK dalam kaitannya dengan ilmu kateketik tidak dapat hanya membawa bahan pewartaan
secara buta tanpa memahami keadaan pendengarnya, apabila PAK dan ilmu kateketik mengabaikan pendengar, warta gembira Kerajaan Allah yang dibawa hanya
21
akan menjadi kosong dan membosankan bagi pendengar Justin dan Supriyanti, 2012: 304.
Berinspirasikan pendidikan iman, katekese mempersembahkan pelayanannya sebagai sebuah pelajaran yang mendidik edukatif yang menolong manusia untuk
membuka dirinya terhadap dimensi kehidupan religius dan di lain pihak menyodorkan Injil kepadanya yang dilaksanakan sedemikian rupa agar menembus
dan mengubah proses-proses akal budi, hati nurani, kebebasan dan tindakan yang berpedoman pada teladan Yesus Kristus PUK, art. 147. Adapun titik tolak dari
pendidikan iman itu sendiri yaitu proses perkembangan iman yang nampak dalam pertobatan kita sebagai umat beriman. Pertobatan merupakan kesediaan sikap dan
tindakan manusia untuk mendalami hidup. Orang yang bertobat menanggalkan manusia lamanya dan mengenakan manusia baru dengan berbalok kepada Kristus
Adisusanto, 1995: 11.
2 Objek Material Ilmu Kateketik
Objek material ilmu kateketik adalah iman Tradisi Gereja dalam pengalaman hidup. Iman dalam Tradisi Gereja dan dalam pengalaman hidup akan
diuraikan sebagai berikut:
a Iman
Iman merupakan tanggapan manusia terhadap sabda Allah, manusia tidak bisa bersifat pasif atau menutup diri tetapi harus memberi tanggapan dengan
memutuskan sikap yang tepat dalam keseluruhan rencana keselamatan Allah Adisusanto, 1995: 3. Katekese akan selalu menarik isinya dari sabda Allah yang
22
hidup yang diteruskan dalam tradisi dan Kitab Suci karena Tradisi dan Kitab Suci membentuk suatu harta sabda Allah yang tunggal dan kudus, yang dipercayakan
kepada Gereja PUK, art. 94. Allah dalam keagungan-Nya menggunakan suatu pedagogi untuk mewahyukan diri-Nya kepada manusia, Ia menggunakan peristiwa
dan kata-kata manusia untuk menyampaikan rencana-Nya agar lebih dekat kepada manusia PUK, art. 38. Allah mewahyukan Diri tahap demi tahap kepada manusia
melalui para nabi dan peristiwa-peristiwa keselamatan, sampai Dia menyempurnakan pewahyuan diri-Nya dengan mengutus Putera-Nya sendiri. Yesus Kristus adalah
Putra Allah yang kekal, yang menjadi manusia karena itu Dia adalah peristiwa terakhir yang menjadi titik temu dari segala peristiwa sejarah keselamatan, Dia
adalah Sabda Allah yang tunggal, sempurna, dan tak terkalahkan PUK, art. 40. Iman dengan mana manusia menanggapi pewartaan Injil menuntut
permandian, yang didasarkan pada kehendak Kristus sendiri yang memerintahkan murid-Nya untuk menjadikan segala bangsa murid-Nya dan mempermandikan
mereka, misi ini merupakan misi untuk mewartakan Kabar Gembira. Mereka yang sudah bertobat kepada Yesus Kristus dan telah dididik dalam iman melalui katekese,
dengan menerima sakramen-sakramen inisiasi Kristen Permandian, Krisma dan Ekaristi dibebaskan dari kekuasaan kejahatan melalui sakramen-sakramen inisiasi
Kristen PUK, art. 65. Iman mencakup perubahan hidup, suatu pertobatan yakni perubahan budi dan
hati yang mendalam, iman yang membuat seorang beriman menghayati pertobatan itu. Iman dan pertobatan muncul dari hati yakni muncul dari kedalaman pribadi
manusia dan melibatkan seluruh keberadaannya melalui perjumpaan dengan Yesus Kristus dan kesetiaan kepada-Nya PUK, art.55. Telaumbanua 2005: 52 juga
23
mengatakan “pertobatan lebih pada usaha pembaharuan diri yang terus-menerus yang
dilakukan dalam seluruh proses pembangunan iman secara pribadi. ”
Katekese adalah pendidikan iman sepanjang hidup manusia yang artinya tidak akan terhenti pada aspek tertentu seperti pada pengenalan kebenaran yang
diwahyukan atau pada pemahaman perbuatan-perbuatan moral saja, tugasnya meluas hingga pada pembentukan sikap iman sebagai jawaban pribadi dan total atas karya
hidup yang semakin mendekatkan diri pada Kristus dan mengikuti-Nya Telaumbanua, 2005: 48. Yesus Kristus adalah hubungan yang hidup dan sempurna
Allah dengan manusia dan manusia dengan Allah, dari Dia pedagogi iman menerima sebuah hukum yang fundamental bagi seluruh kehidupan Gereja dan oleh sebab itu
hukum kesetiaan kepada Allah dan hukum kesetiaan kepada manusia dalam satu sikap saling mengasihi. Maka hukum yang benar adalah katekese yang menolong
memahami karya Allah sepanjang perjalanan pembinaan PUK, art. 145. Visi dan kisah hidup Kristiani menjadi kerangka untuk menafsirkan
pengalaman hidup konkret peserta, agar peserta menyadari makna pengalamannya dan dihantar untuk sampai pada pengakuan iman Katolik yang lebih personal dan
otentik. Visi dan kisah hidup Kristiani digali dari sumber utamanya yaitu Kitab Suci dan harta kekayaan iman Gereja tradisi. Visi dan kisah hidup Kristiani menjadi
kerangka penafsiran karena di dalamnya terkandung nilai-nilai pengalaman dasar Katolik yang bersifat kumulatif yang membantu peserta untuk memantapkan
identitas kekatolikannya dan sekaligus memperteguh rasa memiliki sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari jemaat Katolik Heryatno Wono Wulung, 2008: 50.
Oleh karena itu, setiap orang harus benar-benar memahami Tradisi Gereja sehingga sungguh-sungguh menghayati imannya sebagai orang Katolik.
24
b Pengalaman Hidup
Pengalaman membangkitkan dalam diri manusia, minat, pertanyaan- pertanyaan, harapan-harapan, kecemasan-kecemasan, perenungan dan penilaian-
penilaian semuanya bertemu untuk membentuk suatu hasrat untuk mengubah eksistensinya. Adalah tugas katekese membuat orang sadar akan pengalamannya
yang paling dasar, membantu mereka menilai dalam terang injil pertanyaan dan kebutuhan yang muncul dari pengalaman itu, serta mendidik hingga sampai pada
suatu cara hidup yang baru yang membuat setiap pribadi sanggup bertindak dengan aktif dan penuh tanggung jawab di hadapan karunia Allah PUK, art. 152.
Pengalaman hidup peserta meliputi segala kegiatan hidup sehari-hari termasuk kegiatan rohani seperti hidup doa, perayaan iman dan devosi-devosi
termasuk juga permasalah serta kesulitan, keprihatinan dan persoalan hidup yang menekan seperti kekuatiran, ketakutan dan kebingungan tetapi juga kegembiraan,
kebahagian, cita-cita serta pengharapan. Dengan bertitik tolak dari pengalaman hidup peserta, kegiatan pendidikan iman menjadi relevan dan sungguh menanggapi
kenyataan hidup dan kebutuhan peserta karena setiap peserta memiliki pengalamannya sendiri yang diyakini maknanya dan dipahami sebagai suatu bagian
penting dari rangkaian perjalanan hidup Heryatno Wono Wulung, 2008: 50.
3 Medan Tugas Ilmu PAK
Dahulu berkatekese seringkali diartikan mengajarkan katekismus, pengertian ini membatasi bidang penelitian ilmu kateketik semata-mata hanya pada hal-hal yang
didaktis pengajaran padahal pendidikan Kristen dalam bentuk katekese tidak dimaksud hanya memberikan pengetahuan semata tetapi di dalamnya terkandung
25
unsur mendidik. Adapun medan tugas ilmu Katekik menurut Telaumbanua 2005: 16 yaitu:
Ilmu kateketik membahas seluruh permasalahan yang berhubungan dengan inisiasi Kristen artinya sebagai ilmu, kateketik memberi tuntutan untuk
menyiapkan suatu katekese demi terciptanya orang Kristen sejati dan dewasa di masa mendatang anak-anak, kaum muda, remaja, orang dewasa dan golongan
tua. Ilmu kateketik menyusup ke semua tempat di mana pewartaan iman dan
pendidikan Kristen dimungkinkan, karena itu tidak hanya disiapkan katekese parokial tetapi juga katekese keluarga, katekese untuk berbagai perkumpulan
organisasi kelompok kategorial, katekese berbagai tingkat umur, dll. Ilmu kateketik memberi bimbingan dan menunjuk cara yang efektif untuk
pengajaran agama di sekolah-sekolah. Di banyak negara, termasuk Indonesia, sekolah-sekolah menjadi lahan utama yang sangat efektif untuk pendampingan
dan pembinaan iman Kristen yang lebih mendalam. Ilmu kateketik tidak hanya menangani masalah yang berhubungan dengan
pengajaran dogmatis, biblis, moral dan liturgis demi pendewasaan umat beriman, tetapi juga termasuk juga tugas mendidik umat beriman dalam
keseharian mereka seperti berdoa, menerima sakramen dll. Dengan kata lain, medan tugas ilmu kateketik adalah seluruh tempat dan
kesempatan di mana dimungkinkan pemakluman, pengajaran, pendalaman, penghayatan, pendidikan dan perwujudan iman Kristiani yang dapat membantu
memperkembangkan iman dan pengalaman hidup mereka.
26
2. Pengelolaan Waktu Belajar a. Pengertian waktu
Wicak 2008: V mengatakan “waktu adalah sesuatu yang tidak dapat kita
pegang atau kita rasakan keberadaannya, sama seperti cinta dan kasih, tidak dapat diraba atau kita sentuh tetapi dapat kita rasakan akibatnya dalam kehidupan kita.
” Haynes 2010: 19 juga
mengatakan bahwa “Jika kesempatan melebihi sumber daya, keputusan harus diambil hal ini terlihat jelas dalam penggunaan waktu karena waktu
tidak bisa di produksi, kita harus memutuskan apa yang harus dilakukan dan tidak harus dilakukan.
” Jadi jelaslah, bahwa waktu adalah sesuatu yang tidak dapat dihentikan dan akan terus berjalan setiap saat tanpa henti.
Menurut Taylor 1990: 9 “manajemen waktu manajemen kehidupan yaitu
pencapaian dari sasaran-sasaran utama kehidupan sebagai hasil dari menyisihkan kegiatan-kegiatan tidak berarti yang sering kali justru banyak memakan waktu.
” Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan waktu yang ada untuk kegiatan-kegiatan yang
penting dan bermanfaat untuk hidup kita.
b. Dasar Manajemen Waktu
Waktu merupakan sumber daya yang unik. Setiap hati, semua orang memiliki jumlah yang sama. Waktu tidak dapat diakumulasi. Kita dapat tidak dapat mematikan
atau menyalakannya. Waktu tidak bisa digantikan. Waktu harus dihabiskan pada angka 60 detik setiap menit Haynes, 2010: 5. Waktu adalah suatu komoditas yang
paling bernilai. Ia merupakan suatu jenis sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui. Demikian pula para ilmuan tidak akan mungkin dapat menciptakan penggantinya.
Bila waktu kita hilang, musnah pulalah kita Taylor, 1990: 3.
27
Manajemen waktu seperti halnya manajemen sumber daya lain mengandalkan analisis dan perencanaan. Guna memahami dan menerapkan prinsip
manajemen waktu, kita harus mengetahui bukan hanya cara menggunakan waktu tetapi juga masalah yang kita hadapi dalam menggunakannya secara efektif disertai
penyebabnya. Dengan demikian, kita dapat mempelajari cara meningkatkan efektivitas dan efisiensi melalui investasi waktu yang lebih baik Haynes, 2010: 5.
c. Teknik Manajemen Waktu
Menurut Haynes 2010: 29 perencanaan merupakan proses yang kompleks. Beberapa orang terampil melakukannya, tetapi ada pula yang tidak mampu. Ada pula
orang-orang yang terjebak aktivitas dan tenggat waktu hingga mereka mengatakan bahwa tidak ada waktu untuk menyusun rencana. Namun perencanaan merupakan
kunci untuk menghilangkan tekanan akibat terlalu sedikitnya waktu. Perencanaan merupakan waktu untuk menstruktur waktu anda.
Perencanaan biasanya bisa berupa jangka panjang dan jangka pendek. Perencanaan jangka panjang mendeskripsikan hal-hal yang ingin kita capai selama
tiga bulan berikutnya, sekaligus proyek apapun yang durasinya melebihi satu minggu. Perencanaan jangka pendek mencakup hal-hal yang ingin kita capai hari ini
atau minggu ini, yang mencakup langkah menuju sasaran jangka panjang Haynes, 2010: 29.
Perencanaan dibuat berdasarkan waktu atau periode tertentu. Yang umum adalah mingguan dan harian. Namun sebenarnya, ada juga yang membuat
perencanaan jangka panjang long term plan. Perencanaan jangka panjang memang sangat membantu. Misi hidup hanya bisa diwujudkan jika kita berkomitmen seumur
28
hidup kepadanya. Untuk menerjemahkan komitmen itu ke dalam rencana aksi yang bisa dijalankan, dibutuhkan rencana jangka panjang. Kalau sudah ada rencana jangka
panjang, barulah dibuat rencana yang lebih pendek. Rencana jangka pendek harus berdasarkan rencana jangka panjang. Jadi buat dulu perencanaan jangka panjangnya
dan analisa apa saja yang harus dilakukan dalam jangka yang lebih pendek agar rencana jangka panjang itu bisa diwujudkan. Dengan begitu, rencana jangka pendek
adalah terjemahan sekaligus penunjang rencana jangka panjang anda Wicak, 2008: 37.
d. Cara mengendalikan waktu
Mengendalikan waktu memang bukan hal yang mudah untuk dilakukan, namun apabila kita terbiasa mengendalikan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat
kita juga akan mendapatkan hal-hal yang bermanfaat untuk hidup kita. Berikut ini adalah cara mengendalikan penggunaan waktu menurut Haynes 2010: 25:
Membina tanggungjawab, prioritas, dan sasaran Menyingkirkan aktifitas yang tidak penting dan tidak tepat
merencanakan dan menjadwalkan penggunaan waktu setiap hari dan setiap minggu
Mendelegasi sebanyak mungkin tugas Sisakan waktu untuk kejadian yang tak terduga
Hilangkan atau kurangi sebanyak mungkin hambatan Memaksimalkan penggunaan waktu puncak energi kita
Oleh karena itu, kita harus mampu mengendalikan waktu kita untuk hal-hal yang memiliki prioritas yang tinggi seperti mengerjakan tugas-tugas kuliah. Jangan
sampai waktu kita terbuang sia-sia untuk hal-hal yang sama tidak penting seperti yang terdapat di kuadran 1, kuadran 3 dan kuadran 4. Dimana kita hanya
29
memanfaatkan waktu hanya untuk hal yang menyenangkan saja, malas melakukan segala hal dan lebih senang mengikuti apa kata orang lain
e. Kuadran Manajemen Waktu
Kuadran Waktu ini terd iri dari dua unsur utama yaitu „penting‟ dan
„mendesak‟. Penting menyangkut hal-hal yang paling penting dan utama yang mendukung tercapainya misi serta sasaran. Mendesak merupakan hal yang menekan,
yang menuntut perhatian segera dikerjakan. Kita menhabiskan waktu kita dalam empat kuadran waktu yang berbeda Covey, 2001: 153 seperti nampak di bawah
ini:
Tabel 1. Kuadran Manajemen Waktu MENDESAK
TIDAK MENDESAK
PENT ING
1 Orang Yang Suka Menunda-
Nunda
Ujian besok Teman terluka
Terlambat masuk kerja Proyek yang harus diselesaikan
hari ini Mobil mogok
2 Orang Yang Suka Menentukan
Prioritas
Merencanakan, menetapkan sasaran
Pr yang harus selesai dalam minggu ini
Olahraga Membina hubungan
Relaksasi
30
T IDA
K P E
NTI NG
3 Orang Yang “Yes-Man”
Telepon yang tidak penting Interupsi
Masalah kecil orang lain
Tekanan sesama 4
Orang Pemalas
Terlalu banyak nonton tv Ngobrol tiada habis-habisnya di
telepon Terlalu banyak main game
komputer Maraton dari mall ke mall
Buang-buang waktu
1 Kuadran 1 K1
Aktivitas yang termasuk dalam kuadran satu adalah semua aktivitas yang mendesak tetapi juga penting. Ada hal-hal dalam K1 yang tidak dapat kita
kendalikan dan harus dilaksanakan, seperti menolong seseorang yang sakit. Tetapi ada banyak kegiatan K1 yang merepotkan karena menunda-nunda waktu seperti
menunda-nunda mengerjakan tugas kuliah, kemudian harus bersusah payah mengerjakannya satu hari menjelang tugas akan dikumpulkan. K1 adalah bagian dari
hidup, tetapi kalau kita terlalu banyak menghabiskan waktu di K1, percayalah kita akan stres dan jarang berprestasi sesuai dengan potensi kita. Orang yang suka
menunda-nunda, yang suka berlama-lama di K1 mot tonya adalah “Aku akan berhenti
menunda-nunda, nanti. ” Orang seperti K1 lebih suka menunda-nunda waktu hingga
menjadi stress. Tetapi orang seperti K1 ini menyukai hal itu karena menurutnya mengerjakan segalanya pada menit-menit terakhir membuatnya bersemangat. Orang
di K1 ini bisa sukses di bawah tekanan. Memiliki perencanaan sebelumnya adalah mustahil bagi orang yang suka menunda-nunda, karena hal itu menurutnya sama
sekali tidak penting dan hanya membuang-buang waktu saja. Akibatnya apabila kita
31
lebih suka menghabiskan waktu di K1 adalah stres, cemas, kelelahan dan prestasi yang biasa-biasa saja Covey, 2001: 155- 156.
2 Kuadran 2 K2
Kuadran 2 merupakan hal-hal yang penting tetapi tidak mendesak, seperti persahabatan, olahraga, merencanakan dahulu dan mengerjakan tugas dengan tepat
waktu. K2 merupakan kuadran terbaik dan ideal namun membutuhkan suatu komitmen untuk melaksanakannya. Orang yang berada di K2 ini adalah orang yang
mengutamakan prioritas. K2 ini walaupun bukan kuadran yang sempurna, tetapi pada dasarnya memiliki kelebihan yaitu mawas diri. Orang di K2 ini selalu membuat
rencana kegiatan lalu menyusun prioritas, memastikan segala hal yang utama terlaksana terlebih dahulu dan hal-hal yang kurang penting terlaksana terakhir.
Misalnya, dengan mengerjakan tugas tepat waktu dan menulis skripsi lebih awal dapat membuat kita terhindar dari stres dan kelelahan karena tidak mengerjakannya
sekaligus dalam waktu singkat tetapi terencana. Orang di K2 ini mempunyai kebiasaan yang sederhana tetapi biasanya mampu mengendalikan dirinya terhadap
hal-hal yang dapat merugikan dirinya. Orang di K2 ini biasanya meluangkan waktu untuk olahraga dan memperbaharui diri, walaupun untuk itu ia harus mengorbankan
hal-hal lain. Akibat hidup di K2 adalah hidup dapat terkendali dan keseimbangan prestasi tinggi Covey, 2001: 159- 161.
3 Kuadran 3 K3
Kuadran 3 merupakan hal-hal yang mendesak tetapi tidak penting, orang yang Yes-men terhadap apapun dan siapapun. Kuadran 3 ini memiliki ciri-ciri
32
berusaha menyenangkan semua orang dan menanggapi semua keinginan orang lain. K3 ini seringkali menipu karena hal-hal yang mendesak tampaknya penting tetapi
sebenarnya tidak. Seperti, telepon berdering memang mendesak tetapi sering kali ternyata begitu tidak penting. K3 penuh dengan kegiatan-kegiatan yang penting bagi
orang lain tetapi sama sekali tidak penting untuk dirinya, karena orang di K3 sulit mengatakan tidak karena takut menyingung perasaan orang lain. Orang di K3 ini
biasanya berusaha menyenangkan semua orang namun, pada akhirnya malah tidak menyenangkan siapapun, termasuk dirinya sendiri. Orang di K3 ini sering kali takluk
kepada tekanan orang lain karena ia suka menjadi populer dan tidak mau lain dari pada yang lain. Mott
onya adalah, “Besok, aku akan bersikap lebih tegas kalau kamu tida
k keberatan”. Kita semua memiliki sedikit K3 di dalam diri kita. Kita tidak akan mencapai banyak hal kalau kita mengatakan ya kepada segala hal dan tidak pernah
belajar menfokuskan pada hal yang penting. K3 adalah salah satu kuadran terburuk karena tidak mempunyai komitmen dalam hidupnya, hanya mengikuti kemana arus
mengalir. Kuadran ini berubah-ubah dan tidak memiliki pendirian. Akibat kebanyakan menghabiskan waktu di K3 adalah reputasi seb
agai “tukang menyenangkan orang, kurang disiplin dan merasa seperti keset kaki bagi orang lain
yang menginjak-injaknya karena tidak memiliki pendirian atas dirinya sendiri sehingga mudah terpengaruh oleh hal-hal yang sifatnya menyenangkan saja Covey,
2001: 157- 158.
4 Kuadran 4 K4
Kuadran 4 memiliki kategori kesia-siaan. Kegiatan-kegiatan ini tidak mendesak dan juga tidak penting. Orang yang berada di K4 ini dikenal dengan
33
sebutan si pemalas. Ia senang segala sesuatu yang berlebihan, seperti terlalu banyak menonton TV, terlalu banyak tidur, terlalu banyak main video game dan lain
sebagainya. Dua hobi utamanya adalah berbicara tiga jam di telepon dan jalan-jalan ke mall setiap akhir pekan. Menonton TV mungkin memang kita butuhkan untuk
rileks dan itu sah-sah saja tetapi jangan sampai berlebihan, jangan sampai mengubah malam yang rileks menjadi malam yang sia-sia. Akibat hidup dalam K4 adalah
kurang bertanggung jawab, rasa bersalah dan tugas-tugas terbengkalai Covey, 2001: 158-159. Maka dari itu, kita harus mampu mengendalikan diri kita sendiri untuk
tidak melakukan hal-hal yang menyenangkan saja. Pada kenyataannya kita semua menghabiskan waktu di setiap kuadran ini,
kuncinya adalah menggeser sebanyak mungkin waktu kita ke K2. Dan satu-satunya cara menemukan lebih banyak waktu di K2 adalah dengan mengurangi waktu yang
kita habiskan di kuadran 1,3 dan 4. Seperti, mengurangi sifat menunda-nunda, belajar untuk mengatakan tidak terhadap hal-hal yang tidak penting yang menarik kita dari
hal-hal yang memang penting, mengurangi kegiatan-kegiatan bermalas-malasan di K4. Semakin sedikit waktu yang kita habiskan di K1, K3 dan K4 artinya semakin
membantu kita untuk menghargai waktu dan kesuksesan akan semakin dekat dengan kita. Kita tidak mempunyai waktu untuk di buang-buang karena setiap waktu yang
telah berlalu tidak bisa diulang kembali Covey, 2001: 161. Oleh karena itu, sangat perlu adanya pengelolaan waktu belajar yang baik agar setiap kegiatan baik itu
penting maupun mendesak mendapat porsinya masing-masing, maka dari itu tanamlah kebiasaan untuk hidup teratur dan disiplin dalam diri kita serta kita lebih
bisa menghargai waktu yang ada untuk hal-hal yang bermanfaat dan memiliki nilai yang positif bila dilakukan.
34
3. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan
selama seseorang tidak melakukan usaha Hamdani 2011: 137. Pengukuran prestasi merupakan kegiatan yang dilakukan berulang-ulang tergantung situasinya Sunarto
dan Jajuk Herawati, 2002: 192. Prestasi kunci merupakan bagian dari organisasi atau unit organisasi yang harus berfungsi efektif apabila organisasi atau unit secara
keseluruhan akan berjalan sukses. Untuk universitas prestasi kunci yang menyeluruh barangkali dapat dirumuskan sebagai kemampuan menarik mahasiswa yang
berkualitas dan kemampuan mengembangkan jaringan alumni yang baik Sunarto dan Jajuk Herawati, 2002: 199.
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik pemahaman berkaitan dengan prestasi belajar di Sekolah. Prestasi belajar di Sekolah merupakan hasil atau taraf
kemampuan yang telah dicapai setiap seorang dalam hidupnya setelah mengikuti proses belajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku,
keterampilan dan pengetahuan dan kemudian diukur dan dinilai. Prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki seseorang dalam menerima, menolak
dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar Hamdani, 2011: 138. Dengan demikian prestasi belajar dapat dimengerti sebagai
suatu hasil dari proses belajar yang dapat membantu setiap orang mencapai tujuan hidupnya yaitu kesuksesan yang membawa pada kebahagian yang diinginkan oleh
setiap orang dalam hidupnya baik itu di keluarga, di sekolah, di kantor, di masyarakat dan di mana pun berada.
35
b. Prestasi Belajar Ilmu Pendidikan Agama Katolik
Prestasi belajar Ilmu Pendidikan Agama Katolik dilihat dari dua sisi yaitu berdasarkan objek formal dan material. Dilihat dari objek formalnya Katekese adalah
bentuk khusus pewartaan sabda yang mematangkan pertobatan awal untuk menjadikan suatu pengakuan iman nyata, hidup dan berbuah PUK, art. 82.
Pertobatan kepada Yesus Kristus, mengikuti jejak-Nya maka, katekese harus mampu meneruskan kepada setiap orang sehingga dapat mengalami perubahan batin yang
mendalam dengan mengambil bagian dalam misteri paskah mereka beralih dari manusia lama menjadi manusia baru yang disempurnakan dalam Kristus PUK, art.
85. Sebagai komukasi iman kita harus mampu bersaksi tentang iman kita akan Yesus Kristus, pengantara Allah yang berbicara kepada kita dan pengantara kita
menanggapi sabda Allah Lalu, 2005: 68. Oleh karena itu, kita diharapkan untuk mampu
menguasai bagaimana
cara mewartakan
Kabar Gembira,
mengkomunikasikan iman dan menjadi pendidik yang baik agar kita semakin beriman kepada Yesus Kristus sehingga mampu menghasilkan tindakan pertobatan
yang menjadi tujuan utama Gereja. Objek material mengarah pada iman yang merupakan anugerah dari Allah,
iman hanya bisa dilahirkan dalam hati manusia sebagai buah dari rahmat yang menggerakkan dan membantu serta suatu tanggapan bebas terhadap dorongan Roh
Kudus yang menggerakan hati dan mengarahkan kepada Allah dan mempermudah kita untuk menerima dan percaya akan kebenaran PUK, art. 55. Pengalaman yang
diterima dalam iman dalam suatu cara tertentu menjadi sebuah pedoman perwujudan keselamatan, di mana Allah tetap bersama dengan pendidikan Inkarnasi sampai pada
manusia dengan Rahmat-Nya dan menyelamatkannya PUK, art. 152. Oleh karena
36
itu dengan adanya iman akan Yesus Kristus setiap orang diharapkan mampu menghasilkan pengalaman-pengalaman iman yang mampu membawa kesaksian
kepada setiap orang yang dijumpainya sehingga dapat menjadi pengalaman iman yang memperkembangkan. Belajar Ilmu Pendidikan Agama Katolik ialah suatu
aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang relatif konstan dan berbekas Dapiyanta, 2008: 57. Oleh karena itu, prestasi belajar Ilmu Pendidikan Agama Katolik harus mampu menguasai tradisi
dan pengalaman hidup sehingga dapat membantu memperkembangkan iman dan pengalaman hidup setiap orang dan dapat berguna untuk Gereja dan masyarakat.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Hutabarat 1988: 18 menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar yaitu:
Faktor kecerdasan, yaitu kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan berpikir yang sifatnya rumit dan abstrak. Kecerdasan adalah suatu kemampuan
yang dibawa dari lahir, pendidikan tidak dapat meningkatkannya tetapi hanya dapat mengembangkannya. Tingginya kecerdasan yang dimiliki seseorang
bukanlah jaminan bahwa ia akan berhasil menyelesaikan pendidikan tingginya dengan baik karena keberhasilan dalam belajar tidak hanya ditentukan oleh
kecerdasan saja tetapi juga oleh faktor lain. Faktor belajar, yaitu menyangkut semua segi kegiatan belajar seperti kurang
dapat memusatkan perhatian pada pelajaran yang sedang berlangsung termasuk juga kurang menguasai cara-cara belajar yang efisien dan efektif. Banyak
37
mahasiswa yang rajin tetapi kerajinannya itu tidak diiringi oleh kemampuan dalam hal cara belajar yang baik sehingga tidak banyak hasil dicapainya dengan
kerajinannya itu. Faktor sikap, maksudnya sikap dapat menentukan apakah seseorang dapat belajar
dengan lancar atau tidak, gigih atau tidak, tahan lama belajar atau tidak dan banyak lagi yang lain. Sikap yang positif terhadap pelajaran merangsang
cepatnya berlangsung kegiatan belajar. Faktor fisik, yaitu faktor yang ada kaitannya dengan kesehatan, kesegaran
jasmani dan keadaan fisik seseorang. Badan yang tidak sehat membuat konsentrasi pikiran terganggu sehingga menghambat kegiatan belajar.
Faktor emosi dan sosial, faktor emosi seperti rasa tidak senang dan rasa suka dan faktor sosial seperti persaingan dan kerjasama sangat besar pengaruhnya dalam
proses belajar. Ada mahasiswa yang kurang berhasil dalam menguasai suatu mata kuliah karena kurang senang terhadap dosen yang memberikannya dan ada juga
yang kurang berhasil dalam ujiannya karena pada waktu menghadapi ujian muncul perasaan takut dan cemas menyelubungi pikirannya.
Faktor lingkungan, yaitu keadaan atau suasana tempat seseorang belajar. Suasana dan keadaan tempat belajar ini turut menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan
belajar. Kebisingan, bau busuk yang berasal dari got, nyamuk yang menganggu pada waktu belajar dan keadaan yang serba kacau di tempat belajar sangat besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar. Faktor pendidik, yaitu menyangkut kepribadian dosen, hubungan dosen dengan
mahasiswa, kemampuan dosen mengajar dan perhatian dosen terhadap
38
kemampuan belajar mahasiswanya turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Dosen dapat menimbulkan semangat belajar yang tinggi dan dapat juga
mengurangi keinginan belajar yang sungguh-sungguh. Mahasiswa yang tidak bisa mengatur sendiri waktu belajarnya akan
menghadapi kesulitan dalam mengikuti dengan baik rencana kegiatan belajar yang disusunnya sendiri. Bagi mahasiswa yang melulu belajar, adanya rencana kegiatan
belajar akan sangat membantu sehingga waktu-waktu yang relatif banyak itu bisa diisi dengan kegiatan-kegiatan belajar untuk memperoleh prestasi belajar yang baik
Hutabarat, 1988: 4.
B. Penelitian yang Relevan
Berikut adalah hasil penelitian yang relevan yang ditemukan dalam Jurnal Ilmu Pendidikan
, Februari 2001, Jilid 8, Nomor 1. Penelitian ini dilakukan oleh H. M. Farid Nasution yang merupakan dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara
dan FKIP Universitas Islam Sumatera Utara UISU, Medan. Masalah yang dibahas adalah tentang Hubungan Metode Mengajar Dosen, Keterampilan Belajar, Sarana
Belajar dan Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. Penelitian ini menggunakan rancangan ex post facto dengan melibatkan seluruh mahasiswa
Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara sebanyak 1180 orang. Besar sampel sebanyak 28 yaitu 329.
Hasil temuan dalam Penelitian ini menunjukkan bahwa metode mengajar Dosen merupakan variabel yang memberikan sumbangan terbesar jika dibandingkan
dengan variabel lainnya, yaitu sebesar 10,748, sedangkan sumbangan variabel keterampilan belajar, sarana belajar dan lingkungan belajar hanya memberikan
39
sumbangan masing-masing sebesar 3,274, 2,262 dan 3,345. Sumbangan yang diberikan secara bersama-sama variabel bebas tersebut adalah 19,6. Dengan
demikian, keempat variabel bebas tersebut memberikan sumbangan yang nyata bagi keberhasilan belajar mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara, sedangkan
80,4 lagi merupakan sumbangan dari variabel lain yang tidak menjadi variabel dalam penelitian ini seperti intelegensi, minat, bakat dan motivasi.
C. Kerangka Pikir
Belajar Ilmu Pendidikan Agama Katolik merupakan studi tentang Kateketik sebagai ilmu yang terdiri dari dua objek penting yaitu objek formal dan objek
material. Objek formal erat kaitannya dengan komunikasi iman, pewartaan dan pendidikan iman, sedangkan objek material erat kaitannya dengan iman dan
pengalaman hidup. Hasil belajar dipengaruhi berbagai aspek salah satunya adalah pengelolaan
waktu belajar. Dalam belajar Ilmu Kateketik mahasiswa IPPAK perlu memiliki pengelolaan waktu yang baik agar dapat mengunakan waktu sesuai porsinya
sehingga tidak terbuang sia-sia untuk hal yang tidak penting dan dapat membantu dalam mewujudkan cita-cita yang menjadi tujuan dalam hidupnya.
Pengelolaan waktu adalah pengaturan waktu yang telah dibuat oleh setiap orang dalam hidupnya sehingga setiap orang dapat memanfaatkan waktu yang ada
dengan baik sesuai dengan tujuan dan prioritas. Pengelolaan waktu dapat dilakukan dengan mengetahui dasar manajemen waktu, teknik-teknik manajemen waktu, cara
mengendalikan waktu dan kuadran manajemen waktu sehingga setiap orang dapat
40
menggunakan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kebutuhan dan prioritas yang ada.
Apabila setiap orang bisa menggunakan waktu dengan baik maka apa yang menjadi tujuan dalam hidupnya dapat tercapai dengan baik salah satunya adalah
prestasi belajar. Prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan
hasil yang sudah dicapai oleh setiap orang pada periode tertentu. Semakin orang dapat menggunakan waktu dengan baik, maka prestasi belajar setiap orang semakin
meningkat.
D. Hipotesis
Dari kajian pustaka di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian yang akan diuji pada taraf signifikansinya 5, yaitu:
Ha : Pengelolaan Waktu berpengaruh terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2009-2012. Ho : Pengelolaan Waktu tidak berpengaruh terhadap Prestasi belajar
Mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2009-
2012.
41
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jika dilihat dari segi pendekatan dan data yang diperoleh, maka penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif yang berbentuk regresi. Di dalam ilmu
Statistik, untuk mengetahui pola dan nilai perubahan suatu variabel yang di sebabkan oleh variabel lain dapat dianalisa dengan prediksi yang lazim disebut
regresi. Penelitian kuantitatif lebih berdasarkan data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh Hikmat, 2011: 41.
Penelitian ini untuk melihat pengaruh antara Variabel X Pengelolaan Waktu Belajar terhadap Variabel Y Prestasi Belajar mahasiswa Prodi IPPAK
Universitas Sanata Dharma.
B. Desain Penelitian
Adapun desain yang penelitian ini mengunakan prinsip expost facto yaitu apabila penelitian bertujuan mengekspos kejadian-kejadian yang sedang
berlangsung Bungin, 2005: 58. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengelolaan waktu
belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa IPPAK. Peneliti mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek melalui data atau sampel populasi berupa data
kuantitatif yang diangkakan. Dalam peneliti an ini, dikemukakan, variabel “X”
42
secara spesifik diidentifikasi sebagai variabel bebas, karena mempengaruhi variabel terikat. Sementa
ra itu variabel “Y” adalah variabel terikat karena mendapat pengaruh dari variabel bebas.
Gambar ini terbentuk dari dua variabel, yaitu: X = Pengelolaan Waktu Belajar
Y = Prestasi Belajar Mahasiswa IPPAK
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi IPPAK-USD yang berada di Jl. Ahmad Jazuli No. 2 Kota Baru, Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada
Agustus 2013.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Bungin 2011: 109 mengatakan “Populasi merupakan
keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh- tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya sehingga
objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian. ” Populasi penelitian ini
adalah Mahasiswa IPPAK yang terdiri dari angkatan 2009, 2010, 2011 dan 2012.
Variabel Y Prestasi Belajar Mahasiswa
IPPAK Varabel X
Pengelolaan Waktu Belajar
43
Jumlah keseluruhan mahasiswa IPPAK dari semester III-IX adalah 262 mahasiswa.
Penggunaan teknik sampling yang tepat harus betul-betul diperhatikan kalau mau mendapatkan sampel yang representatif mewakili. Salah penggunaan
teknik sampling berarti salah pula dalam memperoleh sampel. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonprobability Sampling yaitu teknik
pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Jenis
Nonprobability Sampling yang digunakan yaitu Sampling Purposive yang
merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu Sugiyono, 2010: 122-124.
Sampel adalah bagian dari populasi. Pada umumnya kita tidak bisa mengadakan penelitian kepada seluruh anggota dari populasi karena terlalu
banyak. Apa yang bisa kita lakukan adalah mengambil beberapa representatif dari suatu populasi kemudian diteliti, representatif dari populasi ini yang dimaksud
den gan sampel Kountur, 2003: 137. Soeharto juga mengatakan “Sampel adalah
objek dari populasi yang diambil melalui teknik sampling yakni cara-cara mereduksi objek penelitian dengan mengambil sebagian saja yang dapat dianggap
representatif terhadap populasi Hikmat, 2011: 61. ” Sampel diambil dari
mahasiswa Prodi IPPAK yang memiliki jadwal dan diperoleh 60 sampel.
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui penyebaran skala dan studi dokumen. Skala merupakan alat