Kajian Pustaka Pengaruh pengelolaan waktu belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2009-2012.

17 a Komunikasi iman Dalam pertemuan PKKI I yang berlangsung pada 10-16 Juli 1977 di Wisma Samadi Syalom Sindanglaya, Jawa Barat dengan Tema Arah Katekese di Indonesia menghasilkan gagasan tentang katekese umat yaitu komunikasi iman umat, katekese dari umat, oleh umat dan untuk umat. Komunikasi iman dalam katekese merupakan peristiwa rahmat, terwujud dalam perjumpaan sabda Allah dengan pengalaman manusia, komunikasi iman ini dapat terjadi dengan cara yang berbeda-beda yang tidak selalu kita ketahui seluruhnya PUK, art. 150. Dalam PPKI II yang berlangsung di Klender Jakarta juga mengatakan katekese umat sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman penghayatan iman antara anggota jemaat beriman. Dalam katekese, umat dituntut untuk mampu bersaksi tentang imannya akan Yesus Kristus sebagai pola hidup umat beriman dalam Kitab Suci khususnya dalam Perjanjian Baru sebagai dasar penghayatan iman umat kristiani sepanjang hidupnya. Telaumbanua 2005: 86 juga mengatakan, “Katekese yang menjemaat, yang berdasarkan pada situasi konkret setempat dan berpola pada Yesus Kristus sebagai sumber iman yang utama menuju pada hidup kristiani yang utuh. ” Katekese umat merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai sesama dalam iman yang sederajat tanpa pandang bulu untuk terus bersaksi tentang iman mereka secara terbuka ditandai sikap saling menghargai dan mendengarkan satu sama lain Telaumbanua, 2005: 87-88. Komunikasi iman juga diharapkan mampu membantu peserta agar menghayati imannya di dalam kenyataan hidupnya atau kebudayaan dan cara berpikirnya sendiri. Perjumpaan antara kenyataan hidup peserta dengan kekayaan iman Kristiani, membantu mereka supaya sampai pada penghayatan iman yang menyeluruh, yang membawa mereka pada kematangan atau 18 kedewasaan iman Heryatno Wono Wulung, 2008: 50. Jadi, komunikasi iman sebagai objek formal dalam ilmu kateketik menjadi sarana bagi jemaat beriman kristiani untuk mngembangkan penghayatan imannya akan Yesus Kristus sehingga semakin mampu menjadi saksi Kristus di tengah dunia dewasa ini. Adapun tujuan dari komunikasi iman Telaumbanua, 2005: 88 ialah:  Supaya dalam terang injil, kita semakin meresapi arti pengalaman- pengalaman kita sehari-hari  Kita bertobat metanoia kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup Kristiani sehari-hari.  Dengan demikian kita semakin sempurna dalam beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan hidup kristiani kita semakin dikukuhkan.  Sehingga kita semakin sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat. PAK pada hakikatnya merupakan salah satu bentuk komunikasi iman yang meliputi pengetahuan, pergumulan dan penghayatan iman. Melalui komunikasi pengetahuan peserta diperluas, pergumulan peserta diperteguhkan dan penghayatannya diperkaya Dapiyanta, 2011: 7. b Pewartaan Sabda Gereja hidup untuk mewartakan injil yaitu membawa Kabar Gembira kepada semua suku bangsa sehingga dengan kekuasaannya Kabar Gembira itu dapat masuk ke dalam hati manusia dan memperbaharui bangsa PUK, art.46. Segala kegiatan mewartakan Kabar Gembira dimengerti sebagai memajukan kesatuan dengan Yesus Kristus PUK, art. 80. Evangelisasi adalah kesaksian dan pewartaan, perkataan dan sakramen, ajaran dan tugas, katekese menyampaikan kata-kata dan perbuatan Wahyu, dia diwajibkan memaklumkan dan menceritakan dan pada saat yang sama memperjelas misteri yang 19 ada di dalamnya PUK, Art. 39. Evangelisasi yang menyampaikan Wahyu kepada dunia, dilaksanakan dalam perkataan-perkataan dan perbuatan. Pelayanan sabda adalah unsur evangelisasi yang fundamental. Tidak ada evangelisasi yang benar kalau nama, ajaran, janji-janji, Kerajaan Allah, Putra Allah tidak diwartakan. Mereka yang sudah menjadi murid Kristus juga harus disuburkan dengan sabda Allah agar mereka dapat bertumbuh dalam hidup Kristiani mereka PUK, art. 50. Melalui evangelisasi setiap orang diundang untuk bertobat dan mengimani Yesus, pertobatan ini diharapkan berlangsung terus-menerus sepanjang hidup Agus Rukiyanto, 2012: 61. Yang menggerakkan adanya evengelisasi baru adalah Kristus yang hidup, yang berkarya melalui Roh-Nya. Agar dapat mewartakan Injil para pelayan sabda harus mempunyai pengalaman pribadi yang mendalam dengan Kristus karena evangelisasi baru tidak sekedar meneruskan ajaran melainkan memberikan kesaksian yang menyentuh hati. Dengan kata lain evangelisasi baru hanya dapat lahir dari pengalaman akan Allah secara mendalam Suharyo, 1993: 16. Tujuan dari evangelisasi baru adalah membangun komunitas Kristiani yang dijiwai Sabda, dalam konteks hidupnya yang beragam sehingga komunitas itu hadir memberikan kesaksian yang hidup akan Kristus yang menyelamatkan Suharyo, 1993: 19. c Pendidikan Iman Katekese sebagai pendidikan iman merupakan salah satu bentuk karya pewartaan Gereja yang bertujuan untuk membantu umat beriman agar imannya semakin mendalam dan supaya mereka semakin terlibat dalam kehidupan menggereja dan masyarakat baik sebagai pribadi maupun kelompok Adisusanto, 20 1995: 3. Salah satu sarana pendidikan iman yang terus berkembang sampai saat ini adalah pelajaran agama. Pelajaran agama harus menyampaikan pesan dan peristiwa Kristiani dengan kesungguhan dan kedalaman yang sama dengan apa yang disajikan oleh disiplin ilmu-ilmu lain. Pelajaran agama tidak dapat ditempatkan sebagai tambahan melainkan sebagai hal yang perlu dalam dunia pendidikan PUK, art. 73. Hidup dan iman para siswa yang menerima pelajaran agama di sekolah ditandai dengan perubahan yang terus-menerus, pelajaran agama harus melihat realita dalam mencapai tujuannya PUK, art. 75. Katekese sebagai pedagogi iman aktif dalam memenuhi tugas-tugasnya tidak hanya diinspirasikan oleh pertimbangan- pertimbangan ideologis atau kepentingan manusiawi semata. Katekese tidak membingungkan karya Allah yang menyelamatkan, dialog mengagumkan yang dilakukan oleh Allah dengan setiap pribadi menjadi inspirasi dan normanya PUK, art. 144. Pendidikan Agama Katolik dipahami sebagai proses pendidikan dalam iman yang diselenggarakan oleh Gereja, sekolah, keluarga dan kelompok jemaat lainnya untuk membantu peserta agar semakin beriman kepada Tuhan Yesus sehingga nilai- nilai Kerajaan Allah sungguh terwujud di tengah-tengah hidup mereka, sehingga yang menjadi tujuan PAK ialah demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tenggah hidup mereka, demi kedewasaan iman dan demi kebebasan manusia Heryatno Wono Wulung, 2008: 22. Namun demikian PAK tidak bisa lepas dari ilmu Kateketik, karena untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah PAK dalam kaitannya dengan ilmu kateketik tidak dapat hanya membawa bahan pewartaan secara buta tanpa memahami keadaan pendengarnya, apabila PAK dan ilmu kateketik mengabaikan pendengar, warta gembira Kerajaan Allah yang dibawa hanya 21 akan menjadi kosong dan membosankan bagi pendengar Justin dan Supriyanti, 2012: 304. Berinspirasikan pendidikan iman, katekese mempersembahkan pelayanannya sebagai sebuah pelajaran yang mendidik edukatif yang menolong manusia untuk membuka dirinya terhadap dimensi kehidupan religius dan di lain pihak menyodorkan Injil kepadanya yang dilaksanakan sedemikian rupa agar menembus dan mengubah proses-proses akal budi, hati nurani, kebebasan dan tindakan yang berpedoman pada teladan Yesus Kristus PUK, art. 147. Adapun titik tolak dari pendidikan iman itu sendiri yaitu proses perkembangan iman yang nampak dalam pertobatan kita sebagai umat beriman. Pertobatan merupakan kesediaan sikap dan tindakan manusia untuk mendalami hidup. Orang yang bertobat menanggalkan manusia lamanya dan mengenakan manusia baru dengan berbalok kepada Kristus Adisusanto, 1995: 11. 2 Objek Material Ilmu Kateketik Objek material ilmu kateketik adalah iman Tradisi Gereja dalam pengalaman hidup. Iman dalam Tradisi Gereja dan dalam pengalaman hidup akan diuraikan sebagai berikut: a Iman Iman merupakan tanggapan manusia terhadap sabda Allah, manusia tidak bisa bersifat pasif atau menutup diri tetapi harus memberi tanggapan dengan memutuskan sikap yang tepat dalam keseluruhan rencana keselamatan Allah Adisusanto, 1995: 3. Katekese akan selalu menarik isinya dari sabda Allah yang 22 hidup yang diteruskan dalam tradisi dan Kitab Suci karena Tradisi dan Kitab Suci membentuk suatu harta sabda Allah yang tunggal dan kudus, yang dipercayakan kepada Gereja PUK, art. 94. Allah dalam keagungan-Nya menggunakan suatu pedagogi untuk mewahyukan diri-Nya kepada manusia, Ia menggunakan peristiwa dan kata-kata manusia untuk menyampaikan rencana-Nya agar lebih dekat kepada manusia PUK, art. 38. Allah mewahyukan Diri tahap demi tahap kepada manusia melalui para nabi dan peristiwa-peristiwa keselamatan, sampai Dia menyempurnakan pewahyuan diri-Nya dengan mengutus Putera-Nya sendiri. Yesus Kristus adalah Putra Allah yang kekal, yang menjadi manusia karena itu Dia adalah peristiwa terakhir yang menjadi titik temu dari segala peristiwa sejarah keselamatan, Dia adalah Sabda Allah yang tunggal, sempurna, dan tak terkalahkan PUK, art. 40. Iman dengan mana manusia menanggapi pewartaan Injil menuntut permandian, yang didasarkan pada kehendak Kristus sendiri yang memerintahkan murid-Nya untuk menjadikan segala bangsa murid-Nya dan mempermandikan mereka, misi ini merupakan misi untuk mewartakan Kabar Gembira. Mereka yang sudah bertobat kepada Yesus Kristus dan telah dididik dalam iman melalui katekese, dengan menerima sakramen-sakramen inisiasi Kristen Permandian, Krisma dan Ekaristi dibebaskan dari kekuasaan kejahatan melalui sakramen-sakramen inisiasi Kristen PUK, art. 65. Iman mencakup perubahan hidup, suatu pertobatan yakni perubahan budi dan hati yang mendalam, iman yang membuat seorang beriman menghayati pertobatan itu. Iman dan pertobatan muncul dari hati yakni muncul dari kedalaman pribadi manusia dan melibatkan seluruh keberadaannya melalui perjumpaan dengan Yesus Kristus dan kesetiaan kepada-Nya PUK, art.55. Telaumbanua 2005: 52 juga 23 mengatakan “pertobatan lebih pada usaha pembaharuan diri yang terus-menerus yang dilakukan dalam seluruh proses pembangunan iman secara pribadi. ” Katekese adalah pendidikan iman sepanjang hidup manusia yang artinya tidak akan terhenti pada aspek tertentu seperti pada pengenalan kebenaran yang diwahyukan atau pada pemahaman perbuatan-perbuatan moral saja, tugasnya meluas hingga pada pembentukan sikap iman sebagai jawaban pribadi dan total atas karya hidup yang semakin mendekatkan diri pada Kristus dan mengikuti-Nya Telaumbanua, 2005: 48. Yesus Kristus adalah hubungan yang hidup dan sempurna Allah dengan manusia dan manusia dengan Allah, dari Dia pedagogi iman menerima sebuah hukum yang fundamental bagi seluruh kehidupan Gereja dan oleh sebab itu hukum kesetiaan kepada Allah dan hukum kesetiaan kepada manusia dalam satu sikap saling mengasihi. Maka hukum yang benar adalah katekese yang menolong memahami karya Allah sepanjang perjalanan pembinaan PUK, art. 145. Visi dan kisah hidup Kristiani menjadi kerangka untuk menafsirkan pengalaman hidup konkret peserta, agar peserta menyadari makna pengalamannya dan dihantar untuk sampai pada pengakuan iman Katolik yang lebih personal dan otentik. Visi dan kisah hidup Kristiani digali dari sumber utamanya yaitu Kitab Suci dan harta kekayaan iman Gereja tradisi. Visi dan kisah hidup Kristiani menjadi kerangka penafsiran karena di dalamnya terkandung nilai-nilai pengalaman dasar Katolik yang bersifat kumulatif yang membantu peserta untuk memantapkan identitas kekatolikannya dan sekaligus memperteguh rasa memiliki sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari jemaat Katolik Heryatno Wono Wulung, 2008: 50. Oleh karena itu, setiap orang harus benar-benar memahami Tradisi Gereja sehingga sungguh-sungguh menghayati imannya sebagai orang Katolik. 24 b Pengalaman Hidup Pengalaman membangkitkan dalam diri manusia, minat, pertanyaan- pertanyaan, harapan-harapan, kecemasan-kecemasan, perenungan dan penilaian- penilaian semuanya bertemu untuk membentuk suatu hasrat untuk mengubah eksistensinya. Adalah tugas katekese membuat orang sadar akan pengalamannya yang paling dasar, membantu mereka menilai dalam terang injil pertanyaan dan kebutuhan yang muncul dari pengalaman itu, serta mendidik hingga sampai pada suatu cara hidup yang baru yang membuat setiap pribadi sanggup bertindak dengan aktif dan penuh tanggung jawab di hadapan karunia Allah PUK, art. 152. Pengalaman hidup peserta meliputi segala kegiatan hidup sehari-hari termasuk kegiatan rohani seperti hidup doa, perayaan iman dan devosi-devosi termasuk juga permasalah serta kesulitan, keprihatinan dan persoalan hidup yang menekan seperti kekuatiran, ketakutan dan kebingungan tetapi juga kegembiraan, kebahagian, cita-cita serta pengharapan. Dengan bertitik tolak dari pengalaman hidup peserta, kegiatan pendidikan iman menjadi relevan dan sungguh menanggapi kenyataan hidup dan kebutuhan peserta karena setiap peserta memiliki pengalamannya sendiri yang diyakini maknanya dan dipahami sebagai suatu bagian penting dari rangkaian perjalanan hidup Heryatno Wono Wulung, 2008: 50. 3 Medan Tugas Ilmu PAK Dahulu berkatekese seringkali diartikan mengajarkan katekismus, pengertian ini membatasi bidang penelitian ilmu kateketik semata-mata hanya pada hal-hal yang didaktis pengajaran padahal pendidikan Kristen dalam bentuk katekese tidak dimaksud hanya memberikan pengetahuan semata tetapi di dalamnya terkandung 25 unsur mendidik. Adapun medan tugas ilmu Katekik menurut Telaumbanua 2005: 16 yaitu:  Ilmu kateketik membahas seluruh permasalahan yang berhubungan dengan inisiasi Kristen artinya sebagai ilmu, kateketik memberi tuntutan untuk menyiapkan suatu katekese demi terciptanya orang Kristen sejati dan dewasa di masa mendatang anak-anak, kaum muda, remaja, orang dewasa dan golongan tua.  Ilmu kateketik menyusup ke semua tempat di mana pewartaan iman dan pendidikan Kristen dimungkinkan, karena itu tidak hanya disiapkan katekese parokial tetapi juga katekese keluarga, katekese untuk berbagai perkumpulan organisasi kelompok kategorial, katekese berbagai tingkat umur, dll.  Ilmu kateketik memberi bimbingan dan menunjuk cara yang efektif untuk pengajaran agama di sekolah-sekolah. Di banyak negara, termasuk Indonesia, sekolah-sekolah menjadi lahan utama yang sangat efektif untuk pendampingan dan pembinaan iman Kristen yang lebih mendalam.  Ilmu kateketik tidak hanya menangani masalah yang berhubungan dengan pengajaran dogmatis, biblis, moral dan liturgis demi pendewasaan umat beriman, tetapi juga termasuk juga tugas mendidik umat beriman dalam keseharian mereka seperti berdoa, menerima sakramen dll. Dengan kata lain, medan tugas ilmu kateketik adalah seluruh tempat dan kesempatan di mana dimungkinkan pemakluman, pengajaran, pendalaman, penghayatan, pendidikan dan perwujudan iman Kristiani yang dapat membantu memperkembangkan iman dan pengalaman hidup mereka. 26

2. Pengelolaan Waktu Belajar a. Pengertian waktu

Wicak 2008: V mengatakan “waktu adalah sesuatu yang tidak dapat kita pegang atau kita rasakan keberadaannya, sama seperti cinta dan kasih, tidak dapat diraba atau kita sentuh tetapi dapat kita rasakan akibatnya dalam kehidupan kita. ” Haynes 2010: 19 juga mengatakan bahwa “Jika kesempatan melebihi sumber daya, keputusan harus diambil hal ini terlihat jelas dalam penggunaan waktu karena waktu tidak bisa di produksi, kita harus memutuskan apa yang harus dilakukan dan tidak harus dilakukan. ” Jadi jelaslah, bahwa waktu adalah sesuatu yang tidak dapat dihentikan dan akan terus berjalan setiap saat tanpa henti. Menurut Taylor 1990: 9 “manajemen waktu manajemen kehidupan yaitu pencapaian dari sasaran-sasaran utama kehidupan sebagai hasil dari menyisihkan kegiatan-kegiatan tidak berarti yang sering kali justru banyak memakan waktu. ” Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan waktu yang ada untuk kegiatan-kegiatan yang penting dan bermanfaat untuk hidup kita.

b. Dasar Manajemen Waktu

Waktu merupakan sumber daya yang unik. Setiap hati, semua orang memiliki jumlah yang sama. Waktu tidak dapat diakumulasi. Kita dapat tidak dapat mematikan atau menyalakannya. Waktu tidak bisa digantikan. Waktu harus dihabiskan pada angka 60 detik setiap menit Haynes, 2010: 5. Waktu adalah suatu komoditas yang paling bernilai. Ia merupakan suatu jenis sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui. Demikian pula para ilmuan tidak akan mungkin dapat menciptakan penggantinya. Bila waktu kita hilang, musnah pulalah kita Taylor, 1990: 3. 27 Manajemen waktu seperti halnya manajemen sumber daya lain mengandalkan analisis dan perencanaan. Guna memahami dan menerapkan prinsip manajemen waktu, kita harus mengetahui bukan hanya cara menggunakan waktu tetapi juga masalah yang kita hadapi dalam menggunakannya secara efektif disertai penyebabnya. Dengan demikian, kita dapat mempelajari cara meningkatkan efektivitas dan efisiensi melalui investasi waktu yang lebih baik Haynes, 2010: 5.

c. Teknik Manajemen Waktu

Menurut Haynes 2010: 29 perencanaan merupakan proses yang kompleks. Beberapa orang terampil melakukannya, tetapi ada pula yang tidak mampu. Ada pula orang-orang yang terjebak aktivitas dan tenggat waktu hingga mereka mengatakan bahwa tidak ada waktu untuk menyusun rencana. Namun perencanaan merupakan kunci untuk menghilangkan tekanan akibat terlalu sedikitnya waktu. Perencanaan merupakan waktu untuk menstruktur waktu anda. Perencanaan biasanya bisa berupa jangka panjang dan jangka pendek. Perencanaan jangka panjang mendeskripsikan hal-hal yang ingin kita capai selama tiga bulan berikutnya, sekaligus proyek apapun yang durasinya melebihi satu minggu. Perencanaan jangka pendek mencakup hal-hal yang ingin kita capai hari ini atau minggu ini, yang mencakup langkah menuju sasaran jangka panjang Haynes, 2010: 29. Perencanaan dibuat berdasarkan waktu atau periode tertentu. Yang umum adalah mingguan dan harian. Namun sebenarnya, ada juga yang membuat perencanaan jangka panjang long term plan. Perencanaan jangka panjang memang sangat membantu. Misi hidup hanya bisa diwujudkan jika kita berkomitmen seumur 28 hidup kepadanya. Untuk menerjemahkan komitmen itu ke dalam rencana aksi yang bisa dijalankan, dibutuhkan rencana jangka panjang. Kalau sudah ada rencana jangka panjang, barulah dibuat rencana yang lebih pendek. Rencana jangka pendek harus berdasarkan rencana jangka panjang. Jadi buat dulu perencanaan jangka panjangnya dan analisa apa saja yang harus dilakukan dalam jangka yang lebih pendek agar rencana jangka panjang itu bisa diwujudkan. Dengan begitu, rencana jangka pendek adalah terjemahan sekaligus penunjang rencana jangka panjang anda Wicak, 2008: 37.

d. Cara mengendalikan waktu

Mengendalikan waktu memang bukan hal yang mudah untuk dilakukan, namun apabila kita terbiasa mengendalikan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat kita juga akan mendapatkan hal-hal yang bermanfaat untuk hidup kita. Berikut ini adalah cara mengendalikan penggunaan waktu menurut Haynes 2010: 25:  Membina tanggungjawab, prioritas, dan sasaran  Menyingkirkan aktifitas yang tidak penting dan tidak tepat  merencanakan dan menjadwalkan penggunaan waktu setiap hari dan setiap minggu  Mendelegasi sebanyak mungkin tugas  Sisakan waktu untuk kejadian yang tak terduga  Hilangkan atau kurangi sebanyak mungkin hambatan  Memaksimalkan penggunaan waktu puncak energi kita Oleh karena itu, kita harus mampu mengendalikan waktu kita untuk hal-hal yang memiliki prioritas yang tinggi seperti mengerjakan tugas-tugas kuliah. Jangan sampai waktu kita terbuang sia-sia untuk hal-hal yang sama tidak penting seperti yang terdapat di kuadran 1, kuadran 3 dan kuadran 4. Dimana kita hanya 29 memanfaatkan waktu hanya untuk hal yang menyenangkan saja, malas melakukan segala hal dan lebih senang mengikuti apa kata orang lain

e. Kuadran Manajemen Waktu

Kuadran Waktu ini terd iri dari dua unsur utama yaitu „penting‟ dan „mendesak‟. Penting menyangkut hal-hal yang paling penting dan utama yang mendukung tercapainya misi serta sasaran. Mendesak merupakan hal yang menekan, yang menuntut perhatian segera dikerjakan. Kita menhabiskan waktu kita dalam empat kuadran waktu yang berbeda Covey, 2001: 153 seperti nampak di bawah ini: Tabel 1. Kuadran Manajemen Waktu MENDESAK TIDAK MENDESAK PENT ING 1 Orang Yang Suka Menunda- Nunda  Ujian besok  Teman terluka  Terlambat masuk kerja  Proyek yang harus diselesaikan hari ini  Mobil mogok 2 Orang Yang Suka Menentukan Prioritas  Merencanakan, menetapkan sasaran  Pr yang harus selesai dalam minggu ini  Olahraga  Membina hubungan  Relaksasi 30 T IDA K P E NTI NG 3 Orang Yang “Yes-Man”  Telepon yang tidak penting  Interupsi  Masalah kecil orang lain  Tekanan sesama 4 Orang Pemalas  Terlalu banyak nonton tv  Ngobrol tiada habis-habisnya di telepon  Terlalu banyak main game komputer  Maraton dari mall ke mall  Buang-buang waktu 1 Kuadran 1 K1 Aktivitas yang termasuk dalam kuadran satu adalah semua aktivitas yang mendesak tetapi juga penting. Ada hal-hal dalam K1 yang tidak dapat kita kendalikan dan harus dilaksanakan, seperti menolong seseorang yang sakit. Tetapi ada banyak kegiatan K1 yang merepotkan karena menunda-nunda waktu seperti menunda-nunda mengerjakan tugas kuliah, kemudian harus bersusah payah mengerjakannya satu hari menjelang tugas akan dikumpulkan. K1 adalah bagian dari hidup, tetapi kalau kita terlalu banyak menghabiskan waktu di K1, percayalah kita akan stres dan jarang berprestasi sesuai dengan potensi kita. Orang yang suka menunda-nunda, yang suka berlama-lama di K1 mot tonya adalah “Aku akan berhenti menunda-nunda, nanti. ” Orang seperti K1 lebih suka menunda-nunda waktu hingga menjadi stress. Tetapi orang seperti K1 ini menyukai hal itu karena menurutnya mengerjakan segalanya pada menit-menit terakhir membuatnya bersemangat. Orang di K1 ini bisa sukses di bawah tekanan. Memiliki perencanaan sebelumnya adalah mustahil bagi orang yang suka menunda-nunda, karena hal itu menurutnya sama sekali tidak penting dan hanya membuang-buang waktu saja. Akibatnya apabila kita 31 lebih suka menghabiskan waktu di K1 adalah stres, cemas, kelelahan dan prestasi yang biasa-biasa saja Covey, 2001: 155- 156. 2 Kuadran 2 K2 Kuadran 2 merupakan hal-hal yang penting tetapi tidak mendesak, seperti persahabatan, olahraga, merencanakan dahulu dan mengerjakan tugas dengan tepat waktu. K2 merupakan kuadran terbaik dan ideal namun membutuhkan suatu komitmen untuk melaksanakannya. Orang yang berada di K2 ini adalah orang yang mengutamakan prioritas. K2 ini walaupun bukan kuadran yang sempurna, tetapi pada dasarnya memiliki kelebihan yaitu mawas diri. Orang di K2 ini selalu membuat rencana kegiatan lalu menyusun prioritas, memastikan segala hal yang utama terlaksana terlebih dahulu dan hal-hal yang kurang penting terlaksana terakhir. Misalnya, dengan mengerjakan tugas tepat waktu dan menulis skripsi lebih awal dapat membuat kita terhindar dari stres dan kelelahan karena tidak mengerjakannya sekaligus dalam waktu singkat tetapi terencana. Orang di K2 ini mempunyai kebiasaan yang sederhana tetapi biasanya mampu mengendalikan dirinya terhadap hal-hal yang dapat merugikan dirinya. Orang di K2 ini biasanya meluangkan waktu untuk olahraga dan memperbaharui diri, walaupun untuk itu ia harus mengorbankan hal-hal lain. Akibat hidup di K2 adalah hidup dapat terkendali dan keseimbangan prestasi tinggi Covey, 2001: 159- 161. 3 Kuadran 3 K3 Kuadran 3 merupakan hal-hal yang mendesak tetapi tidak penting, orang yang Yes-men terhadap apapun dan siapapun. Kuadran 3 ini memiliki ciri-ciri 32 berusaha menyenangkan semua orang dan menanggapi semua keinginan orang lain. K3 ini seringkali menipu karena hal-hal yang mendesak tampaknya penting tetapi sebenarnya tidak. Seperti, telepon berdering memang mendesak tetapi sering kali ternyata begitu tidak penting. K3 penuh dengan kegiatan-kegiatan yang penting bagi orang lain tetapi sama sekali tidak penting untuk dirinya, karena orang di K3 sulit mengatakan tidak karena takut menyingung perasaan orang lain. Orang di K3 ini biasanya berusaha menyenangkan semua orang namun, pada akhirnya malah tidak menyenangkan siapapun, termasuk dirinya sendiri. Orang di K3 ini sering kali takluk kepada tekanan orang lain karena ia suka menjadi populer dan tidak mau lain dari pada yang lain. Mott onya adalah, “Besok, aku akan bersikap lebih tegas kalau kamu tida k keberatan”. Kita semua memiliki sedikit K3 di dalam diri kita. Kita tidak akan mencapai banyak hal kalau kita mengatakan ya kepada segala hal dan tidak pernah belajar menfokuskan pada hal yang penting. K3 adalah salah satu kuadran terburuk karena tidak mempunyai komitmen dalam hidupnya, hanya mengikuti kemana arus mengalir. Kuadran ini berubah-ubah dan tidak memiliki pendirian. Akibat kebanyakan menghabiskan waktu di K3 adalah reputasi seb agai “tukang menyenangkan orang, kurang disiplin dan merasa seperti keset kaki bagi orang lain yang menginjak-injaknya karena tidak memiliki pendirian atas dirinya sendiri sehingga mudah terpengaruh oleh hal-hal yang sifatnya menyenangkan saja Covey, 2001: 157- 158. 4 Kuadran 4 K4 Kuadran 4 memiliki kategori kesia-siaan. Kegiatan-kegiatan ini tidak mendesak dan juga tidak penting. Orang yang berada di K4 ini dikenal dengan 33 sebutan si pemalas. Ia senang segala sesuatu yang berlebihan, seperti terlalu banyak menonton TV, terlalu banyak tidur, terlalu banyak main video game dan lain sebagainya. Dua hobi utamanya adalah berbicara tiga jam di telepon dan jalan-jalan ke mall setiap akhir pekan. Menonton TV mungkin memang kita butuhkan untuk rileks dan itu sah-sah saja tetapi jangan sampai berlebihan, jangan sampai mengubah malam yang rileks menjadi malam yang sia-sia. Akibat hidup dalam K4 adalah kurang bertanggung jawab, rasa bersalah dan tugas-tugas terbengkalai Covey, 2001: 158-159. Maka dari itu, kita harus mampu mengendalikan diri kita sendiri untuk tidak melakukan hal-hal yang menyenangkan saja. Pada kenyataannya kita semua menghabiskan waktu di setiap kuadran ini, kuncinya adalah menggeser sebanyak mungkin waktu kita ke K2. Dan satu-satunya cara menemukan lebih banyak waktu di K2 adalah dengan mengurangi waktu yang kita habiskan di kuadran 1,3 dan 4. Seperti, mengurangi sifat menunda-nunda, belajar untuk mengatakan tidak terhadap hal-hal yang tidak penting yang menarik kita dari hal-hal yang memang penting, mengurangi kegiatan-kegiatan bermalas-malasan di K4. Semakin sedikit waktu yang kita habiskan di K1, K3 dan K4 artinya semakin membantu kita untuk menghargai waktu dan kesuksesan akan semakin dekat dengan kita. Kita tidak mempunyai waktu untuk di buang-buang karena setiap waktu yang telah berlalu tidak bisa diulang kembali Covey, 2001: 161. Oleh karena itu, sangat perlu adanya pengelolaan waktu belajar yang baik agar setiap kegiatan baik itu penting maupun mendesak mendapat porsinya masing-masing, maka dari itu tanamlah kebiasaan untuk hidup teratur dan disiplin dalam diri kita serta kita lebih bisa menghargai waktu yang ada untuk hal-hal yang bermanfaat dan memiliki nilai yang positif bila dilakukan. 34

3. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan usaha Hamdani 2011: 137. Pengukuran prestasi merupakan kegiatan yang dilakukan berulang-ulang tergantung situasinya Sunarto dan Jajuk Herawati, 2002: 192. Prestasi kunci merupakan bagian dari organisasi atau unit organisasi yang harus berfungsi efektif apabila organisasi atau unit secara keseluruhan akan berjalan sukses. Untuk universitas prestasi kunci yang menyeluruh barangkali dapat dirumuskan sebagai kemampuan menarik mahasiswa yang berkualitas dan kemampuan mengembangkan jaringan alumni yang baik Sunarto dan Jajuk Herawati, 2002: 199. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik pemahaman berkaitan dengan prestasi belajar di Sekolah. Prestasi belajar di Sekolah merupakan hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai setiap seorang dalam hidupnya setelah mengikuti proses belajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian diukur dan dinilai. Prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki seseorang dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar Hamdani, 2011: 138. Dengan demikian prestasi belajar dapat dimengerti sebagai suatu hasil dari proses belajar yang dapat membantu setiap orang mencapai tujuan hidupnya yaitu kesuksesan yang membawa pada kebahagian yang diinginkan oleh setiap orang dalam hidupnya baik itu di keluarga, di sekolah, di kantor, di masyarakat dan di mana pun berada. 35

b. Prestasi Belajar Ilmu Pendidikan Agama Katolik

Prestasi belajar Ilmu Pendidikan Agama Katolik dilihat dari dua sisi yaitu berdasarkan objek formal dan material. Dilihat dari objek formalnya Katekese adalah bentuk khusus pewartaan sabda yang mematangkan pertobatan awal untuk menjadikan suatu pengakuan iman nyata, hidup dan berbuah PUK, art. 82. Pertobatan kepada Yesus Kristus, mengikuti jejak-Nya maka, katekese harus mampu meneruskan kepada setiap orang sehingga dapat mengalami perubahan batin yang mendalam dengan mengambil bagian dalam misteri paskah mereka beralih dari manusia lama menjadi manusia baru yang disempurnakan dalam Kristus PUK, art. 85. Sebagai komukasi iman kita harus mampu bersaksi tentang iman kita akan Yesus Kristus, pengantara Allah yang berbicara kepada kita dan pengantara kita menanggapi sabda Allah Lalu, 2005: 68. Oleh karena itu, kita diharapkan untuk mampu menguasai bagaimana cara mewartakan Kabar Gembira, mengkomunikasikan iman dan menjadi pendidik yang baik agar kita semakin beriman kepada Yesus Kristus sehingga mampu menghasilkan tindakan pertobatan yang menjadi tujuan utama Gereja. Objek material mengarah pada iman yang merupakan anugerah dari Allah, iman hanya bisa dilahirkan dalam hati manusia sebagai buah dari rahmat yang menggerakkan dan membantu serta suatu tanggapan bebas terhadap dorongan Roh Kudus yang menggerakan hati dan mengarahkan kepada Allah dan mempermudah kita untuk menerima dan percaya akan kebenaran PUK, art. 55. Pengalaman yang diterima dalam iman dalam suatu cara tertentu menjadi sebuah pedoman perwujudan keselamatan, di mana Allah tetap bersama dengan pendidikan Inkarnasi sampai pada manusia dengan Rahmat-Nya dan menyelamatkannya PUK, art. 152. Oleh karena 36 itu dengan adanya iman akan Yesus Kristus setiap orang diharapkan mampu menghasilkan pengalaman-pengalaman iman yang mampu membawa kesaksian kepada setiap orang yang dijumpainya sehingga dapat menjadi pengalaman iman yang memperkembangkan. Belajar Ilmu Pendidikan Agama Katolik ialah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan yang relatif konstan dan berbekas Dapiyanta, 2008: 57. Oleh karena itu, prestasi belajar Ilmu Pendidikan Agama Katolik harus mampu menguasai tradisi dan pengalaman hidup sehingga dapat membantu memperkembangkan iman dan pengalaman hidup setiap orang dan dapat berguna untuk Gereja dan masyarakat.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Hutabarat 1988: 18 menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar yaitu:  Faktor kecerdasan, yaitu kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan berpikir yang sifatnya rumit dan abstrak. Kecerdasan adalah suatu kemampuan yang dibawa dari lahir, pendidikan tidak dapat meningkatkannya tetapi hanya dapat mengembangkannya. Tingginya kecerdasan yang dimiliki seseorang bukanlah jaminan bahwa ia akan berhasil menyelesaikan pendidikan tingginya dengan baik karena keberhasilan dalam belajar tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan saja tetapi juga oleh faktor lain.  Faktor belajar, yaitu menyangkut semua segi kegiatan belajar seperti kurang dapat memusatkan perhatian pada pelajaran yang sedang berlangsung termasuk juga kurang menguasai cara-cara belajar yang efisien dan efektif. Banyak 37 mahasiswa yang rajin tetapi kerajinannya itu tidak diiringi oleh kemampuan dalam hal cara belajar yang baik sehingga tidak banyak hasil dicapainya dengan kerajinannya itu.  Faktor sikap, maksudnya sikap dapat menentukan apakah seseorang dapat belajar dengan lancar atau tidak, gigih atau tidak, tahan lama belajar atau tidak dan banyak lagi yang lain. Sikap yang positif terhadap pelajaran merangsang cepatnya berlangsung kegiatan belajar.  Faktor fisik, yaitu faktor yang ada kaitannya dengan kesehatan, kesegaran jasmani dan keadaan fisik seseorang. Badan yang tidak sehat membuat konsentrasi pikiran terganggu sehingga menghambat kegiatan belajar.  Faktor emosi dan sosial, faktor emosi seperti rasa tidak senang dan rasa suka dan faktor sosial seperti persaingan dan kerjasama sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar. Ada mahasiswa yang kurang berhasil dalam menguasai suatu mata kuliah karena kurang senang terhadap dosen yang memberikannya dan ada juga yang kurang berhasil dalam ujiannya karena pada waktu menghadapi ujian muncul perasaan takut dan cemas menyelubungi pikirannya.  Faktor lingkungan, yaitu keadaan atau suasana tempat seseorang belajar. Suasana dan keadaan tempat belajar ini turut menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan belajar. Kebisingan, bau busuk yang berasal dari got, nyamuk yang menganggu pada waktu belajar dan keadaan yang serba kacau di tempat belajar sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar.  Faktor pendidik, yaitu menyangkut kepribadian dosen, hubungan dosen dengan mahasiswa, kemampuan dosen mengajar dan perhatian dosen terhadap 38 kemampuan belajar mahasiswanya turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Dosen dapat menimbulkan semangat belajar yang tinggi dan dapat juga mengurangi keinginan belajar yang sungguh-sungguh. Mahasiswa yang tidak bisa mengatur sendiri waktu belajarnya akan menghadapi kesulitan dalam mengikuti dengan baik rencana kegiatan belajar yang disusunnya sendiri. Bagi mahasiswa yang melulu belajar, adanya rencana kegiatan belajar akan sangat membantu sehingga waktu-waktu yang relatif banyak itu bisa diisi dengan kegiatan-kegiatan belajar untuk memperoleh prestasi belajar yang baik Hutabarat, 1988: 4.

B. Penelitian yang Relevan

Berikut adalah hasil penelitian yang relevan yang ditemukan dalam Jurnal Ilmu Pendidikan , Februari 2001, Jilid 8, Nomor 1. Penelitian ini dilakukan oleh H. M. Farid Nasution yang merupakan dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara dan FKIP Universitas Islam Sumatera Utara UISU, Medan. Masalah yang dibahas adalah tentang Hubungan Metode Mengajar Dosen, Keterampilan Belajar, Sarana Belajar dan Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. Penelitian ini menggunakan rancangan ex post facto dengan melibatkan seluruh mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara sebanyak 1180 orang. Besar sampel sebanyak 28 yaitu 329. Hasil temuan dalam Penelitian ini menunjukkan bahwa metode mengajar Dosen merupakan variabel yang memberikan sumbangan terbesar jika dibandingkan dengan variabel lainnya, yaitu sebesar 10,748, sedangkan sumbangan variabel keterampilan belajar, sarana belajar dan lingkungan belajar hanya memberikan 39 sumbangan masing-masing sebesar 3,274, 2,262 dan 3,345. Sumbangan yang diberikan secara bersama-sama variabel bebas tersebut adalah 19,6. Dengan demikian, keempat variabel bebas tersebut memberikan sumbangan yang nyata bagi keberhasilan belajar mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara, sedangkan 80,4 lagi merupakan sumbangan dari variabel lain yang tidak menjadi variabel dalam penelitian ini seperti intelegensi, minat, bakat dan motivasi.

C. Kerangka Pikir

Belajar Ilmu Pendidikan Agama Katolik merupakan studi tentang Kateketik sebagai ilmu yang terdiri dari dua objek penting yaitu objek formal dan objek material. Objek formal erat kaitannya dengan komunikasi iman, pewartaan dan pendidikan iman, sedangkan objek material erat kaitannya dengan iman dan pengalaman hidup. Hasil belajar dipengaruhi berbagai aspek salah satunya adalah pengelolaan waktu belajar. Dalam belajar Ilmu Kateketik mahasiswa IPPAK perlu memiliki pengelolaan waktu yang baik agar dapat mengunakan waktu sesuai porsinya sehingga tidak terbuang sia-sia untuk hal yang tidak penting dan dapat membantu dalam mewujudkan cita-cita yang menjadi tujuan dalam hidupnya. Pengelolaan waktu adalah pengaturan waktu yang telah dibuat oleh setiap orang dalam hidupnya sehingga setiap orang dapat memanfaatkan waktu yang ada dengan baik sesuai dengan tujuan dan prioritas. Pengelolaan waktu dapat dilakukan dengan mengetahui dasar manajemen waktu, teknik-teknik manajemen waktu, cara mengendalikan waktu dan kuadran manajemen waktu sehingga setiap orang dapat 40 menggunakan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kebutuhan dan prioritas yang ada. Apabila setiap orang bisa menggunakan waktu dengan baik maka apa yang menjadi tujuan dalam hidupnya dapat tercapai dengan baik salah satunya adalah prestasi belajar. Prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap orang pada periode tertentu. Semakin orang dapat menggunakan waktu dengan baik, maka prestasi belajar setiap orang semakin meningkat.

D. Hipotesis

Dari kajian pustaka di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian yang akan diuji pada taraf signifikansinya 5, yaitu: Ha : Pengelolaan Waktu berpengaruh terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2009-2012. Ho : Pengelolaan Waktu tidak berpengaruh terhadap Prestasi belajar Mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2009- 2012. 41

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jika dilihat dari segi pendekatan dan data yang diperoleh, maka penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif yang berbentuk regresi. Di dalam ilmu Statistik, untuk mengetahui pola dan nilai perubahan suatu variabel yang di sebabkan oleh variabel lain dapat dianalisa dengan prediksi yang lazim disebut regresi. Penelitian kuantitatif lebih berdasarkan data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh Hikmat, 2011: 41. Penelitian ini untuk melihat pengaruh antara Variabel X Pengelolaan Waktu Belajar terhadap Variabel Y Prestasi Belajar mahasiswa Prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma.

B. Desain Penelitian

Adapun desain yang penelitian ini mengunakan prinsip expost facto yaitu apabila penelitian bertujuan mengekspos kejadian-kejadian yang sedang berlangsung Bungin, 2005: 58. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengelolaan waktu belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa IPPAK. Peneliti mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek melalui data atau sampel populasi berupa data kuantitatif yang diangkakan. Dalam peneliti an ini, dikemukakan, variabel “X” 42 secara spesifik diidentifikasi sebagai variabel bebas, karena mempengaruhi variabel terikat. Sementa ra itu variabel “Y” adalah variabel terikat karena mendapat pengaruh dari variabel bebas. Gambar ini terbentuk dari dua variabel, yaitu: X = Pengelolaan Waktu Belajar Y = Prestasi Belajar Mahasiswa IPPAK

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi IPPAK-USD yang berada di Jl. Ahmad Jazuli No. 2 Kota Baru, Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada Agustus 2013.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Bungin 2011: 109 mengatakan “Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh- tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian. ” Populasi penelitian ini adalah Mahasiswa IPPAK yang terdiri dari angkatan 2009, 2010, 2011 dan 2012. Variabel Y Prestasi Belajar Mahasiswa IPPAK Varabel X Pengelolaan Waktu Belajar 43 Jumlah keseluruhan mahasiswa IPPAK dari semester III-IX adalah 262 mahasiswa. Penggunaan teknik sampling yang tepat harus betul-betul diperhatikan kalau mau mendapatkan sampel yang representatif mewakili. Salah penggunaan teknik sampling berarti salah pula dalam memperoleh sampel. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonprobability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Jenis Nonprobability Sampling yang digunakan yaitu Sampling Purposive yang merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu Sugiyono, 2010: 122-124. Sampel adalah bagian dari populasi. Pada umumnya kita tidak bisa mengadakan penelitian kepada seluruh anggota dari populasi karena terlalu banyak. Apa yang bisa kita lakukan adalah mengambil beberapa representatif dari suatu populasi kemudian diteliti, representatif dari populasi ini yang dimaksud den gan sampel Kountur, 2003: 137. Soeharto juga mengatakan “Sampel adalah objek dari populasi yang diambil melalui teknik sampling yakni cara-cara mereduksi objek penelitian dengan mengambil sebagian saja yang dapat dianggap representatif terhadap populasi Hikmat, 2011: 61. ” Sampel diambil dari mahasiswa Prodi IPPAK yang memiliki jadwal dan diperoleh 60 sampel.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui penyebaran skala dan studi dokumen. Skala merupakan alat

Dokumen yang terkait

Analisis penggunaan konjungtor pada latar belakang skripsi mahasiswa program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma angkatan 2010 lulusan tahun 2015.

0 0 2

Pengaruh Ekaristi terhadap perkembangan hidup rohani mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan KeKhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma sebagai calon katekis.

2 20 241

Peranan doa meditasi bagi peningkatan penghayatan hidup rohani para mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 5 168

Efektivitas penerapan kegiatan presentasi mata kuliah terhadap perkembangan kepercayaan diri mahasiswa di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.

0 1 2

Hubungan antara motivasi belajar, disiplin belajar dan lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2009 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 1 145

Analisis penggunaan konjungtor pada latar belakang skripsi mahasiswa program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma angkatan 2010 lulusan tahun 2015

0 27 277

MANAJEMEN WAKTU MAHASISWA TERHADAP KURIK

0 1 17

Pengaruh penghayatan sakramen tobat terhadap penghayatan tugas pewartaan mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 0 138

Peranan teater rakyat dalam memperkembangkan kesadaran sosial mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 0 131

Upaya pengembangan pendampingan spiritualitas mahasiswa-mahasiswi calon katekis di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 1 230