IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN ALAT UKUR PENELITIAN

38

BAB III METODE PENELITIAN

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, yaitu ingin melihat pengaruh religiusitas terhadap penalaran moral remaja yang beragama Islam maka peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif. Menurut Creswell, penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya berujud bilangan skor atau nilai, peringkat atau frekuensi, yang dianalisis dengan menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik, dan untuk melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lain. Oleh karena itu, penelitian kuantitatif secara tipikal dikaitkan dengan proses induksi enumeratif, yaitu menarik kesimpulan berdasar angka dan melakukan abstraksi berdasar generalisasi. Jadi yang menjadi masalah penting dalam penelitian kuantitatif adalah kemampuan untuk melakukan generalisasi hasil penelitian; seberapa jauh hasil penelitian dapat digeneralisasi dalam populasi Alsa, 2004.

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Identifikasi variabel penelitian digunakan untuk menguji hipotesa penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini, terdiri dari : 1. Variabel tergantung : Penalaran Moral 2. Variabel bebas : Religiusitas Universitas Sumatera Utara 39

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN 1. Penalaran moral

Penalaran moral adalah konsep dasar yang dimiliki individu untuk menganalisa masalah sosial-moral dan menilai terlebih dahulu tindakan apa yang akan dilakukannya Rest, 1979. Menurut Rest, ada empat komponen utama penalaran moral Kurtines Gerwitz, 1992, antara lain: a. Menginterpretasi situasi dan mengidentifikasi permasalahan moral mencakup empati, berbicara selaras dengan perannya, memperkirakan bagaimana masing-masing pelaku dalam suatu situasi tertentu terpengaruh oleh pelbagai tindakan tertentu. b. Memperkirakan apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang, merumuskan suatu rencana tindakan yang merujuk kepada suatu standar moral atau suatu ide tertentu mencakup konsep kewajaran dan keadilan, pertimbangan moral, penerapan nilai moral sosial. c. Mengevaluasi pelbagai perangkat tindakan yang berkaitan dengan bagaimana caranya orang memberikan penilaian moral atau yang bertentangan dengan moral, serta memutuskan apa yang secara aktual akan dilakukan seseorang mencakup proses pengambilan keputusan, model integrasi nilai, perilaku mempertahankan diri. d. Melaksanakan serta mengimplementasikan rencana tindakan yang berbobot moral mencakup ”ego-strength” dan proses pengaturan diri. Penalaran moral diukur dengan menggunakan Defining Issues Test DIT short form yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia. Universitas Sumatera Utara 40

2. Religiusitas

Religiusitas adalah sistem yang berdimensi banyak, perasaan spiritual, dan keyakinan religius yang mendorong seseorang untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama dan membantunya mengorganisasikan kehidupan sehari-harinya. Ada lima dimensi religiusitas yang dikemukakan oleh Glock dan Stark, yang disesuaikan dengan Islam Ancok Suroso, 1994, yaitu: a. Dimensi keyakinan dapat disejajarkan dengan akidah. Dimensi keyakinan atau akidah Islam menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan seorang muslim terhadap kebenaran ajaran agamanya, terutama terhadap ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik. Di dalam keberislaman, isi dimensi ini menyangkut keyakinan tentang Allah, para malaikat, Rasul, kitab-kitab Allah, surga dan neraka, serta qadha dan qadar. b. Dimensi peribadatan atau praktik agama disejajarkan dengan syariah. Dimensi peribadatan praktik agama atau syariah menunjuk pada seberapa tingkat kepatuhan seorang muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan dianjurkan oleh agamanya. Dalam keberislaman, dimensi praktik agama menyangkut pelaksanaan shalat, puasa, zakat, haji, membaca Al-Qur’an, doa, zikir, ibadah kurban, iktikaf di mesjid di bulan puasa, dan sebagainya. c. Dimensi pengalaman atau penghayatan disejajarkan dengan ihsan. Dimensi pengalaman penghayatan atau ihsan menunjuk pada seberapa jauh tingkat seorang muslim dalam merasakan dan mengalami perasaan-perasaan dan pengalaman-pengalaman religius. Dalam keberislaman, dimensi ini Universitas Sumatera Utara 41 terwujud dalam perasaan dekat atau akrab dengan Allah, perasaan doa-doanya sering terkabul, perasaan tenteram dan bahagia karena menuhankan Allah, perasaan bertawakkal pasrah diri secara positif kepada Allah, perasaan khusuk ketika melaksanakan shalat atau berdoa, perasaan tergetar ketika mendengar adzan atau ayat-ayat Al-Qur’an, perasaan bersyukur kepada Allah, perasaan mendapat pertolongan atau peringatan dari Allah. d. Dimensi pengetahuan agama disejajarkan dengan ilmu. Dimensi pengetahuan agama atau ilmu menunjuk pada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman seorang muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya, terutama mengenai ajaran-ajaran pokok dari agamanya, sebagaimana termuat dalam kitab sucinya. Dalam keberislaman, dimensi ini menyangkut pengetahuan tentang isi Al-Qur’an, pokok-pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan rukun iman dan rukun Islam, hukum-hukum Islam, sejaran Islam, dan sebagainya. e. Dimensi pengamalan disejajarkan dengan akhlak. Dimensi pengamalan atau akhlak menunjuk pada seberapa tingkatan seorang muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia lain. Dalam keberislaman, dimensi ini meliputi perilaku suka menolong, bekerja sama, berderma, menyejahterakan dan menumbuhkembangkan orang lain, menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup, menjaga amanat, tidak mencuri, tidak korupsi, tidak menipu, tidak berjudi, tidak meminum-minuman yang memabukkan, Universitas Sumatera Utara 42 mematuhi norma-norma Islam dalam perilaku seksual, berjuang untuk hidup sukses menurut ukuran Islam, dan sebagainya. Religiusitas diukur dengan menggunakan skala religiusitas yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan dimensi religiusitas. Religiusitas yang tinggi ditandai dengan skor yang tinggi pada skala religiusitas. Sebaliknya, skor yang rendah pada skala religiusitas menunjukkan bahwa religiusitasnya rendah.

C. POPULASI DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL 1. Populasi dan sampel

Populasi adalah semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu hendak digeneralisasikan. Sedangkan sampel adalah sebagian individu yang diselidiki itu Hadi, 2000. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Bailey bahwa sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti. Bailey juga mengemukakan bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data dengan statistik, sampel sebesar 100 merupakan jumlah minimum Prasetyo Jannah, 2005. Karakteristik populasi dalam penelitian ini, antara lain : 1. Remaja madya 15-18 tahun yang berada di kota Medan. Peneliti mengambil remaja madya sebagai populasi karena pada masa ini remaja berada dalam kondisi kebingungan karena ketidakkonsistenan mengenai konsep benar dan salah yang ditemukannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan keagamaan pada masa ini, sering timbul konflik antara pertimbangan moral dan material Monks, 2002. Selain itu, peneliti Universitas Sumatera Utara 43 memutuskan kota Medan sebagai tempat penelitian karena peneliti menemukan fenomena moral remaja yang semakin memprihatinkan di kota Medan, di samping untuk kemudahan penelitian berhubung peneliti juga tinggal di kota Medan. 2. Beragama Islam. Setiap agama pasti mengandung ajaran-ajaran kebenaran, begitu juga dalam Islam. Dalam Islam, moral akhlak mulia adalah tujuan utama dari risalah Islam Yakan, 2007. 3. Tinggal bersama orang tua. Faktor yang juga dapat mempengaruhi penalaran moral adalah peran orang tua Hurlock, 1980. 4. Berstatus sebagai pelajar di sekolah Islam. Menurut Kohlberg, pendidikan adalah prediktor yang kuat dari perkembangan penalaran moral, karena lingkungan pendidikan yang lebih tinggi menyediakan kesempatan, tantangan dan lingkungan yang lebih luas yang dapat merangsang perkembangan penalaran moral yang lebih tinggi Martani, 1995.

2. Metode pengambilan sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penarikan sampel probabilita dengan teknik acak klaster cluster random sampling. Teknik penarikan sampel probabilita adalah suatu teknik penarikan sampel yang berdasar pada anggapan bahwa setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Universitas Sumatera Utara 44 Teknik acak klaster digunakan karena peneliti memiliki keterbatasan dalam ketiadaan kerangka sampel daftar nama seluruh anggota populasi, namun peneliti memiliki data yang lengkap tentang kelompok Prasetyo Jannah, 2005. Dalam teknik pengambilan sampel ini, sampel diambil secara acak terhadap kelompok individu. Teknik ini dipandang ekonomis, lebih mudah dan lebih murah. Dalam penelitian ini, terlebih dahulu peneliti melakukan random terhadap 21 sekolah Islam yang ada di Medan, dan terpilihlah 2 sekolah yaitu SMA Al- Washliyah 3 dan Muhammadiyah 1. Selanjutnya dilakukan prosedur random terhadap kelas-kelas yang ada pada 2 sekolah yang telah terpilih. Jumlah kelas di kedua sekolah tersebut terdiri atas 14 kelas, dari hasil random terpilih 9 kelas. Individu yang ada di 9 kelas tersebut dijadikan sampel penelitian.

D. ALAT UKUR PENELITIAN

Alat ukur merupakan metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian yang mempunyai tujuan untuk mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti Hadi, 2000. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis, yaitu : 1. Defining Issues Test DIT dalam bentuk singkat DIT ini digunakan untuk mengukur variabel tergantung, yaitu penalaran moral. Defining Issues Test DIT bentuk singkat merupakan tes tertulis yang menyediakan tiga permasalahan moral bagi subjek dalam bentuk cerita, dimana Universitas Sumatera Utara 45 setiap cerita diikuti dengan 12 pernyataan pertimbangan untuk penyelesaian permasalahan, sehingga total pernyataan sebanyak 36 soal. Dalam versi panjangnya, DIT terdiri dari 6 cerita yang biasanya diadministrasikan dalam waktu 30-40 menit, sedangkan bentuk singkatnya terdiri dari 3 cerita yang biasanya diadministrasikan dalam waktu 15-30 menit. Penggunaan DIT dalam bentuk singkat dimaksudkan untuk menghindari kejenuhan subjek dan dapat mempersingkat waktu. Korelasi antara bentuk singkat dan bentuk panjang adalah sebesar 0.93. Menurut penelitian Davison dan Robbins, konsistensi internal Cronbach’s Alpha pada DIT adalah di atas 0.7 Rest, 1979. DIT yang disusun oleh Rest ini merupakan kombinasi orientasi teoritik umum Kohlberg dengan prosedur konstruksi tes secara psikometri. Pernyataan- pernyataan dalam setiap cerita yang ada dalam Defining Issues Test DIT bentuk singkat diperoleh dari argumen partisipan murni selama proses wawancara yang dilakukan oleh Kohlberg. Setiap pernyataan merupakan indikator yang dapat mengungkap tahapan penalaran moral seseorang. Subjek diminta merating seberapa penting setiap pernyataan untuk menyelesaikan suatu permasalahan moral, yang berbentuk skala likert dengan lima respon jawaban mulai dari ”sangat penting” sampai ”tidak penting”. Setelah semua pernyataan selesai dirating, subjek diminta untuk merangking empat pernyataan yang paling penting Kaplan, 2006. Pada intinya, tahap yang ditampilkan dalam DIT mengikuti tahap perkembangan penalaran moral dari Kohlberg, tetapi Rest tidak menggunakan Universitas Sumatera Utara 46 urutan yang sama persis. Dalam DIT urutan yang digunakan adalah tahap 2, 3, 4, 5A, 5B dan 6. Tahap 5A dan tahap 5B merupakan penjabaran dari tahap 5 Kohlberg. Tahap 1 tidak digunakan dalam DIT karena Rest tidak menggunakan anak kecil sebagai subjek penelitian dalam menyusun DIT. Hasil akhir tes tidak meletakkan seseorang pada tahap perkembangan tertentu, tapi menghasilkan skor kuantitatif yang menunjukkan derajat kecanggihan dalam memahami dan menetapkan prinsip moral abstrak, dalam bentuk indeks P 0-95. Indeks P diperoleh dengan menjumlahkan skor berdasarkan prinsip, yaitu pada tahap 5A, 5B dan 6 Rest, 1979. 2. Skala religiusitas Skala ini digunakan untuk mengukur variabel bebas, yakni religiusitas. Skala ini disusun sendiri oleh peneliti dengan berdasarkan lima dimensi religiusitas dari Glock dan Stark yang disesuaikan dengan Islam. Dari kelima dimensi tersebut, peneliti membuat blueprint skala religiusitas. Skala religiusitas ini terdiri dari 3 bagian, dimana bagian pertama berisi dimensi keyakinan ideologis, dimensi pengalaman atau penghayatan eksperiensial, dan dimensi pengamalan konsekuensial, bagian kedua berisi dimensi peribadatan atau praktik agama ritualistik, dan bagian ketiga berisi dimensi pengamalan konsekuensial. Cetak biru skala religiusitas dapat dilihat pada tabel 2, 3 dan 4. Universitas Sumatera Utara 47 Tabel 2. Cetak Biru Skala Religiusitas I No Dimensi Indikator Nomor Aitem Jumlah Favorable Unfavorable 1 Keyakinan ideologis a. Keyakinan tentang Allah 1,29 19 3 b. Keyakinan tentang rasul, malaikat dan kitab 14 3,31 3 c. Keyakinan tentang qadha dan qadar 2,9 27 3 d. Keyakinan tentang surga dan neraka 17 22,28 3 2 Pengalaman atau penghayatan eksperiensial a. Perasaan dekat dengan Allah 4 6,16 3 b. Perasaan tenteram dan bahagia 20 23,30 3 c. Tawakal 7,13 34 3 d. Perasaan bersyukur 12,18 24 3 3 Pengamalan konsekuensial a. Suka menolong 21 5 2 b. Menegakkan keadilan dan kebenaran 10 36 2 c. Berlaku jujur 26 33 2 d. Mematuhi norma-norma Islam - 25,32 2 e. Memaafkan 35 8 2 f. Menjaga amanat 15 11 2 Jumlah 36 Tabel 3. Cetak Biru Skala Religiusitas II No Dimensi Indikator Nomor Aitem Jumlah Favorable Unfavorable 1 Peribadatan atau praktik agama ritualistik a. Pelaksanaan shalat 1,5,9,11 - 4 b. Puasa dan sedekah 2,6 - 2 c. Membaca Al-Qur’an 3 - 1 d. Berzikir 4,7,10 - 3 e. Berdoa 8,12 - 2 Jumlah 12 Tabel 4. Cetak Biru Skala Religiusitas III No Dimensi Indikator Nomor Aitem Jumlah Favorable Unfavorable 1 Pengetahuan agama intelektual a. Pengetahuan tentang Al- Qur’an 1,7,10,12 - 4 b. Pengetahuan tentang rukun iman dan islam 2,11 - 2 Universitas Sumatera Utara 48 c. Pengetahuan tentang hukum Islam 3,5,8 - 3 d. Pengetahuan tentang sejarah Islam 4,6,9 - 3 Jumlah 12 Jumlah aitem dalam skala religiusitas I ada 36 aitem, skala religiusitas II ada 12 aitem, dan skala religiusitas III ada 12 aitem. Jadi, jumlah seluruh aitem pada skala religiusitas adalah 60 aitem. Aitem dalam skala ini memiliki format respon jawaban yang berbeda-beda, oleh karena itu peneliti membagi skala ini menjadi tiga bagian, antara lain: a. Skala religiusitas I, berisi dimensi keyakinan ideologis , dimensi pengalaman atau penghayatan eksperiensial, dan dimensi pengamalan konsekuensial. Bagian ini memiliki format respon dengan 4 pilihan jawaban dari Sangat Tidak Setuju STS sampai Sangat Setuju SS. Masing-masing aitem pada skala ini memiliki rentang skor mulai dari 0 sampai 3 b. Skala religiusitas II, berisi dimensi peribadatan atau praktik agama ritualistik. Bagian ini memiliki format respon dengan 4 pilihan jawaban dari Tidak Pernah TP sampai Selalu SL. Masing-masing aitem pada skala ini memiliki rentang skor mulai dari 0 sampai 3 c. Skala religiusitas III, berisi dimensi pengetahuan agama intelektual Bagian ini memiliki mengharuskan subjek memilih salah satu dari 4 alternatif jawaban, yaitu pilihan a, b, c, atau d. Masing-masing aitem pada skala ini, memiliki skor 0 jika jawaban subjek salah dan 1 jika jawaban subjek benar. Universitas Sumatera Utara 49 Untuk lebih jelasnya, cara penyekoran skala religiusitas dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Cara Penyekoran Skala Religiusitas Skala Bagian Format Respon Skor Aitem Favorable Aitem Unfavorable I STS Sangat Tidak Setuju TS Tidak Setuju S Setuju SS Sangat Setuju 1 2 3 3 2 1 II TP Tidak Pernah KD Kadang-kadang SR Sering SL Selalu 1 2 3 - III  Subjek menjawab benar pada respon pilihan ganda  Subjek menjawab salah pada respon pilihan ganda 1 - Total skor skala religiusitas setiap bagian diperoleh dari penjumlahan skor dari tiap-tiap aitem dalam skala religiusitas. Untuk skala religiusitas I dan II, skor dapat langsung dijumlahkan karena memiliki jenis metriks pengukuran yang sama. Namun untuk menggabungkan hasil skor skala religiusitas I, II dengan skala religiusitas III tidak bisa langsung dijumlahkan begitu saja, melainkan harus disamakan terlebih dahulu satuan pengukurannya. Jadi, total skor yang diperoleh skala religiusitas I, II dan skala religiusitas III dikonversikan terlebih dahulu kedalam bentuk skor Z. Setelah itu, keduanya dapat dijumlahkan. Total skor religiusitas diperoleh dari hasil penjumlahan skor Z skala religiusitas I, II dengan skor Z skala religiusitas III. Religiusitas yang tinggi ditandai dengan skor yang tinggi pada skala religiusitas. Universitas Sumatera Utara 50

E. VALIDITAS, RELIABILITAS, DAN UJI DAYA DISKRIMINASI AITEM