82 variabel penalaran moral dapat dijelaskan oleh variabel religiusitas. Artinya
religiusitas memiliki peran hanya sebesar 8.3 terhadap variabel penalaran moral.
Subjek kelas XII IPA memperoleh nilai koefisien determinan
R
2
sebesar 0.170. Hal ini menunjukkan bahwa 17 daripada variasi yang terjadi dalam
variabel penalaran moral dapat dijelaskan oleh variabel religiusitas. Artinya religiusitas memiliki peran hanya sebesar 17 terhadap variabel penalaran moral.
Subjek kelas XII IPS memperoleh nilai koefisien determinan
R
2
sebesar 0.033 Hal ini menunjukkan bahwa 3.3 daripada variasi yang terjadi dalam
variabel penalaran moral dapat dijelaskan oleh variabel religiusitas. Artinya religiusitas memiliki peran hanya sebesar 3.3 terhadap variabel penalaran
moral. Berdasarkan tabel 29, dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinan yang
paling tinggi berada pada subjek kelas XII IPA, dan nilai koefisien determinan yang paling rendah berada pada subjek kelas XII IPS.
C. PEMBAHASAN
Hasil penelitian pada sampel remaja yang beragama Islam menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh religiusitas terhadap penalaran moral. Ini sesuai dengan
apa yang dikemukakan oleh Kohlberg, yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang jelas diantara penalaran moral dan religiusitas, karena moralitas
dan religiusitas merupakan dua area yang berbeda pada diri manusia dan keduanya tidak bisa disatukan. Dalam pembuatan suatu keputusan moral yang
Universitas Sumatera Utara
83 berperan adalah argumen rasional terhadap prinsip keadilan, sementara penalaran
religius didasarkan pada wahyu yang ada Glover, 1997. Berdasarkan teori tersebut, jelas dinyatakan bahwa antara religiusitas dan penalaran moral tidak ada
hubungan yang jelas. Ini didukung dengan data penelitian yang ada, bila diperhatikan dengan seksama, skor religiusitas yang tinggi pada seseorang belum
tentu diikuti dengan tahap penalaran moral yang tinggi dan skor religiusitas yang rendah juga belum tentu diikuti dengan tahap penalaran moral yang rendah.
Dari hasil analisa regresi nonlinier model parabola kuadratik, didapat nilai koefisien determinan
R
2
sebesar 0.009. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh religiusitas terhadap penalaran moral adalah sebesar 0.9. Artinya religiusitas
memberikan sumbangan efektif hanya sebesar 0.9 dalam meningkatkan penalaran moral. Sumbangan religiusitas terhadap penalaran moral sangat kecil
nilainya. Ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Richards dan Davison menyatakan bahwa ada hubungan yang lemah antara religiusitas dengan penalaran
moral. Menurut Wahrman, hubungan antara penalaran moral dan religiusitas itu tergantung pada tingkat dogmatisme dan afiliasi seseorang. Dari penelitian yang
dilakukannya terhadap kelompok-kelompok religius, dia menemukan bahwa ada hubungan yang lemah antara penalaran moral dengan dogmatisme Glover, 1997.
Tidak adanya pengaruh religiusitas terhadap penalaran moral menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi penalaran moral dan
memberikan sumbangan efektif yang lebih besar daripada religiusitas. Menurut Kohlberg,
penalaran moral itu dipengaruhi oleh level perkembangan kognitif yang tinggi dan pengalaman sosiomoral Glover, 1997. Pernyataan ini diperkuat oleh
Universitas Sumatera Utara
84 Rest yang menyatakan bahwa pendidikan dan IQ memiliki hubungan yang
konsisten terhadap penalaran moral, dimana pendidikan dan IQ merupakan indikator tak langsung dari perkembangan kognitif Rest, 1979. Selain itu, ada
juga faktor lain yang dapat mempengaruhi penalaran moral yaitu sifat dasar manusia yang memiliki kemampuan untuk menahan dan mengontrol dirinya,
sehingga cenderung melakukan tindakan yang bermoral. Kemampuan ini disebut dengan kontrol diri. Dengan adanya kontrol diri, orang memiliki standar mengenai
apa yang harus dilakukannya sehingga ia akan berusaha memonitor perilakunya dan melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan standarnya itu. Namun, bila tidak
ada kontrol diri maka seseorang cenderung akan melakukan tindakan amoral Geyer Baumeister, 2005.
Universitas Sumatera Utara
85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan hasil penelitian, dan pada akhir bab ini akan dikemukakan saran-saran untuk pengembangan penelitian di masa
mendatang dan saran-saran bagi pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini.
A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan analisis data, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil uji asumsi:
a. Uji Normalitas : Hasil uji normalitas pada variabel religiusitas memperoleh nilai Z = 0.825 dengan p = 0.505 dan untuk variabel penalaran moral,
diperoleh nilai Z = 0.940 dengan p = 0.340. Nilai p yang dimiliki kedua
variabel lebih besar dari 0.05 maka data telah terdistribusi normal. b
. Uji linieritas : Hasil uji linieritas didapat nilai F sebesar 0.278 dengan nilai p =
0.599. Nilai p 0.05, ini menunjukkan hubungan kedua variabel tidak linier. 2. Uji Hipotesis :
a. Hasil penelitian memperoleh nilai koefisien korelasi R sebesar 0.095. Nilai F sebesar 0.557 dan nilai p = 0.575, sehingga dapat disimpulkan tidak ada
pengaruh religiusitas terhadap penalaran moral.
Universitas Sumatera Utara