26 memahami adanya beragam dimensi dalam berislam, sebagaimana yang
dijelaskan dalam Q.S. Al-Baqarah [2] : 208, yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syeitan. Sesungguhnya syeitan itu musuh nyata bagimu” Albaqarah :208.
Islam menyuruh umatnya untuk beragama secara menyeluruh, tidak hanya pada satu aspek saja melainkan terjalin secara harmonis dan berkesinambungan.
Islam sebagai suatu sistem yang menyeluruh terdiri dari beberapa aspek atau dimensi. Setiap muslim baik dalam berfikir, bersikap maupun bertindak harus
didasarkan pada Islam. Berdasarkan pertimbangan itulah, peneliti menggunakan kelima dimensi di atas dalam pengukuran religiusitas.
3. Perkembangan religiusitas
Sama halnya seperti penalaran moral yang mengalami proses perkembangan, maka religiusitas juga berkembang sejalan dengan usia seseorang. James W.
Fowler dalam buku Stages of Faith mengembangkan teori tentang tahap perkembangan dalam keyakinan seseorang sepanjang rentang kehidupan manusia.
Fowler membaginya kedalam enam tahap antara lain Hasan, 2006: a.
Intuitif-proyektif intuitive-projective Pada tahap kepercayaan intuitif-proyektif usia 3-7 tahun, masih terdapat
karakter kejiwaan yang belum terlindungi dari ketidaksadaran. Anak masih belajar untuk membedakan khayalannya dengan realitas sesungguhnya.
b. Mythikal-literal mythical-literal
Pada tahap mythikal-literal usia sekolah, seseorang telah mulai mengembangkan keimanan yang kuat dalam kepercayaannya. Anak juga
Universitas Sumatera Utara
27 sudah mulai mengalami prinsip saling ketergantungan dalam alam semesta,
namun ia masih melihat kekuatan kosmik dalam bentuk seperti yang terdapat pada manusia anthomorphic.
c. Sintetik-konvensional synthetic-conventional
Pada tahap sintetik-konvensional usia remaja, seseorang mengembangkan karakter keimanan terhadap kepercayaan yang dimilikinya. Ia mempelajari
sistem kepercayaan dari orang lain di sekitarnya, namun masih terbatas pada sistem kepercayaan yang sama.
d. Individuatif-reflektif individuative-reflective
Pada tahap individuatif-reflektif usia 20-40, individu mulai mengembangkan tanggung jawab pribadi terhadap kepercayaan dan perasaannya.
e. Konjungtif conjungtive
Pada tahap konjungtif usia 40-60, seseorang mulai mengenali berbagai pertentangan yang terdapat dalam realitas kepercayaannya. Terjadi
transendensi terhadap kenyataan dibalik simbol-simbol yang diwariskan oleh sistem.
f. Universal universalizing
Pada tahap universal usia 60 ke atas, terjadi sesuatu yang disebut pencerahan. Manusia mengalami transendensi pada tingkat pengalaman yang
lebih tinggi sebagai hasil dari pemahamannya terhadap lingkungan yang konfliktual dan penuh paradoksal.
Tahap perkembangan keyakinan seseorang yang dikemukakan oleh Fowler dapat dilihat pada tabel 1.
Universitas Sumatera Utara
28
Tabel 1. Tahap Perkembangan Religiusitas Fowler
No Dari Sampai Kepercayaan Karakteristik Kebenaran
Perbandingan
1 0 7 Intuitif-
proyektif Khayalan
adalah realitas Konsekuen
terhadap diri sendiri
Kepercayaan vs ketidakpercayaan,
praoperasional 2 7 11 Mythikal-
literal Menerjemahkan
kisah agama secara literal
Pertukaran yang adil
Pra sampai konkret
operasional 3 11 20 Sintetik-
konvensional Patuh terhadap
kepercayaan orang lain
paparan kecil terhadap
alternatif Bahaya pada
hubungan apa yang
dikatakan orang lain
Formal operasional dan
moralitas konvensional
4 20 40 Individuatif- reflektif
Memperluas usaha untuk
menemukan jalan sendiri
Kesejahteraan diri sendiri
dan orang lain
Formal operasional
dalam perkembangan
5 40 60 Konjungtif Kesadaran terhadap
keterhinggaan dan
keterbatasan; terbuka
terhadap paradoks dan
pandangan orang lain
Penengah
6 60 Mati Universal Transendensi
dari sistem kepercayaan
khusus lingkungan
yang konfliktual,
bukan paradoks Kesatuan
dengan segalanya
Sumber : Psikologi Perkembangan Islami: Menyingkap Rentang Kehidupan Manusia dari Prakelahiran hingga Pascakematian, 2006
4. Prinsip pengukuran religiusitas dari perspektif Islam