Analisis penggunaan konjungtor pada latar belakang skripsi mahasiswa program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma angkatan 2010 lulusan tahun 2015

(1)

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGTOR PADA LATAR BELAKANG SKRIPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA ANGKATAN 2010 LULUSAN TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh: Insep Pitomo NIM. 121224007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

i

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGTOR PADA LATAR BELAKANG SKRIPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA ANGKATAN 2010 LULUSAN TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh: Insep Pitomo

121224007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Saya persembahkan skripsi ini untuk:

1. Tri Tunggal Maha Kudus yang senantiasa memberi berkat-Nya. 2. Yesus Kristus Guru Sejati.

3. Kepada kedua orang tua tercinta Sunyoto dan Darwati yang tak pernah lelah berjuang memberi dorongan moral ataupun finansial sampai saat ini dengan penuh cinta kasih.

4. Pakde, Paman, budhe dan saudara-saudara saya lainnya yang telah memberi semangat dan nasihat serta doa


(6)

v MOTO

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu."

(1 Petrus 5:7)

Science without religion is lame. Religion without science is blind.

(Albert Einstein)

Dalam kehidupan ini kita tidak dapat selalu melakukan hal yang besar... Tetapi kita dapat melakukan banyak hal kecil dengan cinta yang besar”

(Mother Teresa)

Barangsiapa ingin mutiara, harus berani terjun di lautan yang dalam.


(7)

(8)

(9)

viii ABSTRAK

Pitomo, Insep. 2017. Analisis Penggunaan Konjungtor pada Latar Belakang Skripsi Mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Angkatan 2010 Lulusan Tahun 2015. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini membahas penggunaan konjungtor dan kesalahan penggunaan konjungtor pada latar belakang skripsi. Peneliti memilih latar belakang skripsi karena latar belakang skripsi merupakan bahasa asli hasil pemikiran dari penulis skripsi sehingga akan tampak kemampuan asli dalam menggunakan konjungtor. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan penggunaan konjungtor dan kesalahan penggunaan konjungtor pada skripsi mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Angkatan 2010 Lulusan Tahun 2015.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Sumber data penelitian lima belas latar belakang skripsi. Data penelitian ini berupa kalimat yang mengandung konjungtor. Tahap analisis data mencakup identifikasi, klasifikasi, interpretasi, dan verifikasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lima belas latar belakang skripsi menggunakan 35 jenis konjungtor (konjungsi) dan keseluruhan penggunaan konjungtor ada 404 kali. Data penggunaan konjungtor dapat dikelompokkan menjadi konjungtor koordinatif (150), konjungtor korelatif (7), konjungtor subordinatif (219), dan konjungtor antarkalimat (28). Lima belas latar belakang skripsi mengandung 36 kesalahan penggunaan konjungtor. Jenis kesalahan dalam penelitian ini dapat dikategorikan berdasarkan taksonomi siasat permukaan, yaitu kesalahan penghilangan (5), kesalahan penambahan (4), kesalahan salah formasi (3), dan kesalahan salah susun sebanyak (24). Lima belas latar belakang skripsi sebagian besar menggunakan kalimat majemuk. Mahasiswa Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) menggunakan kalimat majemuk untuk menuangkan ide atau gagasan yang panjang dalam satu kalimat. Kesalahan penggunaan konjungtor masih ditemukan di dalam latar belakang skripsi. Oleh karena itu, karya ilmiah termasuk skripsi, harus mematuhi kaidah penggunaan konjungtor dan tidak boleh ada kesalahan dalam penggunaan konjungtor.


(10)

ix

ABSTRACT

Pitomo, Insep. 2017. The Using of Conjunction Analysis in Thesis Background Student of Sanata Dharma University’s Chatolic Religion Education Study Program 2010th F orce 2015 Years Graduated. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language Literature Education, Teacher training and Education Faculty, Sanata Dharma University.

This research discusses the use of conjunction and the errors found in the background of several theses. The researcher chose the thesis background because it uses original language style of the researchers’ thoughts that shows their ability in using conjuction. The aim of this research is to describe the use of conjuction and the errors found in several theses written by students of Catholic Religion Education Study Program from batch 2010 and graduated in 2015.

This research belongs to qualitative descriptive research. The instrument was the researcher himself. The sources of this research were fifteen theses backgrounds. The data were sentences which used conjuction. The research procedure consisted of identification, clarification, interpretation, and verification.

The result of this research showed that those fifteen thesis backgrounds used 35 kinds of conjunction from 404 times of its use. They were classified into coordinative conjunction (150), correlative conjunction (7), subordinative conjunction (219), and conjunction among sentences (28). Besides, those fifteen thesis backgrounds had 36 errors in using conjunction. The kinds of errors were categorized based on taksonomi siasat permukaan (surface strategy taxonomi), they were omission errors (5), addition errors (4), formation errors (30, and errors in arragement (24). Most of thesis backgrounds used plural sentences. The students of Catholic Religion Education Study Program (IPPAK) used plural sentences to show the ideas in the form of a long sentences. The errors were still found in the thesis backgrounds. Therefore, scientific work including thesis, should obey the rules in using conjunction and the errors are not allowed.


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar. Skripsi yang berjudul ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGTOR PADA LATAR BELAKANG SKRIPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA ANGKATAN 2010 LULUSAN TAHUN 2015 ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak di bawah ini.

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.

3. Dr. Y, Karmin, M.Pd., dosen pembimbing I yang telah membimbing dengan sabar, memotivasi, dan memberi berbagai masukan bagi peneliti mulai dari awal hingga skripsi ini selesai dengan baik.

4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd., dosen pembimbing II yang telah membimbing dengan sabar, memotivasi, dan memberi berbagai masukan bagi peneliti mulai dari awal hingga skripsi ini selesai dengan baik.

5. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., sebagai triangulator dalam penelitian ini.

6. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah mendidik, membimbing, mendukungan, dan membantu serta nasihat yang sangat bermanfaat bagi penulis dari awal kuliah sampai selesai.

7. Bapak Robertus Marsidiq sebagai karyawan sekretariat PBSI yang selalu memberikan pelayanan dan membantu kelancaran peneliti dalam menyelesaikan kuliah di PBSI sampai penyusunan skripsi ini.


(12)

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTO ... v

LEMBAR PERSYARATAN PERSETUJUANPUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR BAGAN... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Definisi Istilah ... 6

1.6 Sistematika Penyajian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Penelitian yang Relevan ... 9

2.2 Kajian Teori ... 11

2.2.1 Konjungtor ... 11


(14)

xiii

2.2.1.2 Konjungtor dan Preposisi ... 13

2.2.1.3 Jenis-Jenis Konjungtor ... 14

2.2.1.4 Tugas Konjungsi ... 31

2.2.2 Hubungan Koordinasi dan Subordinasi ... 32

2.2.2.1 Hubungan Koordinasi ... 32

2.2.2.2 Hubungan Subordinasi ... 34

2.2.3 Hubungan Atributif ... 39

2.2.3.1 Hubungan Atributif Restriktif ... 39

2.2.3.2 Hubungan Atributif Takrestriktif ... 41

2.2.4 Kesalahan Berbahasa ... 42

2.2.4.1 Kesalahan dan Kekeliruan ... 42

2.2.4.2 Kesalahan Penggunaan Konjungtor ... 44

2.2.5 Taksonomi Siasat Permukaan ... 46

2.2.6 Kerangka Berpikir ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 51

3.1 Jenis Penelitian ... 51

3.2.Sumber Data dan Data Penelitian ... 52

3.3 Instrumen Penelitian ... 52

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 53

3.5 Teknik Analisis Data ... 54

3.6 Triangulasi ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

4.1 Deskripsi Data ... 58

4.2 Hasil Analisis Data dan Pembahasan ... 59

4.2.1 Konjungtor yang Digunakan pada Latar Belakang Skripsi ... 59

4.2.1.1 Konjungtor Koordinatif... 59

4.2.1.2 Konjungtor Korelatif ... 65

4.2.1.3 Konjungtor Subordinatif ... 67


(15)

xiv

4.2.2 Kesalahan Penggunaan Konjungtor pada Latar Belakang Skripsi... 91

4.2.2.1 Penghilangan ... 91

4.2.2.2 Penambahan ... 95

4.2.2.3 Salah Formasi ... 100

4.2.2.4 Salah Susun ... 102

BAB IV PENUTUP ... 126

5.1 Simpulan ... 126

5.2 Implikasi... 127

5.3 Saran... 128

5.3.1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik ... 128

5.3.2 Dosen atau Guru... 129

5.3.2 Peneliti Lain ... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 130

SUMBER DATA PENELITIAN ... 133

LAMPIRAN ... 135


(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Kesalahan dan Kekeliruan ... 44 Tabel 4.1 Frekuensi Penggunaan Konjungtor ... 89


(17)

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Preposisi dan Konjungtor ... 14

Bagan 2.2 Hubungan Antarkalusa Secara Koordinasi ... 33

Bagan 2.3 Pembentukan Kalimat Majemuk Setara ... 34

Bagan 2.4 Hubungan Antarkalusa secara Subordinasi ... 35


(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Surat Permohonan Triangulasi Data ... 135 Lampiran Triangulasi Data ... 136


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Bahasa adalah suatu sistem lambang yang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Chaer, 2011: 1). Bahasa sebagai alat komunikasi meliputi bahasa tulis dan lisan. Bahasa tulis menuntut kelengkapan unsur tata bahasa, ketepatan pilihan kata, ketepatan penerapan kaidah ejaan, serta pungtuasi untuk membantu kejelasan pengungkapan diri ke dalam bentuk ragam bahasa tulis.

Sugono (2009: 17-20) mengatakan bahwa bahasa tulis harus memenuhi kriteria, yaitu jelas (bertalian dengan makna yang terkait dengan unsur-unsur gramatikal, seperti subjek, predikat, atau objek/keterangan), tegas (bertalian dengan interpretasi, tidak rancu), tepat (bertalian dengan kata/istilah), dan lugas (tidak bermajas dan tidak berpanjang-panjang). Bahasa tulis berurusan dengan tata cara penulisan, sedangkan bahasa lisan berurusan dengan lafal.

Penulisan karya ilmiah (secara tertulis) harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik. Bahasa ilmiah harus sesuai dengan ejaan, diksi, struktur kalimat, dan sebagainya. Skripsi merupakan salah satu karya ilmiah tertulis. Pemakaian konjungtor pada wacana tulis termasuk skripsi banyak dan mudah ditemui. Peneliti memilih latar belakang skripsi karena latar belakang skripsi merupakan bahasa asli hasil pemikiran penulis skripsi sehingga akan tampak


(20)

kemampuan asli dalam menggunakan konjungtor. Latar belakang harus memaparkan alasan mengapa menulis suatu judul, memaparkan kesenjangan/ masalah, dan gambaran kegunaan dari hasil penelitian. Oleh sebab itu, seseorang harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah, khususnya bahasa Indonesia kaidah penulisan konjungtor.

Pemakaian konjungtor yang tepat pada latar belakang skripsi dapat membantu pembaca untuk memahami intisari latar belakang. Akan tetapi, jika latar belakang skripsi menggunakan konjungtor yang kurang tepat, berdampak buruk pada pemahaman pembaca. Contoh dampak penggunaan konjungtor yang salah sebagai berikut.

Meskipun Bunda Maria hanya manusia biasa yang diberi rahmat dan

diangkat oleh Allah untuk menjadi bunda Allah dan Bunda bagi keluarga Katolik. (PAK-15-Wuriusadani-Ha06)

Bentuk tersebut benar disebut kalimat, tetapi salah jika disebut klausa. Kalimat di atas belum selesai sebab tidak mempunyai induk kalimat. Kalimat tersebut membuat pembaca bingung, sebenarnya inti klausa itu atau induk klausa tersebut di mana. Sebagai sebuah sistem, bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah, atau pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat. Bila aturan, kaidah, atau pola ini dilanggar, komunikasi dapat terganggu (Chaer, 2011: 1). Sebenarnya kalimat di atas harus digabungkan dengan kalimat sebelumnya.

Meskipun Bunda Maria hanya manusia biasa yang diberi rahmat dan diangkat oleh Allah untuk menjadi bunda Allah dan Bunda bagi keluarga Katolik, menghormati Bunda Maria bukan berarti mengabaikan Tuhan, melainkan mencari cara lain untuk menemukan Tuhan


(21)

Penulisan karya ilmiah harus memperhatikan tata bahasa, dalam hal ini adalah konjungtor. Penghilangan konjungtor bisa mengakibatkan makna dalam kalimat menjadi kurang jelas. Selain itu, penghilangan konjungtor bisa mengakibatkan pembaca kesulitan dalam memahami suatu kalimat.

Dalam pengamatan sementara, peneliti menemukan bahwa beberapa latar belakang skripsi dari Program Studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma mengandung kesalahan penggunaan konjungtor yang setara yang menyatakan ‘perlawanan’ atau ‘petentangan’ yang ditandai dengan kata tetapi, akan tetapi, baik ... maupun, namun, padahal, selanjutnya, dan sedangkan. Selain itu, peneliti juga menemukan penggunaan konjungtor yang benar, yaitu konjungtor dengan, selain itu, sehingga, dan karena. Oleh karena itu, peneliti akan menganalisis lebih jauh berkaitan dengan penggunaan dan kesalahan dalam pengunaan konjungtor.

Penelitian ini akan membahas dua hal, yaitu analisis penggunaan konjungtor dan analisis kesalahan konjungtor dalam latar belakang skripsi mahasiwa IPPAK. Alasan peneliti memilih angkatan 2010 karena jumlah skripsi pada angkatan 2010 tersebut lebih banyak daripada jumlah skripsi angkatan lainnya. Oleh karena itu, peneliti memandang bahwa skripsi IPPAK lulusan tahun 2015 angkatan 2010 memberikan data yang cukup untuk penelitian ini. Selain itu, analisis konjungtor pada skripsi memang pernah dilakukan. Namun, pemilihan latar belakang skripsi berdasarkan angkatan yang sama belum ada sejauh pengamatan peneliti.

Peneliti memilih skripsi mahasiswa IPPAK karena peneliti telah melihat bahwa profil lulusan IPPAK yang terkandung di dalam penjabaran misi IPPAK,


(22)

yaitu mahasiswa IPPAK harus bisa membuat buku pegangan pengajaran Pendidikan Agama Katolik dan menerbitkan karangan-karangan kateketis (misi IPPAK dari website usd.ac.id).

Dua misi di atas menggambarkan bahwa mahasiswa IPPAK harus memiliki kompetensi menulis sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Untuk menerbitkan buku dan menulis karangan-karangan, tentunya bahasa yang digunakan harus sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, khususnya penggunaan konjungtor. Oleh karena itu, peneliti akan menganalisis penggunaan konjungtor pada latar belakang skripsi mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Angkatan 2010 Lulusan Tahun 2015. 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut.

1. Konjungtor apa saja yang digunakan pada latar belakang skripsi mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Angkatan 2010 Lulusan Tahun 2015?

2. Kesalahan apa saja yang terdapat dalam penggunaan konjungtor pada latar belakang skripsi mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Angkatan 2010 Lulusan Tahun 2015?


(23)

1.3 Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, peneliti merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan penggunaan konjungtor latar belakang skripsi mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Angkatan 2010 Lulusan Tahun 2015.

2. Mengidentifikasi kesalahan yang terdapat dalam penggunaan konjungtor pada latar belakang skripsi mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Angkatan 2010 Lulusan Tahun 2015.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para pembaca, baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat yang diharapkan sebagai berikut.

1. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan memperluas kajian mengenai pemakaian konjungsi, terutama pada penulisan karya-karya ilmiah.

2. Bagi Dosen Pembimbing Skripsi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan referensi untuk pengajaran konjungtor.


(24)

3. Bagi Peneliti lain

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi informasi bagi peneliti-peneliti selanjutnya berkaitan dengan masalah pemakaian konjungtor (konjungsi).

1.5Definisi Istilah

Berikut ini dipaparkan batasan istilah untuk menyamakan berbagai konsep yang digunakan.

1. Kesalahan

Kesalahan adalah penyimpangan yang disebabkan oleh faktor kompe- tensi (Tarigan, 2011: 68).

2. Kesalahan Berbahasa

Kesalahan berbahasa adalah bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari beberapa norma baku performansi bahasa orang dewasa. (Tarigan, 2011: 123).

3. Analisis Kesalahan Berbahasa

Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh peneliti dan para guru bahasa, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar, pengenalan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam sampel tersebut, deskripsi kesalahan-kesalahan itu, klasifikasi berdasarkan sebab-sebabnya yang telah dihipotesiskan, serta evaluasi keseriusannya (Tarigan, 2011: 123-124).


(25)

4. Konjungtor

Konjungtor adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat. (Alwi, dkk. 2010:301).

5. Konjungtor Koordinatif

Konjungtor koordinatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua unsur kebahasaan atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama (Alwi, dkk. 2010:303).

6. Konjungtor Korelatif

Konjungtor korelatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua kata, dua frasa, atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama (Alwi, dkk. 2010:304).

7. Konjungtor Subordinatif

Konjungtor Subordinatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua klausa atau lebih, dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama. (Alwi, dkk. 2010:305).

8. Konjungtor Antarkalimat

Konjungtor antarkalimat adalah konjungtor yang menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain (Alwi, dkk. 2010:305).


(26)

1.6 Sistematika Penyajian

Laporan penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi landasan teori. Bab ini memaparkan penelitian yang relevan, kajian teori, dan kerangka berpikir. Bab III berisi tentang metodologi penelitian. Metodologi penelitian menguraikan jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan triangulasi data. Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan. BabV berisi penutup. Bab ini menguraikan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang diberikan peneliti berdasarkan hasil penelitian yang kiranya bermanfaat bagi pihak lain yang terkait denganmpenelitianminimdimmasammendatang.


(27)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab landasan teori ini dibahas penelitian yang relevan dan kajian teori. Penelitian yang relevan menguraikan secara singkat dua penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Pada landasan teori akan diuraikan beberapa teori yang digunakan dalam penelitian ini.

2.1 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Anggitasari (2013) dengan skripinya yang berjudul Pemakaian Konjungsi pada Kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja Bulan Agustus Tahun 2012. Penelitian yang dilakukan oleh Anggitasari menemukan sepuluh konjungsi yang sering digunakan dalam tajuk Harian Jogja. Konjungsi yang ada 36,2%, dan

ada 18,31%, hanya ada 3,82%, adalah ada 3,42%, hingga/sehingga ada 2,92%,

bahkan ada 2,51%, dan karena ada 2,31%. Selain itu, peneliti juga menemukan 36 kesalahan penggunaan konjungsi. Kesalahan itu adalah 11 kesalahan penggunaan konjungsi tapi/tetapi, 6 kesalahan penggunaan konjungsi dan, 5 kesalahan penggunaan kongjungsi jika/jikalau, 5 kesalahan pada penggunaan kongjungsi

yang, 4 kesalahan pada pemakaian konjungsi sedangkan, 3 kesalahan pada pemakaian konjungsi namun, dan 2 kesalahan penggunaan konjungsi bahkan.

Penelitian relevan yang lain dilakukan oleh Yanuarti (2012) bertujuan mendeskripsikan kesalahan penggunaan preposisi dan konjungsi pada karangan narasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Mojotengah Wonosobo tahun pelajaran


(28)

2011/2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 38 karangan terbagi menjadi 827 kalimat yang belum disusun secara teratur dan efektif. Kesalahan penggunaan preposisi dan konjungsi pada karangan siswa kelas X SMA 1 Mojotengah Wonosobo meliputi kesalahan preposisi di- dan ke- yang sering salah penulisan dengan afiksasi di- dan ke-, dan kesalahan memilih preposisi dalam membentuk kalimat. Selain itu, terjadi kesalahan penggunaan konjungsi yaitu penggunaan konjungsi yang berlebihan sehingga menyebabkan ketidakefisien, penggunaan konjungsi di awal kalimat, sedangkan penyebab terjadinya kesalahan kalimat adalah ketidaktelitian siswa tentang kaidah penulisan kata, kaidah pemakaian tanda baca, dan faktor kosakata siswa yang belum cukup banyak.

Kedua penelitian di atas relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Penelitian tentang konjungtor masih layak dilakukan karena kesalahan penggunaan konjungsi masih terus terjadi dan harus dikaji terus-menerus. Kesalahan penggunaan konjungtor pada skripsi mahasiswa masih banyak dijumpai, padahal skripsi merupakan karya ilmiah.

Peneliti akan meneliti penggunaan konjungtor dan kesalahan penggunaan konjungtor pada kripsi khususnya pada latar belakang skripsi. Penelitian ini tidak hanya menggambarkan kesalahan, tetapi juga memberikan pembenaran. Selain itu, penelitian ini memiliki kelebihan, pertama penelitian ini tidak hanya mendeskripsikan penggunaan konjungtor dan memperlihatkan frekuensi penggunaannya, tetapi juga menjelaskan frekuensi penggunaan konjungtor yang paling banyak muncul.


(29)

Kelebihan yang kedua, penelitian ini akan membahas penggunaan konjungtor pada 15 latar belakang skripsi Pendidikan Agama Katolik lulusan tahun 2015 angkatan 2010. Peneliti memilih latar belakang skripsi sebagai sumber data supaya berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya.

2.2 Kajian teori

Pada bagian kajian teori diuraikan kerangka teori yang akan digunakan sebagai pedoman dalam menjawah permasalahan dalam penelitian ini. Hal tersebut meliputi konjungtor, pengertian konjungtor, konjungtor dan preposisi, jenis-jenis konjungtor, tugas konjungsi, hubungan koordinasi dan subordinasi, hubungan atributif, kesalahan berbahasa, kesalahan dan kekeliruan, kesalahan penggunaan konjungtor, dan taksonomi siasat permukaan serta kerangka berpikir. 2.2.1 Konjungtor

Konjungtor berperan penting dalam membantu pembaca memahami kalimat dalam suatu wacana. Berkaitan dengan itu, pengertian konjungtor dibahas oleh banyak sumber.

2.2.1.1 Pengertian Konjungtor

Konjungtor merupakan kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa (Alwi, dkk. 2010:301). Alwi, dkk. menyebut konjungsi dengan istilah konjungtor. Ramlan (2008: 39) menyebut istilah konjungsi atau konjungtor dengan kata penghubung, yaitu kata yang berfungsi menghubungkan kata/frasa/klausa dengan kata/frasa/klausa lain. Konjungsi atau konjungtor sesungguhnya termasuk kata tugas dalam bahasa Indonesia yang menghubungkan


(30)

dua satuan kebahasaan yang memang sejajar atau sederajat (Rahardi, 2009: 14). Selain itu, Chaer (2011: 140) mengatakan bahwa konjungsi merupakan kata yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa konjungtor adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat, kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, dan kalimat dengan kalimat. Penelitian ini mengikuti pendapat yang diungkapkan oleh Alwi, dkk. seperti pada definisi istilah. Penelitian ini menggunakan istilah konjungtor untuk menyebut konjungsi seperti pendapat Alwi.

Di dalam suatu kata, frasa, klausa, dan kalimat bisa terhubung jika ada suatu hal yang menjadi penanda hubung atau konjungsi. Di bawah ini diberikan contoh hubungan tersebut.

a. Hijau atau merah yang akan kamu suka? b. Anita yang cantik dan Jono yang ganteng. c. Bimo menendang bola agar Bimo mencetak gol.

d. Yogyakarta bisa menjadi alternatif liburan. Oleh karena itu, saya sering berlibur ke Yogyakarta.

Kalimat di atas memberikan gambaran adanya konjungtor yang menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, dan kalimat dengan kalimat. Kata pengubung atau pada kalimat a menghubungkan kata hijau dengan kata merah. Konjungtor dan pada kalimat b menghubungkan frasa Anita yang cantik dengan frasa Adven yang ganteng. Konjungtor agar pada kalimat c menghubungkan klausa Bimo menenang bola dengan klausa Bimo mencetak gol. Kata penghubung oleh karena itu pada kalimat (4)


(31)

menghubungkan kalimat Yogyakarta bisa menjadi alternatif liburan dengan kalimat saya sering berlibur ke Yogyakarta.

2.2.1.2 Konjungtor dan Preposisi

Konjungtor sering sulit dibedakan dengan preposisi atau kata depan. Jika dilihat secara sekilas, konjungsi dan preposisi sering sulit untuk dibedakan. Preposisi selalu diikuti oleh kata/frasa, sedangkan konjungtor diikuti oleh klausa, khususnya kata penghubung (konjungsi atau konjungtor yang tidak setara (Ramlan, 2008: 63). Alwi, dkk (2010:302) mengatakan bahwa ada bentuk yang hanya berfungsi sebagai preposisi, ada bentuk yang hanya berfungsi sebagai konjungtor, dan ada juga bentuk yang dapat berfungsi baik sebagai preposisi maupun sebagai konjungtor.

Perhatikan contoh berikut ini.

a. Dia tidak kuliah karena masalah keuangan. b. Aminah suah tinggal di sini sejak bulan Agustus. c. Kami boleh menemui dia setelah pukul 14.00 d. Dia tidak kuliah karena uangnya habis.

e. Aminah sudah tinggal di sini sejak dia berumur dua puluh tahun. f. Kami boleh menemui dia setelah dia salat Jumat.

Jika diperhatikan, karena, sejak, dan setelah pada kalimat a, b, dan c berperan sebagai preposisi. Jika diperhatikan, karena, sejak, dan setelah pada kalimat d, e, dan fberperan sebagai konjungsi atau konungtor.


(32)

Bagan 2.1 Preposisi dan Konjungtor Preposisi

dan

Preposisi Konjungtor Konjungtor

2.2.1.3 Jenis-Jenis Konjungtor

Berbagai ahli bahasa Indonesia mengungkapkan jenis konjungtor. Chaer (2011: 140-141) membedakan konjungtor menjadi dua, yaitu konjungtor yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya sederajat atau setara dan konjungtor yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya tidak sederajat. Konjungsi dibagi menjadi dua, yaitu konjungsi intra-kalimat dan konjungsi ekstra-kalimat (Kridalaksana 2008: 102—103). Alwi, dkk. (2010:301) membagi konjungtor menjadi empat kelompok berdasarkan perilaku sintaksisnya di dalam kalimat, yaitu konjungtor koordinatif, konjungtor korelatif, konjungtor subordinatif, dan konjungtor antarkalimat.

1) Konjungtor Koordinatif

Chaer (2014:115) konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua satuan bahasa (kata, frase, klausa atau kalimat) dalam kedudukan yang setara. Konjungsi koordinatif menggabungkan satuan gramatikal secara sederajat, tidak bertingkat, yang memiliki tataran sama.

di ke dari pada bagi ... Karena sesudah sejak sebelum ... Meskipun kalau walaupun sedangkan


(33)

Konjungsi koordinatif atau konjungtor koordinatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua unsur kebahasaan atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama (Alwi, dkk. 2010:303). Adapun yang dimaksud “sama” adalah sama antara kata dan kata, antara frasa dan frasa, antara klausa dan klausa, dan seterusnya. Konjungsi koordinatif dalam bahasa Indonesia meliputi dan, serta, atau, tetapi, melainkan, padahal, dan sedangkan. Berikut contoh konjungsi koordinatif di dalam kalimat.

(1) Konjungtor koordinatif dan sebagai penanda hubungan penambahan atau penjumlahan.

Contoh: a. Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu. b. Dia mencari saya dan adik saya.

(2) Konjungsi koordinatif serta sebagai penanda hubungan pendampingan. Contoh: a. Suami serta istri.

b. Dia mencari pensil serta kertas.

(3) Konjungsi koordinatif atau sebagai penanda hubungan pemilihan `Contoh: a. Saya atau kamu yang akan menjemput Ibu?

b. Aku membeli roti atau kamu mencuci piring?

(4) Konjungsi koordinatif tetapi sebagai penanda hubungan perlawanan Contoh: a. Bimo mendengar radio, tetapi Bella mendengar MP3.

b. Sebenarnya anak itu pandai, tetapi malas.

(5) Konjungsi koordinatif melainkan sebagai penandan hubungan perlawanan Contoh: a. Saya tidak menjadi notulis, melainkan menjadi moderator.

b. Bukan kota Jakarta, melainkan kota Yogyakarta.

(6) Konjungsi koordinatif padahal sebagai penanda hubungan pertentangan Contoh: a. Yoko disangka marah, padahal Yoko merasa kecewa.


(34)

(7) Konjungsi koordinatif sedangkan sebagai penanda hubungan pertentangan Contoh: a. Ibu sedang memasak, sedangkan Ayah membaca koran.

b. Anita mengepel, sedangkan Ani tidur.

Selain jenis konjungtor koordinatif dari Alwi, dkk. ada juga jenis kata penghubung setara dari Ramlan yang menandai pertalian semantik ‘perurutan’, yaitu kemudian dan lalu.

a. Aku mandi dengan air dingin dan bercukur, kemudian mengenakan pakaian seragam.

b. Seperti tidak terjadi sesuatu pun, aku menyelami mereka, lalu keluar. Di samping makna ‘pemilihan’, konjungtor atau juga mempunyai makna ‘penambahan’. Untuk makna penambahan seperti itu, konjuntor atau pada umumnya dipakai bila makna kalimatnya berkaitan dengan hal-hal yang kurang baik. dalam hal itu partikel pun dapat ditambahkan pada konjungtor atau

sehinggga menjadi ataupun. Perhatikan contoh-contoh berikut. a. Karyawan yang malas atau(pun) tidak jujur akan ditindak.

b. Polisi yang melailaikan tugas atau(pun) yang melakukan pungli akan dipecat.

c. Penumpang dilarang merokok atau(pun) meludah di dalam bus!

Pada kalimat a yang akan ditindak tidak hanya karyawan yang malas saja, tetapi juga yang tidak jujur. Demikian pula pada b yang akan dipecat adalah polisi yang melailaikan tugas maupun yang melakukan pungli. Pada c baik merokok maupun meludah di dalam bus tidak diperkenankan.

Konjungtor koordinatif menandai klausa yang dihubungkan secara koordinasi. Hubungan koordinasi menggabungkan dua klausa atau lebih. Di samping itu, klausa yang dihubungkan oleh konjungtor koordinatif dapat berupa kalimat majemuk (Alwi, dkk. 2010: 403—405).


(35)

Perhatikan contoh di bawah ini.

a. Saya mengetahui kedatangannya, tetapi tidak mengetahui tujuan serta

maksud kedatangannya.

Selain itu, pada umumnya posisi klausa yang diawali oleh konjungtor koordinatif tidak dapat diubah. Jika posisi klausa diubah, akan muncul kalimat majemuk setara yang tidak berterima. Perhatikan contoh di bawah ini.

a. Dalam pengungsian itu saya melihat orang ditembak dan mayatnya dibuang begitu saja.

b. Anak itu hanya tiga tahun mengenal neneknya, tetapi hampir-hampir menjadikannya tokoh legendaris.

c. Saudara harus meminjam uang dari Bank atau menjual rumah Saudara. Apabila klausa yang diawali konjungtor koordinatif diubah posisinya, perubahan itu akan mengakibatkan kalimat-kalimat tersebut tidak berterima.

a. * dan mayatnya dibuang begitu saja, dalam pengusngsian itu saya melihat orang ditembak.

b. *Tetapi hampir-hampir menjadikannya tokoh legendaris, anak itu hanya tiga tahun mengenal neneknya.

c. * Atau menjual rumah Saudara, Saudara harus meminjam uang dari Bank.

Sebuah koordinator dapat didahului oleh koordinator lain untuk memperjelas atau mempertegas hubungan antara kedua klausa yang digabungkan. Perhatikan ketiga kalimat di bawah ini.

a. Sidang mempertimbangkan usul salah seorang peserta dan kemudian

menerimanya dengan suara bulat.

b. Terdakwa itu tidak menunjukkan penyesalannya dan malah mengancam hakim yang memimpin sidang.

c. Para peserta membuat kerangka karangan dan setelah itu menyusun kalimat utama.

Penggunaan koordinator kemudian sesudah koordinator dan pada kalimat a memperjelas gabungan klausa yang menunjukkan hubungan waktu dan kalimat c (dan setelah itu) untuk lebih memperjelas gabungan klausa yang melanjutkan dari


(36)

peristiwa sebelumnya. Pengunaan koordinator malah sesudah dan pada kalimat b untuk lebih menekankan hubungan klausa yang menunjukkan penguatan atau penegasan dari klausa sebelumnya.

2) Konjungtor Korelatif

Konjungtor korelatif berbeda dengan konjungsi koordinatif. Konjungtor korelatif harus hadir berpasangan atau berkorelasi. Konjungtor korelatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua kata, dua frasa, atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama (Alwi, dkk. 2010:304). Pasangan konjungtor korelatif tidak terlalu banyak dan siapapun tidak boleh mengubah pasangan konjungtor korelatif yang tidak sesuai dengan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Bentuk konjungsi ini terbelah, maksudnya unsur yang satu dipisahkan oleh salah satu frasa, kata atau klausa yang dihubungkan (Muslich, 2014: 115). Korelatif berarti mempunyai hubungan timbal balik (KBBI, 2008: 734). Hubungan timbal balik dapat dilihat seperti contoh, baik selalu disandingkan dengan maupun. Baik Andre

maupun Sule memberikan lawakan yang bermutu. Jika kata baik ataupun maupun

diilangkan, tidak ada lagi hubungan timbal balik. Oleh karena itu, bentuk konjungsi korelatif harus ditulis lengkap saat digunakan di dalam karya ilimiah, khususnya latar belakang skripsi. Macam-macam konjungtor korelatif adalah

baik ... maupun, tidak hanya ... tetapi juga, bukan hanya ... melainkan juga,

demikian ... sehingga, sedemikian rupa ... sehingga, apa(kah) ... atau, entah

...entah, jangankan ..., ... pun. Di bawah ini contoh-contoh penggunaan konjungtor korelatif dalam kalimat.


(37)

(1) Konjungtor korelatif baik ... maupun ... sebagai penanda hubungan kesetaraan

Contoh: a. Baik mas Bimo maupun orangtuanya sudah pernah ke Singapore.

b. Baik Mrican maupun Paingan merupakan lokasi Universitas Sanata Dharma.

(2) Konjungtor korelatif tidak hanya ... tetapi juga ... sebagai penanda perlawanan

Contoh: a. Pak Ngadi tidak hanya ramah, tetapi juga dermawan.

b.Universitas Sanata Dharma tidak hanya terkenal, tetapi juga

rindang.

(3) Konjungtor korelatif bukan hanya ... melainkan juga ... sebagai penanda hubungan perlawanan

Contoh: a. Banjir bukan hanya membuat kerugian materi, melainkan juga

merusak lingkungan.

b.Gadis berkacamata itu bukan hanya temanku, melainkan juga

pacarku.

(4) Konjungtor korelatif demikian ... sehingga ... sebagai penanda hubungan akibat

Contoh: a. Mobil itu larinya demikian cepat, sehingga sangat sukar untuk dipotret.

b.Cristiano Ronaldo larinya demikian cepat, sehingga sangau sulit untuk dikejar.

(5) Konjungtor korelatif sedemikian rupa ... sehingga sebagai penanda hubungan akibat.

Contoh: a. Persiapan panitia Pekan Bahasa 2015 harus dipersiapkan

sedemikian rupa, sehingga hasilnya diharapkan bisa maksimal. b. Kita harus mengerjakannya sedemikian rupa, sehingga


(38)

(6) Konjungtor korelatif apa(kah) ... atau ... sebagai penanda pemilihan Contoh: a. Apa(kah) Anda setuju atau tidak, kami tetap berangkat.

b. Apa(kah) putih atau hitam, aku tetap akan membeli mobil. (7) Konjungtor korelatif entah ... entah ... sebagai pemilihan

Contoh: a. Entah diterima entah ditolak, aku tetap akan meyatakan perasaan.

b. Entah merah entah putih, aku tetap akan membeli Toyota Fortuner.

(8) Konjungtor korelatif jangankan ..., ... pun ...sebagai penanda pertentangan Contoh: a. Jangankan Semarang—Jogja, Semarang—Batam pun dia

tetap akan berangkat.

b.Jangankan membuat tugas, berangkat kuliah pun dia jarang. 3) Konjungtor subordinatif

Konjungsi Subordinatif menghubungkan dua buah satuan bahasa secara tidak sederajat (Chaer, 2011: 103). Salah satu satuan bahasa memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari satuan bahasa yang lain. Konjungtor Subordinatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua klausa atau lebih, dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama (Alwi, dkk. 2010:305). Salah satu dari klausa itu merupakan anak kalimatnya, sedangkan klausa lainnya merupakan induk kalimat. Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa konjungsi subordinatif menghubungkan klausa dengan klausa yang tidak sederajat bukan menghubungkan kalimat dengan kalimat. Konjungsi subordinatif biasanya digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat yang terdapat induk kalimat dan anak kalimat. Konjungsi subordinatif menghubungkan klausa dengan klausa yang tidak sederajat yang menghasilkan kalimat majemuk bertingkat. Di bawah ini akan dipaparkan kelompok konjungtor subordinatif dalam Bahasa Indonesia.


(39)

(1) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan waktu: sejak, semenjak, sedari, sewaktu, ketika, tatkala, sementara, begitu, seraya, selagi,

selama, serta, sambil, demi, setelah, sesudah, sebelum, sehabis, selesai,

seusai, hingga, sampai

Contoh: a. Ketika paman datang ke rumah, saya sedang tidur. b. Bayu belum tidur hingga bapaknya pulang.

(2) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala

Contoh: a. Jika Elia mengacau di rumah, sepedanya akan dijual kepada Ezebel.

b. Kamu akan ditilang polisi, bila kamu melanggar marka. (3) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan pengandaian:

andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya

Contoh: a. Andaikan saya punya sayap, saya akan terbang ke rumahmu. b. Keadaan Dita akan berbeda, seandainya Ibunya datang lebih awal.

(4) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan tujuan: agar, supaya, biar

Contoh: a. Agar perutusan dan tugasnya berjalan dengan lancar, guru agama Katolik harus memiliki pengetahuan dan keterampilan. b. Arinta sedang belajar dengan rajin di kamar supaya arinta meraih peringkat satu.

Hubungan tujuan juga dapat ditandai dengan subordinator untuk.

Contoh: Anggota DPR itu pergi ke daerah malapetaka untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas.


(40)

(5) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan konsesif: biarpun, meski, meskipun, walau, walaupun, sekalipun, sungguhpun, kendati,

kendatipun

Contoh: a. Meskipun Juna juara satu di kelas, dia tidak sombong.

b. Aku tetap berangkat ke Jakarta walaupun Arinta ikut bersamaku.

(6) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan pembandingan:

seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti

Contoh: a. Dia terlihat sombong seolah-olah dialah yang paling tahu. b. Jono melihat film dengan kacamata 3 dimensi seperti Jono

merasa akan ditabrak paus di dalam film itu.

(7) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan sebab: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab

Contoh: a. Saya terlambat karena ban mobil mengalami kebocoran. b. Arinta dihukum Pak Joko sebab dia tidak mengerjakan PR (8) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan hasil; sehingga,

sampai, sampai-sampai, maka, makanya

Contoh: a. Ari tidak mengerjakan PR, maka dia dihukum Pak Joko. b. Catur sangat mencintai Gladis sampai-sampai dia tidak rela berpisah.

(9) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan alat: dengan, tanpa

Contoh: a. Saya menggambar wajahmu dengan menggunakan pensil. b. Saya tidak dapat membuat skripsi tanpa meminjam laptopmu. (10)Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan cara: dengan, tanpa

Contoh: a. Saya bisa membuat warna abu-abu dengan menggabungkan warna hitam dan putih.


(41)

(11)Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan komplementasi:

bahwa

Contoh: a. Pembahasan skripsi ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan Katolik di SMP Santo Paulus Jakarta sudaH cukup baik. b. Hal ini menunjukkan bahwa spiritualitas pelayanan dan persaudaraan mereka sungguh teruji.

(12)Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan atributif: yang

Contoh: a. Abel menyambar laptopku yang memuat semua data untuk bahan penelitian Effendi, dkk (2015: 316).

b. Tina termasuk salah seorang yang menerima dana penelitian. Effendi, dkk (2015: 316).

c. Buku yang baru terbit itumenarik (Effendi 1995, 55).

Konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan subjek dengan keterangannya atau objek dengan keterangannya (Chaer, 1990:101).

(13) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan perbandingan: sama ... dengan, lebih ... dari, lebih ... daripada

Contoh: a. Konkretnya pendidik (guru) dituntut lebih dewasa daripada

siswa.

Penggunaan konjungtor subordinatif seringkali menimbulkan klausa yang menggantung atau dangling clause. Klausa yang menggantung terjadi jika anak kalimat berdiri tanpa ada induk kalimat yang mendampingi. Klausa yang menggantung atau dangling clause bisa terjadi karena anak kalimat pada kalimat majemuk tidak memiliki induk kalimat, tetapi berdiri sendiri (Rahardi, 2009:24). Kalimat majemuk bertingkat dalam bahasa Indonesia terdiri atas dua klausa atau lebih yang dihubungkan oleh konjungtor, yaitu salah satu dari klausa itu merupakan anak kalimatnya, sedangkan klausa lainnya merupakan induk kalimat.

Konjungtor subordinatif menandai klausa yang dihubungkan secara subordinasi. Subordinasi menghubungkan dua klausa yang salah satu klausa di


(42)

antaranya merupakan bagian dari klausa yang lain (Alwi, dkk. 2010: 405—407). Di samping itu, salah satu klausa yang dihubungkan oleh konjungtor subordinatif dapat pula berupa kalimat majemuk. Perhatikan kalimat di bawah ini.

a. Ketua partai itu tetap menyatakan kebanggaannya karena ternyata partainya masih dapat meraih hampir empat belas juta suara pemilih

setelah suara itu dihitung ulang.

Selain itu, pada umumnya posisi klausa yang diawali oleh subordinator dapat berubah. Perhatikan kalimat di bawah ini.

a. Para pejuang itu pantang menyerah selama hayat dikandung badan. b. Pengusaha itu harus membayar pajak walaupun perusahaannya

mengalami kerugian.

c. Kita jangan bertindakan sebelum atasan kita mengambil putusan. Urutan klausa dalam contoh kalimat di atas dapat diubah seperti di bawah ini.

d. Selama hayat dikandung badan, para pejuang itu pantang menyerah. e. Walaupun perusahaannya mengalami kerugian, pengusaha itu harus

membayar pajak.

f. Sebelum atasan kita mengambil putusan, kita jangan bertindakan.

Pemakaian tanda baca koma dalam bahasa tulis atau jeda panjang dalam bahasa lisan yang diletakkan di antara klausa yang berawal dengan subordinator dan klausa utama seperti pada kalimat d, e, dan f bersifat wajib.

4) Konjungtor Antarkalimat

Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang menghubungkan kalimat dengan kalimat (bukan klausa dengan klausa) (Chaer, 2011: 126). Konjungtor antarkalimat adalah konjungtor yang menghubungkan satu kalimat dengan


(43)

kalimat yang lain (Alwi, dkk. 2010:305). Peneliti menegaskan bahwa bentuk konjungtor antarkalimat yang sudah baku tidak boleh diubah begitu saja. Pengubahan yang dilakukan akan menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia dalam tulis-menulis dan konteks lisan. Peneliti menegaskan bahwa kata penghubung atau konjungsi atau konjungtor antarkalimat harus berada pada kalimat yang berbeda atau pada kalimat baru dan harus menghubungkan kalimat dengan kalimat. Seperti pendapat Alwi (2010:306) konjungtor antarkalimat selalu memulai kalimat yang baru dan tentu saja huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital. Senada dengan pendapat Alwi, dkk, . Muslich (2014: 115) mengatakan bahwa konjungsi antarkalimat selalu mengawali kalimat yang dihubungkan. Tentu saja, ia ditulis dengan huruf kapital. Berikut ini contoh penggunaan konjungtor antarkalimat dalam Bahasa Indonesia.

(1) Konjungtor antarkalimat yang menyatakan pertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya. Anggota konjungtor ini: biarpun demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu,

meskipun demikian/begitu/ sunggguhpun/begitu.

Contoh: a. Jakarta telah membangun banyak jalan baru. Meskipun begitu,

Jakarta masih dilanda kemacetan.

b. Joni mendapat juara 1 di kelasnya. Sekalipun demikian, dia tidak sombong.

(2) Konjungtor antarkalimat yang menyatakan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya. Anggota konjungtor ini: kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya.

Contoh: a. Setiap bangun pagi, saya mandi dan gosok gigi. Setelah itu, saya ganti pakaian, sarapan, dan berangkat sekolah.

b. Pak Joko setiap hari minggu lari pagi. Selanjutnya, Pak Joko mencuci mobil.


(44)

(3) Konjungsi antarkalimat yang menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar dari yang telah dinyatakan sebelumnya. Anggota konjungtor ini: tambahan pula, lagi pula, selain itu.

Contoh: a. Yesus sebagai Guru utama para guru akan diteladani dalam segala karya-Nya. Selain itu, guru terus mengembangkan inspirasi dalam pelayanan khususnya kepada para murid.

b. Kami tidak akan berangkat dengan cuaca seperti ini. Lagi pula

kami mulai kehabisan bahan bakar.

(4) Konjungtor antarkalimat yang menyatakan kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya. Anggota konjungtor ini: sebaliknya.

Contoh: a.Jakarta mempunyai Monumen Nasional. Sebaliknya, Yogyakarta mempunyai Tugu Jogja.

b. Anaknya pergi kuliah mengendarai mobil. Sebaliknya, orang tuanya justru mengendari sepeda motor saja.

(5) Konjungtor antarkalimat yang menyatakan keadaan sebenarnya. Anggota konjungtor ini: sesungguhnya, bahwasanya.

Contoh: a. Dia memang tidak banyak omong. Sesungguhnya, dia adalah siswa yang cerdas.

b. Bapak X memang terkenal cerewet. Bahwasanya, beliau orang yang lumayan bijaksana.

(6) Konjungtor antarkalimat yang menguatkan keadaan sebelumnya. Anggota konjungtor ini: malah(an), bahkan.

Contoh: a. Bayu masih mempunyai utang kepadaku. Bahkan, kemarin siang dia meminjam uang lagi kepadaku sebesar Rp50.000,00.

b. Kakakku meraih nilai Ujian Nasional tertinggi se-kabupaten.

Malahan, dia memperoleh beasiswa penuh untuk kuliah di suatu universitas.

(7) Konjungsi yang menyatakan pertentangan dengan keadaan sebelumnya. Anggota konjungtor ini: (akan) tetapi, namun.

Contoh: a. Arinta mempunyai lima laptop. Akan tetapi, tidak semua laptop berfungsi dengan baik.

b. Keadaan setelah peristiwa pengeboman memang sudah mulai aman. Namun, kita harus tetap waspada.


(45)

(8) Konjungsi yang menyatakan keeksklusifan dan keinklusifan. Anggota konjungtor ini: kecuali itu.

Contoh: a. Gagal panen padi pada tahun 2015 disebabkan oleh air yang kurang, pupuk yang kurang, dan tanah semakin kering. Kecuali itu, hama tikus yang merajalela menjadi salah satu penyebab.

(9) Konjungtor antarkalimat yang menyatakan konsekuensi. Anggota konjungtor ini: dengan demikian.

Contoh: a. Kebakaran kemarin malam meratakan bangunan pasar. Dengan demikian, kerugian mencapai ratusan juta rupiah.

b. Pak Joko mengatakan bahwa skripsi saya telah benar. Dengan demikian, minggu depan saya mendaftar ujian pendadaran skripsi. (10)Konjungtor antarkalimat yang menyatakan akibat. Anggota konjungtor ini:

oleh karena itu, oleh sebab itu.

Contoh: a. Ramdani mengalami cedera lutut kanan. Oleh karena itu, dia tidak bisa mengikuti pertandingan minggu depan.

b. Indeks prestasi kumulatif saya tidak pernah kurang dari 3,55.

Oleh sebab itu, saya selalu mendapatkan beasiswa setiap tahun. (11)Konjungtor antarkalimat yang menyatakan kejadian yang mendahului hal

yang dinyatakan sebelumnya. Anggota konjungtor ini: sebelum itu.

Contoh: a. Taufik Hidayat memperoleh medali emas pada kompetisi tingkat Asia. Sebelum itu, dia juga memperoleh medali emas pada kompetisi tingkat ASEAN.

b. Rabu kemarin, saya ditawari beasiswa oleh lembaga X. Sebelum itu, saya ditawari beasiswa oleh Pak Joko untuk 3 tahun kuliah. Alwi membagi jenis konjungsi atau konjungtor menjadi empat. Namun, berdasarkan sifat hubungannya, Ramlan (2008: 39-62). Mengatakan bahwa kata penghubung dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kata penghubung yang setara atau koordinatif dan kata penghubung yang tidak setara atau subordinatif. Kata penghubung yang setara ialah konjungtor yang menghubungkan klausa yang setara, yaitu klausa inti dengan klausa inti atau klausa bawahan dengan klausa bawahan. Kata penghubung yang tidak setara ialah konjungtor yang berfungsi


(46)

menghubungkan klausa atau kalimat yang tidak setara, maksudnya menghubungkan klausa inti dengan klausa bawahan, atau menghubungkan induk kalimat dengan anak kalimat. Kedua jenis konjungsi dapat dillihat secara terperinci di bawah ini.

Berdasarkan hubungan semantik yang ditandainya, kata penghubung setara dapat dibagi menjadi 5 golongan.

(1) Kata penghubung setara yang menandai pertalian semantik “Penjumlahan”. Contoh kata penghubung ini adalah dan, lagi pula, serta.

(2) Kata penghubung setara yang menandai pertalian semantik “Pemilihan”, kata penghubung ini digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang dipilih. Contoh kata penghuung ini adalah atau.

(3) Kata penghubung setara yang menandai pertalian semantik “Perurutan”, kata penghubung ini digunakan untuk menjelaskan peristiwa yang terjadi secara berurutan. Contoh kata penghubung ini adalah kemudian, lalu.

(4) Kata penghubung setara yang menandai pertalian semantik “Lebih”, maksud kata penghubung ini adalah sesuatu yang dinyatakan pada anak kalimat melebihi sesuatu yang dinyatakan pada induk kalimat. contoh kata penghubung ini adalah bahkan.

(5) Kata penghubung setara yang menandai pertalian semantik “Perlawanan”, maksud dari “perlawanan adalah sesuatu yang dinyatakan pada satu klausa bertentangan atau berlawanan dengan apa yang dinyatakan pada klausa yang lain. Contoh kata penghubung ini adalah tetapi, akan tetapi, melainkan, namun, padahal, sebaliknya, sedang, sedangkan.


(47)

Selanjutnya, kata penghubung tidak setara atau disebut juga kata penghubung yang subordinatif dapat dilihat secara terperinci di bawah ini.

(1) Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Waktu” menjelaskan waktu terjadinya suatu peristiwa. Contoh kata penghubung ini adalah ketika, tatkala, setiap, setiap kali, sebelum, sesudah, setelah, sejak, semenjak, hingga.

(2) Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Perbandingan”, kata penghubung ini digunakan untuk membandingkan dua hal atau lebih yang disertai kata lebih pada induk kalimat. contoh kata penghubung ini adalah daripada ... lebih.

(3) Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Sebab” digunakan untuk menjelaskan sebab terjadinya suatu peristiwa. Contoh kata penghubung ini adalah sebab, karena.

(4) Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik”Akibat” digunakan untuk menjelaskan akibat dari suatu peristiwa yang terjadi. Contoh kata penghubung ini adalah sehingga.

(5) Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Syarat” digunkan untuk menjelaskan syarat terjadinya suatu peristiwa atau syarat untuk melakukan suatu hal atau perbuatan. Contoh kata penghubung ini adalah jika, jikalau, kalau, apabila, bila.

(6) Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Harapan”digunakan untuk menjelaskan harapan dari apa yang dinyatakan pada induk kalimat. contoh kata penghuung ini adalah agar, supaya.


(48)

(7) Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Penerang”. Contoh kata penghubung ini adalah yang. Unsur kalimat di belakang kata

yang digunakan untuk memberikan keterangan bagi unsur kalimat di depan kata yang.

(8) Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Isi”digu8nakan untuk menjelaskan isi dari suatu hal (peristiwa, tindakan). Contoh kata penghubung ini adalah bahwa.

(9) Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Perlawanan” digunakan untuk menjelaskan adanya perlawanan. Apa yang dinyatakan pada induk kalimat berlawanan dengan yang dinyatakan pada anak kalimat. Contoh kata penghubung ini adalah meskipun, walaupun.

(10)Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Pengandaian” digunakan untuk menjelaskan pengandaian. Contoh kata penghubung ini adalah seandainya, andaikata. Ada bentuk lain seperti

sekiranya, seumpama, dan andaikan, tetapi tidak lazim digunakan di dalam karya ilmiah seperti pada latar belakang skripsi.

(11)Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Penjumlahan” menjelaskan jumlah atau kuantitas sesuatu. Contoh kata penghubung ini adalah selain, di samping.

(12)Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Perkecualian” digunakan untuk menjelaskan adanya perkecualian untuk melakukan sesuatu. Contoh kata penghubung ini adalah kecuali.


(49)

(13)Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Cara” digunakan untuk menjelaskan bagaimana melakukan sesuatu dan bagaimana peristiwa bisa terjadi.Contoh kata penghubung ini adalah dengan, sambil, tanpa.

(14)Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Kegunaan” digunakan untuk menjelaskan kegunaan atau manfaat dari sesuatu. Contoh kata penghubung ini adalah untuk.

Jenis konjungsi yang setara dan yang tidak setara di atas dapat digunakan di dalam wacana resmi atau wacana formal. Penggunaan konjungsi atau kata penghubung tersebut dapat membantu terbentuknya suatu kalimat atau wacana yang mudah dimengerti dan mempunyai gagasan. Karena kata penghubung mempunyai peranan penting dalam sebuah wacana. Jika sebuah wacana menggunakan kata penghubung yang tidak sesuai dengan kaidah, hal itu dapat menurunkan kualitas suatu wacana.

2.2.1.4 Tugas Konjungsi

Kridalaksana (2008: 104—105) membagi tugas konjungsi menjadi 18. Sesuai dengan makna satuan-satuan yang dihubungkan oleh konjungsi, konjungsi (konjungtor) dapat dibedakan tugas-tugas konjungsi. Kedelapan belas fungsi konjungsimsebagaimberikut.

1) Penambahan, misalnya dan, selain, tambahan lagi,bahkan; 2) Urutan, misalnya lalu, lantas,kemudian;

3) Pilihan, misalnya atau, entah ... entah;


(50)

5) Perlawanan, misalnya tetapi, hanya, sebaliknya;

6) Temporal, misalnya ketika, setelah itu;

7) Perbandingan, sebagaimana, seolah-olah;

8) Sebab, misalnya karena, lantaran;

9) Akibat, misalnya sehingga, sampai-sampai;

10) Syarat, misalnya jikalau, asalkan;

11) Tak bersyarat, misalnya meskipun, biarpun;

12) Pengandaian, misalnya andai kata, sekiranya, seumpama;

13) Harapan, misalnya agar, supaya, biar;

14) Perluasan, misalnya yang, di mana;

15) Pengantar Objek, bahwa, yang;

16) Cara, misalnya sambil, seraya

17) Perkecualian, misalnya kecuali; selain;

18) Pengantar Wacana, misalnya sebermula, adapun, dan maka.

2.2.2 Hubungan Koordinasi dan Subordinasi

Bagian ini memaparkan hubungan antarklausa secara koordinasi dan subordinasi. 2.2.2.1Hubungan Koordinasi

Koordinasi menggabungkan dua klausa atau lebih yang masing-masing mempunyai kedudukan yang setara dalam struktur konstituen kalimat. hubungan antara klausa-klausanya tidak menyangkut satuan yang membentuk hierarki (urutan tingkatan) karena klausa yang satu bukanlah konstituen dari klausa yang


(51)

lain (klausa yang satu bukanlah bagian dari klausa yang lain.). Bagan di bawah ini memperlihatkan bahwa konjungtor tidak termasuk dalam klausa mana pun, tetapi merupakan konstituen (bagian penting) tersendiri.

Bagan 2.2 Hubungan AntarKlausa secara Koordinasi

Contoh hubungan koordinasi di dalam kalimat.

a. Pengurus Dharma Wanita mengunjungi panti asuhan b. Mereka memberi penghuninya hadiah

c. Pengurus Dharma Wanita mengunjungi panti asuhan dan mereka memberi penghuninya hadiah.

Klausa pada a dan b digabungkan dengan cara koordinasi sehingga membentuk kalimat majemuk setara (c). Oleh karena klausa-klausa dalam kalimat majemuk yang disusun dengan cara koordinasi mempunyai kedudukan setara atau sama, klausa-klausa itu semuanya merupakan klausa utama. Di bawah ini bagan pembentukan kalimat c.

Kalimat


(52)

Bagan 2.3 Pembentukan Kalimat Majemuk Setara

S P O S P O Pel Pengurus meng- panti mereka mem- peng- hadiah Dharwa unjungi asuhan dan beri huni- Wanita nya

2.2.2.2 Hubungan Subordinasi

Subordinasi menggabungkan dua klaua atau lebih sehingga terbukti kalimat majemuk yang salah satu klausanya menjadi bagian dari klausa yang lain. Jadi klausa-klausanya dalam kalimat majemuk yang disusun dengan cara subordinasi itu tidak mempunyai kedudukan yang setara karena ada klausa yang berfungsi sebagai konstituen atau bagian klausa yang lain. Klausa-klausa itu bersifat hierarkis (Alwi, dkk. 2010: 398). Contoh kalimat dengan penggabungan klausa subordinatif.

a. Orang tua itu mengatakan (sesuatu)

b. Anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh hati

c. Orang tua itu mengatakan bahwa anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh hati.

Klausa a dan b digabungkan dengan cara subordnatif sehingga terbentuk kalimat majemuk bertingkat c.

Kalimat


(53)

Bagan 2.4 Hubungan Antarkalusa secara Subordinasi

Alwi, dkk. (2010: 399) mengatakan bahwa pada bagan di atas dapat dilihat bahwa Klausa 2 berkedudukan sebagai konstituen atau bagian dari Klausa 1. Klausa 2 disebut klausa subordinatif dan klausa 1 disebut klausa utama. Pembentukan kalimat majemuk bertingkat (1c) dapat dijelaskan pada bagan berikut.

Bagan 2.5 Pembentukan Kalimat Majemuk Bertingkat

Konjungtor S P O Ket

Pada bagan itu dapat dilihat bahwa klausa utama orang tua itu mengatakan

digabung dengan klausa subordinatif anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh hati dengan menggunakan konjungtor bahwa.

Kalimat

Klausa 1

Klausa 2

Kalimat 1c Klausa Utama

Orang tua itu mengatakan Klausa subordinasi

bahwa anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh hati


(54)

Kalimat majemuk bertingkat dapat pula disusun dengan memperluas salah satu fungsi sintaksisnya (fungsi S, P, O, dan K) dengan klausa (Alwi, dkk. , 2010: 401). Perluasan itu dilakukan dengan menggunakan yang. Perhatikan kalimat-kalimat berikut.

a. Paman saya yang tinggal di Bogor meninggal kemarin. b. Paman saya guru, yang mengajar di beberapa sekolah.

c. Saya membaca buku yang mengisahkan perjuangan Pangeran Diponegoro.

d. Pemerintah membangun jalan raya di daerah transmigrasi yang

menampung transmigran dari Jawa dan Bali.

Dalam kalimat a fungsi S (paman saya) diperluas dengan klausa yang tinggal di Bogor. Dalam kalimat b fungsi P diperluas dengan klausa yang mengajar di beberapa sekolah. Dalam kalimat c fungsi O diperluas dengan klausa

yang mengisahkan perjuangan Pangeran Diponegoro. Dalam kalimat d fungsi keterangan diperluas dengan klausa yang menampung transmigran dari Jawa dan Bali. Klausa perluasan dengan yang yang disematkan dalam klausa utama disebut

klausa relatif dan berfungsi sebagai keterangan bagi fungsi sintaksis tertentu.

Selain itu, Putrayasa (2012: 71) memberikan contoh perluasan kalimat majemuk, yaitu “Perhiasan yang dipakai oleh Aminah setiap hari raya digadaikan baru saja”. Fungsi S (perhiasan) diperluas dengan klausa relatif yang dipakai oleh Aminah setiap hari raya.

Dalam makalah Mulyono (2001) kalimat-kalimat di bawah ini merupakan contoh penggunaan konjungsi yang yang memperlihatkan hubungan subordinatif.

a. Saya mempunyai kamus bahasa Indonesia diterbitkan oleh Gramedia. b. Buku bahasa Indonesia ditulis oleh Pak Amran sangat bagus.


(55)

c. Paman saya tinggal di Bandung adalah seorang guru.

d. Candi Borobudur terletak tidak jauh dari kota Magelang adalah candi Budha.

Dalam bahasa Indonesia, struktur kalimat di atas, maksudnya dapat dipahami, tetapi tidak lazim dan tidak benar. Maksud dari tidak lazim adalah tidak ada penutur bahasa Indonesia yang menggunakannya. Maksud dari tidak benar adalah tidak sesuai dengan kaidah kalimat bahasa Indonesia. Keempat kalimat di atas merupakan kalimat majemuk yang memiliki hubungan antarklausa bersifat subordinatif. Dalam bahasa Indonesia penanda hubungan atributif satu-satunya adalah yang. Dengan demikian, keempat kalimat di atas secara gramatikal harus menggunakan yang sebagai alat perangkai klausa inti dengan klausa bawahan. Jika keempat kalimat di atas mengabaikan kehadiran konjungsi yang, kalimat di atas dirasakan tidak padu. Oleh karena itu, pembetulan keempat kalimat di atas dapat dilihat di bawah ini.

a. Saya mempunyai kamus bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Gramedia.

b. Buku bahasa Indonesia yang ditulis oleh Pak Amran sangat bagus. c. Paman saya yang tinggal di Bandung adalah seorang guru.

d. Candi Borobudur yang terletak tidak jauh dari kota Magelang adalah candi Budha.

Selain pendapat dari pada ahli di atas, Widjono Hs. (2008: 157) juga mengemukakan perluasan kalimat majemuk.

a. Kami yang mengharapkan kedamaian di Aceh selalu berdiskusi tentang masalah ini.

b. Mereka rajin belajar itu sedang mendiskusikan tugas kelompok.

Pada kalimat di atas kata yang bercetak miring merupakan kalimat dasar atau induk kalimat. Hal itu berarti kedua kalimat di atas mengandung dua klausa dan


(56)

yang yang diikuti klausa perluasan berfungsi memperluas fungsi subjek. Oleh karena itu, kedua kalimat di atas merupakan kalimat majemuk.

Chaer (2009:170—171) juga memberikan penjelasan berkaitan dengan perluasan kalimat. Chaer menggunakan istilah klausa sisipan untuk menyebut klausa sematan. Kalimat luas dibentuk dengan menysipkan sebuah klausa pada klausa lain. Penyisipan dilakukan dengan bantuan konjungsi yang.

a. Orang yang sedang antre minyak tanah itu bukan kakak saya.

b. Kakak saya yang tinggal di Jakarta yang belum menikah dan yang bekerja di Departemen Keuangan tahun depan akan menunaikan ibadah haji.

Kalimat a terdiri atas dua klausa, yaitu Orang sedang antre minyak tanah itu

sebagai klausa sisipan dan orang itu bukan kakak saya sebagai klausa utama. Kalimat a dibentuk dengan klausa sisipan disisipkan pada klausa utama di antara subjek dan predikat dengan bantuan konjungsi yang.Kalimat b dibentuk dari sebuah klausa utama dan tiga klausa sisipan. Klausa utamanya adalah Kakak saya tahun depan akan menunaikan ibadah haji. Klausa sisipannya adalah kakak saya tinggal di Jakarta, kakak saya belum menikah, dan kakak saya bekerja di Departemen Keuangan.


(57)

2.2.3 Hubungan Atributif

Menurut Alwi, dkk. (2010, 423) hubungan atributif ditandai oleh subordinator yang. Ada dua macam hubungan atributif, yaitu restriktif dan takrestriktif. Klausa yang dihasilkan disebut “klausa relatif” dengan kedua macam hubungan di atas.

2.2.3.1Hubungan Atributif Restriktif

Dalam hubungan ini, klausa relatif mewatasi atau membatasi makna dari nomina yang diterangkannya. Bila ada suatu nomina yang mendapat keterangan tambahan berupa klausa relatif restriktif, klausa itu merupakan bagian integral dari nomina yang diterangkannya. Penulisan klausa relatif restriktif tidak dibatasi oleh tanda koma, baik di muka maupun di belakanganya. Contoh hubungan atributif restriktif di dalam kalimat di bawah ini.

a. Pamannya yang tinggal di Bogor meninggal kemarin.

b. Para pedagang yang mengunggak lebih dari 35 miliar rupiah akan dicekal.

c. Pemegang gelar MBA yang kuliah hanya enam bulan harus menanggalkan gelarnya.

Kalimat pertama memperlihatkan bahwa klausa relatif yang tinggal di Bogor, yang tidak ditulis di antara tanda koma, mewatasi makna kata pamannya.

Artinya, si pembicara mempunyai beberapa paman; yang meninggal kemarin adalan yang tinggal di Bogor. Kalimat kedua memperlihatkan bahwa tidak semua pedagang kena cekal; hanya yang menunggak lebih dari 35 miliar rupiah yang dicekal meninggalkan Indonesia. Kalimat ketiga memperlihatkan bahwa hanya


(58)

pemegang gelar MBA yang kuliahnya sangatlah pendek yang harus menanggalkan gelarnya.

Selain pendapat Alwi, dkk. Ramlan mengemukakan pendapat seperti alwi berkaitan dengan hubungan atribut dengan penanda yang. Ramlan (2005: 73) menggunakan istilah ‘penerang’ untuk menyebut ‘atribut’. Ramlan (2005: 73) mengatakan bahwa ada hubungan makna penerang apabila klausa bawahan (anak kalimat) menerangkan salah satu unsur yang terdapat pada klausa inti (induk kalimat). Ramlan (2005: 74) mengatakan bahwa kata penghubung atau konjungsi yang digunakan untuk menandai hubungan makna penerang adalah yang. Di bawah ini contoh penggunaan yang pada kalimat.

c. Bangunan itu terletak di bagian luar kota, berhadapan dengan gereja kecil yang loncengnya bersuara besar dan nyaring.

d. Di samping itu, hutan pun dihuni oleh jenis-jenis binatang liar yang

beraneka ragam jenisnya.

Pada kalimat a di atas klausa loncengnya bersuara besar dan nyaring

menerangkan frasa gereja kecil. Kalimat di atas terdiri dari tiga klausa, yaitu

Bangunan itu terletak di bagian luar kota sebagai klausa 1, berhadapan dengan gereja kecil sebagai klausa 2, dan loncengnya bersuara besar dan nyaring sebagai klausa 3 dan sebagai penerang. Pada kalimat b di atas klausa yang ada di belakang kata yang menerangkan unsur kalimat yang ada di depannya, yaitu Di samping itu, hutan pun dihuni oleh jenis-jenis binatang liar, dan kata yang sebagai penghubung atau konjungsinya.


(59)

2.2.3.2 Hubungan Atributif Takrestriktif

Klausa subordinatif yang takrestriktif hanyalah memberikan sekadar informasi pada nomina yang diterangkannya. Jadi, isi informasi tidak mewatasi nomina yang mendahului klausa relatif takterstriktif. Oleh karena itu, dalam penulisannya klausa ini diapit oleh tanda koma. Contoh hubungan atributif restriktif di dalam kalimat di bawah ini.

a. Istri saya yang tinggal di Bogor meninggal kemarin. b. Istri saya, yang tinggal di Bogor,meninggal kemarin.

Pada kalimat pertama klausa relatif yang tinggal di Bogor tidak diapit oleh tanda koma, sedangkan pada kalimat kedua diapit oleh dua tanda koma. Makna dari kedua kalimat tersebut berbeda. Kalimat pertama memperlihatkan bahwa si pembicara mempunyai lebih dari satu istri dan istri yang meninggal adalah yang tinggal di Bogor. Akan tetapi, pada kalimat yang kedua menyiratkan bahwa si pembicara hanya mempunyai satu istri. Klausa relatif takrestriktif yang tinggal di Bogor hanya sekadar memberi keterangan tambahan tempat di mana istrinya tinggal. Contoh klausa atributif restriktif dan klausa atributif takrestriktif di dalam kalimat di bawah ini.

a. Pegawai kami, yang menyelewengkan dana Inpres, akan ditindak. b. Adik saya, yang masih kelas dua SMP, berumur 12 tahun.

c. KUD, yang menjadi pembeli cengkeh di daerah, sering kehabisan dana. d. Pendapat yang dia nyatakan secara terus terang itu menggugah hati

kami.


(60)

2.2.4 Kesalahan Berbahasa

Kesalahan berbahasa adalah bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari beberapa norma baku performansi bahasa orang dewasa. Kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan para pelajar (Tarigan, 2011: 123-126).

2.2.4.1Kesalahan dan Kekeliruan

Di dalam dunia bahasa, dikenal pula istilah kesalahan atau error dan kekeliruan atau mistake. Dalam dunia pengajaran bahasa, terdapat istilah “kesalahan” dan “kekeliruan”. Kesalahan atau error dan kekeliruan atau mistake

dalam pengajaran bahasa dibedakan yakni penyimpangan dalam pemakaian bahasa. Kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh faktor performansi. Keterbatasan mengingat sesuatu menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat, dan sebagainya. Kekeliruan bersifat acak, artinya dapat terjadi pada setiap tataran linguistik. Kekeliruan biasanya dapat diperbaiki oleh para siswa sendiri bila yang bersangkutan lebih mawas diri, lebih sadar atau memusatkan perhatian. Siswa sebenarnya sudah mengetahui sistem linguistik bahasa yang digunakannya, karena sesuatu hal dia lupa akan sistem tersebut. Selain itu, kekeliruan biasanya tidak lama (Tarigan, 2011:67- 68). Para siswa atau mahasiswa telah mengetahui dan menguasai kaidah bahasa yang berlaku. Namun, karena faktor perfomansi yang dipengaruhi oleh kekuatan fisik, kekeliruan bisa terjadi dalam tataran linguistik apapun.


(61)

Sebaliknya, kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi. Artinya siswa memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya. Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten, dan sistematis. Kesalahan bisa berlangsung lama jika tidak diperbaiki. Perbaikan bisa dilakukan oleh guru dengan remedial, latihan, praktek dan sebagainya. Kesalahan bisa menggambarkan pemahaman siswa tentang sistem bahasa yang sedang dipelajari. Namun, seiring pemahaman siswa terhadap sistem bahasa, kesalahan akan berkurang (Tarigan, 2011: 68).Kesalahan disebabkan oleh siswa atau mahasiswa yang belum menguasai kaidah bahasa yang digunakan. Jika kesalahan terjadi pada A, kesalahan selanjutnya hanya akan berkecimpung di dalam itu saja (A). Kesalahan bisa diperbaiki dengan bantuan guru melalui remedial, latihan, praktek, dan sebagainya. Kesalahan itu akan berlangsung lama, jika tidak segera diberi bantuan dari guru. Jadi, kesalahan bukan disebabkan oleh faktor performa siswa atau mahasiswa. Namun, kesalahan disebabkan oleh ketidaktahuan siswa atau mahasiswa terhadap tata bahasa yang digunakan.


(62)

Tabel 2.1 Perbedaan Kesalahan dan Kekeliruan

2.2.4.2 Kesalahan Penggunaan Konjungtor

Penggunaan konjungtor harus sesuai dengan kaidah penggunaan konjungtor. Penggunaan konjungtor yang salah dapat menyebabkan kerancuan makna. Bahkan, penyimpangan ide bisa terjadi. Namun, kesalahan penggunaan konjungtor masih ditemukan dalam karangan ilmiah. Setyawati (2013: 86-88) membagi kesalahan konjungsi sebagai berikut.

1) Penghilangan

Tulisan-tulisan resmi yang di dalamnya terdapat gejala penghilangan konjungsi pada anak kalimat. Justru penghilangan konjungsi itu menjadikan kalimat tidak efektif. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.

a. Sering digunakan untuk kejahatan, komputer ini kini dilengkapi pula dengan alat pengaman.

b. Membaca surat Anda, saya sangat kecewa.

c. Dilihat secara keseluruhan, kegiatan usaha koperasi perikanan tampak meningkat setelah adanya pembinaan yang lebih intensif, terarah, dan terpadu.

No.

Sudut Pandang Kategori

Kesalahan Kekeliruan

1. Sumber Kompetensi Performansi

2. Sifat Sistematis Tidak sistematis

3. Durasi Agak lama Sementara

4. Sistem Linguistik Belum dikuasai Sudah dikuasai 5. Hasil Perbaikan Penyimpangan Penyimpangan 6. Perbaikan Dibantu oleh guru:

latihan, pengajaran remedial

Siswa sendiri: pemusatan perhatian


(63)

Konjungsi jika, apabila, setelah, sesudah, ketika, karena, dan sebagainya

sebagai penanda anak kalimat sering ditanggalkan. Hal tersebut bisa terjadi karena adanya pengaruh bentuk partisif bahasa inggris. Karena sudah merata gejala tersebut digunakan di berbagai kalangan, mereka tidak sadar lagi kalau bentuk itu salah. Dalam bahasa Indonesia konjungsi pada anak kalimat harus digunakan sehingga ketiga kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi kalimat berikut ini.

d. Karena sering digunakan untuk kejahatan, komputer ini kini dilengkapi pula dengan alat pengaman.

e. Setelah membaca surat Anda, saya sangat kecewa.

f. Jika dilihat secara keseluruhan, kegiatan usaha koperasi perikanan tampak meningkat setelah adanya pembinaan yang lebih intensif, terarah, dan terpadu.

2) Penggunaan yang Berlebihan

Kurangnya kecermatan pemakai bahasa dapat mengakibatkan penggunaan konjungsi yang berlebihan. Hal itu terjadi kerena dua kaidah bahasa bers dan bergabung dalam sebuah kalimat. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.

a. Walaupun dia belum istirahat seharian, tetapi dia datang juga di pertemuan RT.

b. Untuk penyaluran informasi yang efektif, maka harus dipergunakan sinar infra merah karena sinar infra merah itu mempunyai dispersi yang kecil. c. Meskipun hukuman sangat berat, tetapi tampaknya pengedar ganja itu

tidak gentar.

Penulis tidak menyadari kalau bentuk-bentuk ketiga kalimat di atas menggunakan padanan yang tidak serasi, yaitu penggunaan dua konjungsi sekaligus. Seharusnya konjungsi yang digunakan salah satu saja. Perbaikan kalimat-kalimat di tersebut dapat dituliskan sebagai berikut.


(1)

Allah sendiri di dalam dirinya”. 224. Sekolah Katolik diharapkan mendorong

anak dan remaja untuk terlibat dalam kegiatan pengembangan iman maupun dalam kegiatan kemasyarakatan (Nota Pastoral KAS, 2008: 46). (PAK-15-Luviasari-Ha01—02)

-penggunaan yang salah-~ kalimat tersebut menghilangkan pasangan konjungtor baik ... maupun ... yang digunakan untuk menghubungkan frasa dengan frasa.

Pembetulan= “Sekolah Katolik diharapkan mendorong anak dan remaja untuk terlibat baik dalam kegiatan pengembangan iman maupun dalam kegiatan kemasyarakatan (Nota Pastoral KAS, 2008: 46).”

Kalimat tersebut mengandung dua klausa yang dihubungkan oleh konjungtor untuk yang menyatakan hubungan tujuan sehingga mengahsilkan kalimat majemuk bertingkat.

Klausa utama= “Sekolah Katolik diharapkan mendorong anak dan remaja”

Klausa subordinatif= “untuk terlibat dalam kegiatan pengembangan iman maupun dalam kegiatan kemasyarakatan (Nota Pastoral KAS, 2008: 46)”.


(2)

225. Ia mengalami perjumpaan dengan Yesus yang kemudian ia menjadi buta untuk beberapa waktu (Kis 9: 1-19, 22:1-16; 26:9-18). (PAK-15-Nahak-Ha02)

-penggunaan yang salah-~ Konjungtor yang merupakan konjungtor subordinatif dan konjungtor kemudian

merupakan konjungtor antarkalimat, keduanya tidak boleh digunakan secara bersamaan karena konjungtor antarkalimat harus mengawali kalimat baru. Konjungtor yang tersebut bisa dihilangkan sebab kalimat tersebut terlalu panjang. Pembetulan= “Ia mengalami perjumpaan dengan Yesus.

Kemudian, ia menjadi buta untuk beberapa waktu (Kis 9: 1-19, 22:1-16; 26:9-18).”

Konjungtor kemudian merupakan konjungtor antarkalimat yang menyatakan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya.

226. Dalam pelajaran agama Katolik sendiri, guru-guru agama ketika mengajar kurang mengayati sebagai guru agama. (PAK-15-Luchensy-Ha04)

-penggunaan yag salah-~ Penempatan konjungtor ketika

pada kalimat tersebut tidak boleh ditempatkan di depan subjek kalimat karena konjungtor tersebut konjungtor subordinatif yang digunakan untuk menghubungkan dua klausa atau lebih di dalam kalimat majemuk bertingkat bukan untuk menghubungkan subjek dengan predikat.

Pembetulan= “Dalam pelajaran agama Katolik sendiri, √


(3)

ketika guru-guru agama mengajar, kurang mengayati sebagai guru agama”.

227. Salah satu cara yang dapat dilakukan Gereja dalam mengambil peran yakni lewat suatu proses katekese. (PAK-15-Bintarti-Ha02)

Kalimat tersebut mengandung dua klausa yang dihubungkan oleh konjungtor yang yang menyatakan hubungan atributif sehingga menghasilkan kalimat majemuk bertingkat.

Klausa utama= “Salah satu cara yakni lewat suatu proses katekese”

Klausa relatif restriktif= “yang dapat dilakukan Gereja dalam mengambil peran”.

228. Melalui doa seseorang yang beriman dapat mengungkapkan harapan maupun

kerinduannya pada Tuhan. (PAK-15-Kusuma-Ha03)

-penggunaan yang salah-~Kalimat di atas menghilangkan kata baik sebagai pasangan dari konjungtor korelatif baik ... maupun.

Pembetulan= “Melalui doa seseorang yang beriman dapat mengungkapkan baik harapan maupun kerinduannya pada Tuhan”.

Konjungtor yang pada klausa relatif restriktif “yang beriman” sehingga kalimat tersebut mengandung tiga klausa. Klausa = “melalui doa”

Klausa utama= “seseorang dapat mengungkapkan harapan


(4)

maupun kerinduannya pada Tuhan”.

229. Maka, Bunda Maria dan putera-Nya mempunyai ikatan yang sangat kuat,

sehingga umat yang melihat penampakan Bunda Maria berarti ia melihat kehadiran Tuhan. (PAK-15-Wuriusadani-Ha06)

-penggunaan yang salah-~ Konjungtor maka bukan konjungtor antarkalimat yang menghubungkan kalimat satu dengan kalimat yang lain.

Pembetulan: Bunda Maria dan putera-Nya mempunyai ikatan yang sangat kuat, sehingga umat yang melihat penampakan Bunda Maria berarti ia melihat kehadiran Tuhan. Kalimat tersebut mengandung tiga klausa yang dihubungkan oleh konjungtor sehingga yang menyatakan hubungan hasil dan konjungtor yang yang menyatakan hubungan atributif sehingga menghasilkan kalimat majemuk bertingkat.

Klausa utama= “Bunda Maria dan putera-Nya mempunyai ikatan yang sangat kuat”. Klausa subordinatif= “sehingga

umat yang melihat penampakan Bunda Maria berarti ia melihat kehadiran Tuhan.” Terdiri dari dua klausa yang dihubungkan oleh konjungtor yang.

230. Sedangkan kompetensi kepribadian

dan sosial kurang diperhatikan.

-penggunaan yang salah-~ Kata penghubung sedangkan

bukan konjungtor antarkalimat melainkan konjungtor √


(5)

(PAK-15-Luchensy-Ha03) koordinatif sehingga tidak bisa diperlakukan seperti kata penghubung antarkalimat yang mengawali kalimat baru. Konjungtor dan digunakan sebagai penanda hubungan penambahan, digunakan untuk menghubungkn frasa dengan frasa (kompetensi kepribadian dan [kompetensi] sosial).

Yogyakarta, 6 Januari 2017

Triangulator


(6)

259

BIOGRAFI PENULIS

Insep Pitomo merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Ia lahir di Kabupaten Semarang, 1 September 1994. Pada tahun ajaran 2005/2006 Ia menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Bedono 01. Kemudian, pada tahun ajaran 2008/2009 Ia menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Theresiana Bedono dan pada tahun ajaran 2011/2012 menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Sedes Sapientiae Bedono. Pada tahun 2012 Ia melanjutkan studi di Program Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Selama menjadi mahasiswa PBSI, penulis aktif mengikuti dan terlibat aktif dalam berbagai kegiatan baik di dalam prodi maupun di luar prodi. Pada tahun 2017. Ia menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Penggunaan Konjungtor pada Latar Belakang Skripsi Mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Angkatan 2010 Lulusan Tahun 2015”.


Dokumen yang terkait

Analisis penggunaan konjungtor pada latar belakang skripsi mahasiswa program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma angkatan 2010 lulusan tahun 2015.

0 0 2

Pengaruh pengelolaan waktu belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2009-2012.

0 5 141

Pengaruh Ekaristi terhadap perkembangan hidup rohani mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan KeKhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma sebagai calon katekis.

2 20 241

Peranan doa meditasi bagi peningkatan penghayatan hidup rohani para mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 5 168

Peranan perencanaan pengajaran bagi pelaksanaan mengajar mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) pendidikan menengah Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Sanata Dharma tahun ajaran 20

0 2 109

Pengaruh penghayatan sakramen tobat terhadap penghayatan tugas pewartaan mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 0 138

Analisis kesalahan struktur kalimat pada latar belakang masalah skripsi mahasiswa program studi Pendidikan Ekonomi lulusan tahun 2008 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 0 152

Peranan teater rakyat dalam memperkembangkan kesadaran sosial mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 0 131

Upaya pengembangan pendampingan spiritualitas mahasiswa-mahasiswi calon katekis di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 1 230

Peranan perencanaan pengajaran bagi pelaksanaan mengajar mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) pendidikan menengah Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Sanata Dharma tahun ajaran 20

0 1 107